Confusion

27 2 0
                                    

Pagi yang cerah, membuat Jungkook terlampau semangat untuk menjemput—tidak, maksudnya semangat untuk bersekolah. Urusan asmara nomor dua. Tapi dirinya tak ingin Soora dinomorduakan. Khusus untuk gadis itu tidak ada nomor dua. Jungkook tersenyum bahagia saat menuruni satu per satu anak tangga dengan tas yang berada di sebelah pundaknya. Langkahnya membawa daksanya menuju dapur, memperhatikan punggung sang ibu yang tengah menyiapkan sarapan.

"Ma, pagi ini Jungkook akan menjemput Soora," kata laki-laki itu selagi menaruh dirinya pada kursi.

Suara bariton putranya itu menyadarkan sang ibu dari kegiatannya. Paras berseri Jungkook pagi ini membangkitkan senyuman khas seorang ibu. Namun, juga membuatnya penasaran dengan arti senyuman itu.

Kedua tangannya terisi penuh dengan makanan yang akan disajikan putra satu-satunya. Masih memasang senyuman itu bersamaan terduduk pada salah satu kursi. Wajahnya nampak turut berseri kala Jungkook memasukkan suapan pertamanya. Salah satu tangannya digunakan untuk menyangga dagunya, memasang pandangan pada Jungkook.

"Sudah mengabari Soora jika ingin menjemputnya?" tanya sang ibu.

Padahal Jungkook baru akan memasukkan suapan ketiganya, namun terhenti selepas mendengar tembakan pertanyaan itu. Sendok yang berisikan pasta itu masih berada di depan bukaan bibirnya, Jungkook hanya menggerakkan kedua maniknya pada sang ibu. "Memangnya perlu mengabari dulu?" tanya Jungkook balik.

Sang ibu malah mengedikkan bahunya, lantas tersenyum lebar menyaksikan air muka Jungkook yang kebingungan bersamaan dengan meletakkan sendok ke atas piring hingga menimbulkan suara dentingan nyaring. Netranya bergulir ke arah lain, melihat sang putri yang baru saja menuruni tangga dengan tas yang ia tenteng di tangan kanannya. Daksanya bangkit, guna mengambilkan seporsi pasta lain untuk putri sulungnya yang sudah berada di meja yang sama dengan adiknya.

"Memangnya Soora akan menerima tumpanganmu dengan mudah setelah kalian berpacaran?" sela sang kakak tanpa memperhatikan sang adik.

"Kenapa tidak? Biasanya juga seperti itu,"

Sang kakak mendengus, dirinya memutar matanya jengah. Terkekeh kecil setelah mendengar kalimat lugu sang adik. Kendati adiknya bandar film porno, pikirannya tetap saja tak sedewasa tontonannya. Ditambah, Sena sangat mengetahui hubungan Jungkook dengan mantan kekasihnya. Yang mana Jungkook selalu terlihat lebih pemalu dan banyak diam ketika berhadapan dengan gadis yang sebelumnya ia jadikan kekasih. Sena tergelitik jika kembali mengingatnya.

"Kau memacari anak orang sudah mendapat restu orang tuanya?" Sena melirik ke arah Jungkook. Ia memasukkan suapan pertamanya saat menunggu jawaban Jungkook. Namun, beberapa menit menanti, sang adik tak kunjung bersuara, membuat asumsinya benar. Jungkook menjalin hubungan dengan Soora tanpa sepengetahuan orang tua gadis itu.

Hening menyambar mereka semua, sang ibu memperhatikan dua anaknya ini cukup penuh tanya. Seingatnya, sewaktu Jungkook dan Sena masih kecil, mereka berdua tak pernah bertengkar. Pun putranya itu selalu melindungi sang kakak, walaupun usia dan tubuhnya jauh lebih kecil dari Sena. Entah apa yang menghampiri keduanya, membuat adik dan kakak itu tidak pernah bisa akur. Selepas bermain dengan pemikirannya itu, sang ibu terbelalak menyaksikan putra dan putrinya yang mendadak saling melempar sampah kertas yang tidak tahu darimana asalnya.

"Kau jangan mencari masalah pagi-pagi begini!" kesal Sena yang mengembalikan lemparan Jungkook.

"Kau duluan yang mengejekku. Lagipula, kau juga tak sehebat itu dalam hubungan percintaan," balas Jungkook.

Baru saja wanita paruh baya ini membayangkan masa kecil Jungkook dan Sena, kini malah ia disuguhi pemandangan tak mengenakan dari mereka berdua. Astaga, mendadak kepala sang ibu terasa pening. Dengan satu tarikan nafasnya, wanita itu mengeluarkan suara tegasnya, menyebut nama dua anaknya.

"Jeon Sena! Jeon Jungkook! Berhenti!"

Suara yang hampir tidak pernah mereka dengarkan itu justru mampu membuat keduanya berhenti dari perang lempar kertas ini. Baik Jungkook maupun Sena, keduanya saling melempar tatapan yang menyalang. Seketika membuat nafsu makan mereka berdua menghilang bersamaan. Dengan sengaja mengalihkan pandangan satu sama lain setelah mendapati sang ibu memberikan kotak bekal pada keduanya—itu adalah makanan yang tidak dihabiskan oleh Jungkook dan Sena.

Tangan laki-laki itu lebih dulu menyambar kotak bekal dan kunci motor yang tergeletak di atas meja makan. Pribadi itu menggendong tasnya di sebelah pundak, memungut sampah kertas yang tadi di lempar sang kakak. Merematnya dengan kuat dan ia lempar lagi pada Sena seraya berkata, "Buanglah sampah itu, sekaligus dengan mulut sampahmu," Jungkook menghalau pergi dari hadapan ibu dan kakaknya.

"JUNGKOOK..!!"

***

Laki-laki bertubuh besar yang dibalut dengan jaket kulit berwarna hitam itu telah berhenti di depan rumah sang gadis. Sekilas ia melongok, masih ada mobil dari ayah kekasihnya itu. Tentu saja, itu berarti jika Soora belum berangkat ke sekolah. Dan saat ini, Jungkook malah diserang rasa kebingungan. Mendengar kalimat kakaknya tadi, dirinya jadi terus memikirkannya selama perjalanan kemari. Secara mendadak, Jungkook jadi teringat saat dia dan Soora resmi berpacaran, gadis itu langsung berlari ke kamar untuk menghindarinya karena rasa malu.

Jungkook tak sempat bertanya sebelum ke sini, dia sudah terlanjur kesal dan tak ingin berlama-lama melihat kakaknya. Karena itu Jungkook langsung membawa dirinya dan juga motornya ke rumah Soora.

"Jungkook-ah.."

Seseorang baru saja memanggil nama Jungkook. Itu adalah Hanseung, kakak Soora yang nampak berjalan keluar dari pintu dengan pakaian rapi-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya. Tak ada yang bisa Jungkook lakukan selain turun dan menghampiri kakak kekasihnya itu setelah melepaskan helmnya.

"Pagi, hyung," sapa Jungkook.

Dia tak mendapat balasan dari Hanseung, lantaran laki-laki itu menyumpal mulutnya dengan roti tawar dengan selai stroberi di dalamnya. Tangannya tengah bergerak mengenakan sepatu pantofel hitam mengkilap. "Masuklah, Soora baru saja selesai sarapan," titah Hanseung sebelum menepuk pundak Jungkook dan pergi meninggalkan rumah.

Melihat kepergian Hanseung, membuat Jungkook membawa tungkainya memasuki pintu rumah berwarna putih ini. Ia sudah diberikan pemandangan indah, melihat Soora yang tengah mengikat tali sepatu. Rambut panjangnya turun dari punggung menutupi sisi kanan wajah ayunya, serta poni yang memantul lembut menambah aura kecantikan gadis itu. Secara otomatis membuat Jungkook menyematkan senyumannya.

Belum saja Jungkook memanggil nama gadisnya, ibunda Soora lebih dulu mengudarakan namanya. Jungkook jadi batal mengejutkan Soora.

"Jungkook sudah makan?"

"Sudah, tante,"

Jungkook sempat menoleh ke arah Soora yang malah memalingkan wajahnya. Ia rasa Soora masih diselimuti rasa malu, jika Jungkook bertemu dengan kedua orang tuanya seperti ini. Tampak sekali raut wajah Soora yang menggemaskan saat mengigit bibir bawahnya dengan bola mata yang bergerak ke segala arah. Pun ia juga melihat saat kekasihnya itu sedikit menarik kedua sudut bibirnya.

Bersamaan dengan itu, ayah Soora datang menenteng tas kerjanya. Duduk di sofa ruang tamu bergabung dengan Jungkook dan Soora. "Soora ingin diantar Papa atau berangkat bersama Jungkook?" tanya sang ayah.

Jujur saja, di sini Jungkook mulai merasa cemas dengan jawaban yang akan dilontarkan Soora. Namun, ia dapat bernafas lega saat ibu kekasihnya menyela lebih dulu.

"Biarkan Soora bersama Jungkook, Pa,"

.

.

.

TBC

Astaga, ternyata aku udah setahun lebih nggak megang cerita ini 😭 tiba-tiba kangen sama mereka.. 🥲

Jangan lupa untuk vote + comment yaa.. ^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red JellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang