My lil sunshine and moon

205 17 15
                                    



7 years later
.
.
.
.
.
.




Jongin berdiri di balkon apartemen nya sambil termenung, menatap ke arah langit kota Seoul yang cukup cerah saat memasuki musim semi. Padangan nya kosong menatap ke arah langit sambil menggendong putri kecilnya, Stefani Oh.




Buah hatinya dan Sehun yang lahir 5  tahun yang lalu. Ia tidak menyangka waktu bisa berjalan dengan begitu cepat, bahkan ia sudah mempunyai dua piyik hasil buah cintanya dengan Sehun, yaitu Jisung dan Stefani.




Jongin tersentak ketika merasakan ada tangan kekar yang melingkari pinggang nya. Sosok itu tersenyum tipis ke arahnya sambil merapihkan Surai ash brown miliknya yang beterbangan karena angin sore yang terasa menyejukkan dan menyenangkan.





"Aku merindukan 'nya', Sehun-ah" Jongin berucap lirih, ia menatap ke langit seakan bertanya kepada Tuhan apakah adiknya sudah berada disana atau dimanakah roh adiknya berada sekarang?. Ia merasa sangat kesepian tanpa sosok periang Haechan selama bertahun-tahun.





Adiknya yang selalu ada untuknya, selalu berada di sisinya itu belum menunjukkan tanda tanda siuman bahkan setelah enam tahun terbaring koma di rumah sakit. Tanpa adanya kepastian hidup nya tentu saja membuat Jongin kadang merasa takut ditinggal oleh adiknya.





"Dia akan bangun, kau percaya bukan? Jika kau berharap maka tidak akan ada yang mustahil. Karena Tuhan pasti mendengarkan bagaimana tulusnya doa dan pengharapan mu. Jika kau berharap dalam Tuhan maka kau tidak akan merasa kecewa" Sehun mengecup pipi tembam putrinya yang tengah tertidur pulas di gendongan Jongin.





Jongin kini tidak baik baik saja, dan tanda peringatan itu muncul di kepala Sehun. Ia mengambil alih Stefani dari gendongan Jongin dan membawa putrinya ke kamar tanpa mengucapkan satu patah kata pun kepada Jongin.




"Kenapa kau berkata begitu Oh Sehun? Kau malah membuatku semakin berharap dan merasa terbang seakan takut dijatuhkan begitu saja dari ketinggian. Ucapan mu itu sama saja seperti memberikan ku harapan palsu bahwa Haechan akan bangun dan berada di hadapan ku" Jongin menangis sambil menutup wajahnya.




Sehun tau Jongin akan mulai emosional ketika membahas sesuatu yang ada hubungannya dengan haechan. Dan ia tidak bisa menjauhkan pembahasan tentang adik istrinya ini dari Jongin karena bagaimanapun Jongin selalu saja bertanya kepadanya setiap hari setelah ia pulang dari rumah sakit.




Pertanyaan itu yang selalu terulang ulang di benak nya dan tidak pernah bosan ditanyakan oleh istrinya sebagai penyambutan saat ia pulang ke rumah, "apakah Haechan sudah bangun sekarang?"




Sehun tau ia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Jongin, karena istrinya itu cukup pintar untuk membaca gerak gerik nya maupun ekspresi wajahnya ketika ia selalu saja bertanya hal yang sama setiap harinya.





Dan hari ini adalah puncaknya, karena wanita itu selalu saja terdiam dan tidak bersemangat seperti biasanya. Dan ia rasa tidak ada salahnya untuk membawa Jongin melihat sebentar keadaan Haechan, itung-itung untuk menghilangkan perasaan rindu Jongin kepada Haechan





"Kau ingin melihat kondisi Haechan? Aku akan membawa mu berkunjung kalau kau mau, siapa tau dia akan bangun karena kakak tersayang nya datang" balas Sehun dengan candaan di akhir kalimatnya, malah membuat Jongin semakin menekuk mukanya, ia kesal dengan candaan Sehun yang malah membuat nya tambah sedih.




"Aku hanya takut, karena ayah mu bilang haechan punya kemungkinan hidup yang rendah, ditambah lagi ia sudah koma selama tujuh tahun" balas Jongin lalu melempar Sehun dengan bantal sofa yang sukses mengenai wajah sang suami.




𝐁𝐢𝐭𝐭𝐞𝐫𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐇𝐚𝐩𝐩𝐢𝐧𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang