9

142 28 21
                                    

Annyeonghaseyo~

SELAMAT TAHUN BARU READER-NIM

Semoga ditahun yang baru ini si Mbak/Mas CORONA segera berpulang ya. Kita semua selalu sehat dan harapan ditahun ini semua terwujud, AMIN.

Ini adalah updatean pertamaku tahun ini.

Adakah yang masih menunggu couple ini? Acungkan tangan.

Selama libur panjang kemarin aku gak update. Dikarenakan aku pulang kampung jalur darat, alhasil memakan waktu 3 hari dalam perjalanan. Hayoo tebak kampung aku ada dimana jika sampai selama itu dalam perjalanannya?

Sesampainya dikampung pun dipenuhi acara keluarga yang benar-benar aku gak bisa pegang laptop atau handphone lama-lama. Jadi alhasil gak bisa menulis selama 3 minggu ini. Tapi sekarang aku sudah kembali ke kontrakan dan bisa lanjut menulis lebih leluasa. Horeeee~

Tetap dukung karya-karya ku baik yang Ebook maupun yang masih ongoing di wattpad ya. Karena VOTE dan KOMENTAR kalianlah yang buat aku masih semangat untuk berkarya sampai saat ini.

Ok, tanpa panjang lebar lagi, HAPPY READING.

:::::::


Wheein duduk termenung di salah satu bilik toilet wanita dilantai 51. Kejadian beberapa menit yang lalu masih sangat membekas dalam ingatannya. Setiap kata dan pujian yang seharusnya Robin tujukan padanya justru ditujukan pada Lee Rang. Wanita licik yang mencuri hasil karyanya.

Wheein meremas rambutnya untuk melampiaskan kemarahannya. Tidak hanya pada Lee Rang tapi juga pada dirinya sendiri karena seharusnya sejak awal dia sudah bisa menduga hal seperti ini akan terjadi jika dia mengerjakan pekerjaan orang lain tanpa ada sangkut paut dengan dirinya.

Namun Wheein tidak menduga dirinya akan semarah ini dan kemarahannya semakin menjadi ketika dirinya tidak bisa melampiaskan kemarahannya itu pada objek yang membuatnya begitu merasa sangat bodoh sekarang ini.

"Ketua Lee, terima kasih sudah mengikutsertakanku dalam proyek itu. Aku sangat berhutang budi pada eonni."

"Tidak perlu sungkan. Anggap saja aku sedang berbagi rejeki."

Tiba-tiba terdengar perbincangan beberapa wanita yang baru memasuki toilet. Kening Wheein mengerut ketika mendengar suara Lee Rang dan Chae Sora.

"Tetap saja aku merasa sangat berhutang budi. Lain waktu aku akan mentraktir Ketua minum." Suara Chae Sora kembali terdengar.

"Kalau itu aku tidak bisa menolak," jawab Lee Rang yang disambut dengan tawa para wanita itu.

"Yak, Joon Miran, kenapa kau diam saja sedari tadi? Kau tidak senang mendapat bonus dari perusahaan?" Lee Rang menegur wanita lain yang bersama mereka.

Ah, ternyata Miran juga ada disana, batin Wheein.

"Ah, aku hanya sedikit lelah akhir-akhir ini." Suara Miran akhirnya terdengar.

"Kalau begitu bonus liburan kali ini memang sangat cocok untukmu," ujar Lee Rang.

"Tapi Ketua Lee, kapan Ketua mengerjakan proyek ini?"

"Kenapa kau berkata seperti itu? Seolah aku tidak pernah bekerja dengan baik."

"Ah, bukan begitu. Ka-karena aku melihat Ketua sangat sibuk akhir-akhir ini menggantikan Manajer Park. Jadi ku pikir Ketua tidak punya waktu mengerjakan proyek ini." Suara Miran yang panik membuat Wheein menyadari wanita yang duduk bersebelahan dengan meja kerjanya itu awalnya tidak tahu proyek itu dan Wheein menduga Miran mengetahui sesuatu.

ONLY TWO FLOORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang