Aku menyukai cowok cakep, itu akui dan Arya termasuk di dalamnya.Selama sebulan ini kami jarang berkomunikasi, aku sempat ragu apa benar Arya serius? kok telpon jarang jarang....tapi aku hanya menghibur diri dengan mendoktrin otak ku bahwa Arya seorang pekerja dan aku mahasiswa jadi tanggung jawab kami tentu berbeda.
Lagian setelah di pikir-pikir kan...aku juga belum kasih jawaban ...jelas dia gengsi juga buat sering-sering telpon. Pacar bukan, teman juga baru ketemu sekali...dimana yang di sebut akrab?
Aku jadi geli sendiri, sebenarnya yang nunggu jawaban siapa coba?
*****
"Gimana Na...kamu dah siap kasih jawaban hari ini?"Aku hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
"Cie cie...yang lagi berunga- bunga...senyum terus dari tadi.."
"Hahaha...pembawaan kali!" Jawabku sekenanya
" Kamu hamil?" Tanya Ririn dengan wajah was-was
"Apaan sih Ri...masa hamil!" Jawabku kesal
"Hahaha...becanda beb...biar kamunya rileks..." Aku hanya melotot kearahnya
"Emang janjian jam berapa? Jangan malam- malam...godaan semakin banyak kalau malam "
" Iya Ririn...aku tahu. Makasih dah ngingatin, dah perhatian. I lope u."
Aku merangkul bahu Ririn, aku tahu dia menyayangiku. Tadinya Ririn menawar diri untuk menemaniku bertemu Arya. Tapi kutolak, nggak enak sama Adit. Hari Sabtu kayak ini biasanya Adit ngapelin. Ga adil buat Adit kalau aku selalu meminta bantuan Ririn padahal ada Adit yang juga butuh Ririn.
Ririn hanya tersenyum, membalas merangkul bahuku.
"Pokoknya jangan terlalu malam pulangnya,ok..?!"
"Ok...nanti aku kabarin kalau dah balik"
"Iya deh, sukses untuk kencannya ya.."
Ririn akhirnya berlalu bersama Adit. Aku begitu mengidolakan sahabatku ini, sudah lama mereka bersama tapi tapi kebersamaan itu tak pernah melewati batas.
Jika boleh berharap, aku ingin seperti mereka.Dua jam setelah berpisah dengan Ririn, aku menemui Arya di tempat pertama kami bertemu. Kali ini aku yang menentukan tempatnya dan aku tetap memilih tempat pertama kami bertemu.
"Hei..!"
Aku menepuk sebelah bahu Arya, sepertinya dia sudah lama menunggu.
Sedikit terlonjak, Arya membalikkan badannya tersenyum, dan kalau tak salah menebak aku melihatnya agak 'tegang'?"Maaf...dah lama nunggu ya..?"
Aku bertanya sambil menarik kursi dan duduk di sebelah Arya.
"Hai...l..loom lama sih...baru 10 menitan, mungkin....," Jawabnya menggantung
"Kamu nggak papa?...lagi sakit..??" Tanyaku sedikit khawatir melihat ekspresinya saat ini, entahlah... sepertinya Arya mencoba menahan sesuatu.
"Hahahaha...aku sehat kok...hanya nervous.." jawabnya canggung
"Nervous kenapa...?" Tanyaku langsung menatap matanya
Arya membalas tatapanku, aku mencoba membaca apa yang ada di dalam matanya."Aku hanya takut jawabanmu, di luar ekspektasi ku"
Aku tersenyum tipis mendengar jawabannya.
"Menurutmu apa jawabanku?"
"Ana, kamu udah dewasa dan aku yakin kamu tahu jawaban yang aku harapkan dari kamu malam ini.."
"Hahahaha..." Aku tertawa canggung, jadi merasa tegang sendiri berniat ngerjain malah jadi keki.
"Jadi......?"
"What..?"
"Jawabanmu!"
"Ya..ok."
"Ok for what..?"
"Ya...jawaban buat pertanyaan mu..."
"Jadi...kamu mau jadi pacarku dan malam ini kita resmi jadian??"
Arya bertanya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Aku hanya menjawab dengan anggukan. Tiba- tiba Arya bangun dari kursi langsung memelukku, sambil berbisik pelan ditelinga ku" Makasih Ana"
Aku akui, aku terharu juga bahagia.Begini ternyata rasanya ketika merasa diinginkan seseorang.Saat Arya melepaskan Pelukannya,aku baru sadar ternyata sejak tadi kita belum pesan apa- apa. Sambil tersenyum malu-malu, karena beberapa pengunjung kafe terlihat tersenyum ke arah Arya dan aku, Arya akhirnya memesan minuman.
Karena sudah lewat jam makan malam, Arya mengajakku makan malam di apartemen nya. Tadinya aku berusaha menolak, tapi Arya mencoba meyakinkan aku dengan alasan takut aku sakit karena terlambat makan, dan di apartemen nya nanti setelah makan malam ia langsung mengantarkan ku pulang. Aku setuju, dan seharusnya tidak seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S LOVE?
RomantizmLalu...di setiap akhir tangisku aku hanya selalu berbisik dalam hati " Tuhan...biarkanlah aku memupuk rasa sabar yang lebih banyak lagi selama aku masih Engkau izinkan bernapas.." Karena kenangan masa lalu yang buruk, Ana mencoba sebisa mungkin tida...