Dumb And Dumber

32 6 0
                                    

"Taehyung-ah.. Kau sedang apa?"

Pemuda Kim itu menghampiri pemuda Kim lainnya yang asyik melakukan sesuatu. Park Jimin yang lebih dulu duduk di sofa hanya menampilkan senyum malaikatnya saat menatap dua Kim saling berinteraksi.

"Aku sedang mengecat telur-telur puyuh ini seperti telur ayam lainnya,"

Tercekat? Jelas. Memangnya orang bodoh mana yang mau melakukan hal itu selain Taehyung. Orang gila saja tak melakukan hal gila yang dilakukan Taehyung. "Untuk apa?"

Taehyung menghentikan kegiatannya, menatap hyungnya yang masih memperhatikan beberapa telur yang telah diwarnai.

"Tidak tahu," katanya dengan wajah tak berekspresi sama sekali.

Jin sempat menghela nafasnya sebelum berujar, "Benar kata Namjoon," gumamnya yang berjalan menghampiri sofa. Duduk dengan kaki yang saling bertumpu sambil membuka majalah. "Kau itu sepuluh persen jenius, dan sembilan puluh persen idiot,"

Tunggu dulu, nama yang baru saja disebut itu tiba-tiba menghampiri keduanya. Mungkin bukan karena mendengar Jin menyebut namanya, namun lebih dari itu.

Dengan senyum yang terpatri, menampilkan dua lubang pipi yang membuatnya semakin terlihat manis.

"Aku punya kabar baik untuk kita," katanya. Ketiga pemuda Kim dan satu pemuda Park kini telah singgah pada sofa coklat yang sama.

***

"Soora, tunggu"

Suara Areum menggema di lorong koridor sekolah. Untung saja tidak ada guru yang berlalu lalang. Padahal jika tidak berteriak, Soora tetap akan mendengar suaranya. Memang dasar temannya yang satu ini.

Soora dan Areum sedang berjalan menuju perpustakaan untuk meminjam buku untuk satu kelas. Namun, Soora sedikit kesal, lantaran temannya itu tiba-tiba ingin ke kamar mandi. Jika ingin buang air saja, Chika masih memakluminya, tapi Areum ini malah membenarkan riasan wajahnya. Memang benar, Areum itu pandai merias. Riasannya saja hampir tak terlihat.

"Kenapa kau meninggalkanku?" protes Areum sambil merapikan poninya.

"Kau lama sekali. Sudah lama, aku pikir kau sedang buang air, tapi malah membenarkan riasan,"

Areum hanya terkekeh kecil, padahal ia lihat wajah Soora sedikit masam. Terkadang Areum itu heran, kenapa teman sebangkunya ini suka sekali memasang wajah judesnya. Andai saja Soora mau sedikit tersenyum, pasti banyak laki-laki yang akan mendekatinya.

Omong-omong soal laki-laki, Areum jadi teringat saat dirinya berada di kamar mandi tadi. Dua orang kakak kelas tengah membicarakan Jungkook. Tidak jelas sih apa yang diperbicarakan, tapi gadis itu mendengar jika Jungkook sudah memiliki kekasih. Jelas hal ini langsung di pertanyakan pada Soora.

"Benarkah begitu, Soora?"

Bagaimana ya, cerita Areum ini mau dibenarkan atau tidak saja Soora masih bingung. Bukannya ingin menyembunyikan hubungan mereka, tapi menurut Soora itu bukan hal yang harus diumbar. Mengingat banyak sekali penggemar wanita dari ketua tim taekwondo itu. Dirinya hanya tak ingin menjadi perbincangan sekolah.

Maka dengan helaan nafas panjang Soora berkata, "Bawalah saja dulu bukunya, aku ceritakan nanti,". Soora berlalu begitu saja, meninggalkan Areum yang masih dirundung kebingungan.

Berjalan menuju kelas kembali itu rasanya butuh tenaga dua kali lipat bagi Soora. Sudah membawa separuh buku dari jumlah murid di kelasnya, ditambah ocehan Areum yang terus-terusan menanyakan hal itu. Tidak sabaran sekali. Ingatkan Soora untuk menyumpal bibir Areum dengan penghapus.

Saat keduanya memasuki kelas, hanya suara bising yang terdengar. Tentu saja, gurunya sedang keluar, mungkin sedang menguping pembicaraan seperti yang dilakukan Areum tadi. Ah, tidak-tidak, mana mungkin guru seperti itu. Apalagi guru Bahasa Inggris-nya itu menjabat sebagai wakil kepala sekolah.

"Iya, memang benar Jungkook Oppa sudah memiliki kekasih," katanya yang mencoba menjelaskan.

"O? Benarkah? Siapa dia? Pasti cantik, Jungkook Oppa saja tampan seperti itu,"

Mendengar Areum memberikan pujian untuk kekasih Jungkook, Soora jadi sedikit malu. Lebih tepatnya bersemu. Bagaimana tidak? Kekasih Jungkook ini ada dihadapannya, Areum-nya saja yang tidak tahu. Dirinya mengangguk kaku dihadapan Areum. Semoga saja Areum tak melihat merahnya pipi Soora.

Jika diingat, saat Areum menginap di rumah Soora, Areum pernah berkata jika dirinya membayangkan Soora menjadi kekasih dari kakak kelas tampan itu. Kalau begini kan Soora jadi bingung, mengaku atau tidak, ya?

Tiba-tiba Soora merasakan sesuatu didepan wajahnya—Areum mengibaskan tangannya. Hingga Soora tersadar dari lamunannya, dia bingung harus menjawab apa dari pertanyaan Areum tadi.

"Pasti nanti kau tahu," jawab Soora sekenanya.

Areum hanya mengangguk patuh. Biasanya saja dia akan terus memaksa seseorang untuk bercerita. Namun untuk sekarang, lebih baik Areum seperti ini saja. Jangan mengganggu orang hanya karena rasa penasarannya.

Sekitar tiga jam akhirnya jam sekolah selesai, semua siswa berhamburan keluar kelas untuk berkumpul di lapangan menyaksikan pertandingan basket antara sekolah mereka dengan sekolah lain. Banyak siswi berteriak meneriaki jagoan sekolahnya. Bahkan tim cheerleaders dari kedua sekolah baru saja menampilkan penampilan terbaik mereka.

Lain halnya dengan Soora, saat teman-temannya memilih untuk menonton pertandingan basket, gadis itu malah berjalan ke lain arah menuju kelas kekasihnya. Dia merapalkan doa agar tak ada siswa atau siswi lain melihatnya. Soora juga berharap jika kekasihnya itu berada di kelas, lantaran saat melewati lapangan, Soora tak melihat presensi Jungkook berkumpul dengan teman-teman sekelasnya.

Saat Chika sampai didepan pintu kelas Jungkook, ia mendengar dentingan sendok yang beradu dengan sesuatu—seperti suara kotak makan. Dan benar saja, laki-laki itu tengah asyik mengunyah daging panggang. Soora terkekeh gemas melihat pipi Jungkook penuh dengan makanan. Jungkook belum juga menyadari kehadiran Soora. Jika diperhatikan lamat-lamat, kekasihnya itu sepertinya sangat lapar, padahal tadinya Soora ingin mengajak Jungkook pergi ke kedai mie, tapi tidak jadi karena Jungkook ternyata membawa bekal sendiri. Tapi kenapa tidak dimakan saat jam istirahat, ya? Dengan langkah pelan Soora mendekati Jungkook.

"Kekasih Soora pasti sangat lapar,"

Seketika tubuh Jungkook membeku mendengar suara yang tak asing dirungunya. Beberapa kali mengedipkan mata saat pandangannya bertemu dengan manik indah Soora. Tangan kanan yang masih memegang sumpit, serta buku yang menutupi bekalnya agar tak ada yang melihatnya sedang makan. Sayangnya, pertahanan itu telah dilihat Soora. Jungkook jadi tak bisa menahan senyumannya.

"Hehehe," Jungkook meneguk soda didepannya. "Iya, tadi pagi noona mengerjaiku. Jadi aku malas sarapan di rumah, dan Mama membawakan bekal untukku," sambungnya.

"Padahal Soora ingin mengajak ke kedai mie. Tapi tak apa, Oppa makan saja bekalnya," ucapnya dengan senyuman yang melemahkan hati Jungkook. "Tapi, kenapa tidak dimakan saat jam istirahat tadi?"

"Aku mengejar ulangan. Kau kan tahu sendiri, aku minggu lalu lomba taekwondo," jelasnya.

Kekasihnya hanya mengangguk, namun Jungkook sedikit menyesal karena tak bisa menuruti keinginan Soora untuk ke kedai mie. Sedetik kemudian, dirinya berujar, "Kalau begitu, kita makan bersama saja bekalku ini. Kau harus cicipi daging panggang milik calon ibu mertuamu," tangannya sudah memberikan sumpit yang menyapit sepotong daging ditengahnya.

Tunggu, Jungkook ini berbicara tidak disaring dulu, Soora kan jadi bersemu. Pipinya terasa panas setelah mendengar kalimat Jungkook. Mati-matian Soora menahan senyum, yang akhirnya juga tak dapat ditahan.

.

.

.

TBC

Bantu aku yuk, baca Red Jelly dengan versi beda di Webnovel.
Judulnya sama kok, cuma alurnya aku bedain.

Follow juga Instagram khusus Red Jelly, red.jelly__
Nanti aku kasih video² tentang Red Jelly.

Red JellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang