7

199 31 26
                                    

Annyeonghaseyo reader-nim

Seperti biasa hari sabtu ketemu sama Taein Shipper.

Siapkan cemilan karena chapter ini cukup panjang (3500+). Sangat cukuplah ya asupan untuk seminggu ke depan. Dan jangan lupa vote dan komentarnya ya. Chapter kemarin vote dan komentarnya menurun #sedih.

Ok, happy reading~

:::::::

Sejak 5 menit yang lalu, mata Wheein tidak lepas dari jam tangannya. Dia terus menghitung mundur hingga tiba waktunya istirahat siang. Seperti biasa dia terlambat bangun dan tidak sempat sarapan. Alhasil dirinya hanya bisa mengisi perut di siang hari.

Hari ini adalah hari ketiga karyawan kasta atas masih menggunakan kantin basement. Oleh karena itu Wheein harus cepat ke kantin agar dirinya mendapat tempat duduk.

Tepat waktunya tiba, tanpa perlu menunggu siapapun, Wheein langsung bergegas ke kantin. Setibanya disana, kantin masih sepi. Segera Wheein mengambil makan siangnya. Kebetulan menu hari ini makanan berat, sehingga cocok untuk perutnya yang kelaparan. Sesuai keinginannya.

Wheein mengambil kursi dengan meja ukuran kecil. Hal ini dilakukannya untuk meminimalisir ada orang lain yang bergabung di meja kecil kecilnya. Wheein pun menikmati makan siangnya seorang diri.

Tak berselang lama, kantin mulai terlihat ramai. Wheein tampak tidak terusik. Namun tiba-tiba seseorang duduk dihadapannya. Tae duduk didepannya dengan senyum mengembang.

Wheein langsung terbatuk karena terkejut atas kehadiran Tae, dia sedang mengunyah makanannya saat pria itu duduk dihadapannya. Tae dengan sangat perhatian memberikan air minumnya. Tapi Wheein yang sadar itu bukan minumannya, langsung meraih minumannya sendiri.

Tae tidak mempermasalahkan hal tersebut. Dia justru berkata, "Kita kan sudah berteman. Kenapa kau selalu menolak bantuanku?"

Wheein mengabaikan pria itu, dia lebih memperhatikan sekitarnya. Dia merasakan orang-orang mulai memperhatikan mereka. Jelas saja, kasta atas duduk dengan kasta bawah sangatlah tidak pantas dimata karyawan lain, terkhusus yang sangat menganut paham tersebut.

Wheein bukan penganut paham aneh itu. Hanya saja dia merasa risih menjadi bahan perhatian orang lain. Dirinya yang selama ini seperti kasat mata, kini menjadi bahan tontonan dan cibiran orang lain.

"Sebaiknya kau pindah, cari kursi lain," ucap Wheein dengan suara pelan. Dia berbicara santai dengan Tae dan tidak mau orang lain mendengar gaya bicaranya yang tidak sopan pada atasan.

"Tidak mau," balas Tae dengan wajah cemberut.

"Masih banyak meja yang lain! Kenapa kau harus dimejaku?" geram Wheein.

"Memangnya apa salahnya. Aku hanya ingin makan bersama temanku."

Teman, teman dan teman.

Sedari tadi Tae terus menggunakan alasan teman untuk menjawab pertanyaannya. Entah apa makna teman bagi pria itu, Wheein tidak mengerti.

Tapi melihat gerak-gerik Tae yang tidak akan mau mengerti keadaannya yang tidak nyaman, Wheein akhirnya diam. Namun makannya dipercepat.

"Pelan-pelan saja. Kenapa kau sangat terburu-buru?" tanya Tae yang melihat Wheein makan dengan sangat cepat. Wheein tidak menjawab.

Selesai dengan makanannya, Wheein segera bangkit dari duduknya dan mengantarkan alat makannya ke keranjang yang sudah disiapkan petugas kantin. Dia mengabaikan Tae yang terlihat ingin protes. Wheein tidak akan mendengarkan pria itu lagi. Cukup makan siangnya terganggu karena pria itu. Tidak dengan yang lainnya.

ONLY TWO FLOORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang