Pernah keluar rumah tengah malam? Bukankah itu mengerikan? Hanya ada jalanan tanpa adanya kendaraan, gang-gang sepi yang mungkin menjadi tempat berkumpulnya gangster dan mungkin sosok tak kasat mata yang tengah beraktivitas di waktunya.
Sepasang manik hitam itu tampak gusar, dirinya terus menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya sedari tadi. Waktu menunjukan pukul 11.30 malam dan dirinya 'ditinggal' di daerah yang tidak familiar baginya. Kabar bagusnya adalah alat komunikasinya satu-satunya saat ini juga kehabisan baterai! Dia beruntung sekali.
Laki-laki yang masih terbalut seragam lengkap dengan tas hitam yang ditenteng itu sibuk memperhatikan jalanan, berharap kakaknya akan segera datang membawa mobil untuk menjemput dirinya yang tersesat gara-gara salah naik bis.
Sialan, kenapa kakaknya tak kunjung datang juga, sih?! Apa dia tidak bisa membaca maps?! Atau mungkin dia lupa dan malah datang ke rumah gebetan-gebetan yang jumlahnya meratus itu?! Ah entahlah, dia tidak bisa berpikiran positif pada kakaknya saat ini.
BUGH
Samar-samar indra pendengarannya menangkap suara aneh, itu berasal dari salah satu gang yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Walaupun samar tapi dia tidak bodoh dengan tidak tahu apa yang mungkin sedang terjadi di gang sempit itu.
Memangnya apa yang bisa terjadi ketika suara pukulan dan erangan lemah yang terdengar? Tidak mungkin sedang main monopoli kan.
Laki-laki dengan name tag Park Renjun itu meneguk salivanya kasar, batinnya berperang tentang dua hal. Haruskah dia mendekat dan melihat apa yang terjadi, atau pura-pura tidak tahu dan menjauh?
Logikanya mengatakan bahwa opsi kedua adalah jalan yang terbaik, tapi hati kecilnya justru berbicara lain. Mana mungkin dia tega berpura-pura menutup mata dan telinga ketika mungkin orang lain sedang sekarat di balik tembok gang sempit itu.
Kakinya mulai melangkah ke arah suara pukulan yang entah kenapa terdengar jelas, mungkin karena kawasan ini sepi.
Bodoh, bodoh, lo mau kemana sih, Jun?! Batin Renjun berteriak tapi justru kakinya terus melangkah hingga tiba di asal suara.
Renjun mulai mengintip dari sudut gedung di depan gang tersebut. Sekitar 3 meter dari tempatnya berdiri, terdapat 8ㅡ ah tidak, 10 orang yang tengah mengerumuni dua orang siswa. Satu siswa tengah dipukul habis-habisan oleh setengah dari mereka, dan satu siswa lagi terduduk di jalanan, melipat tangannya di lutut tengah menangis.
Keadaan dua siswa itu sangat mengerikan. Seragam putihnya telah kusut dengan ternodai bercak darah dan tanah. Belum lagi rambut yang acak-acakan, dan jangan lupakan lebam yang hampir berada di seluruh tubuhnya.
Sialan, ini tidak manusiawi. Bagaimana bisa 10 orang dewasa mengeroyok dua siswa yang sama sekali tidak sebanding?!
Ini pertama kalinya bagi Renjun melihat kekerasan secara langsungㅡ ya mungkin jika hanya pembullyan siswa dia sering melihat, tapi ini berbeda. Pembully di sekolahnya tidak bisa dibandingkan dengan yang tengah sekelompok orang itu lakukan. Ini berkali-kali lipat lebih kejam.
Renjun tahu dia harus membantu, tapi dia tidak tahu harus bagaimana. Tidak mungkin kan dia tiba-tiba datang sok pahlawan dan menyuruh mereka berhenti? Itu sama saja dengan dia ikut acara cari mati.
Tiba-tiba, atensinya teralihkan kepada siswa yang tengah menangis.
Deg.
Dia menatap Renjun! Sepasang manik cokelatnya yang berkaca-kaca menatap Renjun penuh pilu, seakan minta diselamatkan.
"Renjun."
"Renjun."
"RENJUN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[0.1] BAD DREAM | NCT DREAM ✓
FanficStarting from the nightmare and it slowly become a dangerous terror. In real life. ©elsanursyafira, 2020