11. Bukan Irham?

30 5 3
                                    

Malam harinya, aku duduk di ruang keluarga seraya memikirkan sikap Irham tadi.

"Aisyah, lihat deh siapa yang dateng. Ayah yakin kamu bakalan seneng"

Ayah membukakan pintu. Saat aku berbalik ternyata yang datang adalah Naufan dan papanya.

"Saya tau tidak pantas mengunjungi anda selarut ini, tapi saya kalah tekad oleh putraku" ucap papa Naufan

"Aisyah, liat, Naufan beliin kamu hadiah"

Aku membalasnya dengan senyuman tipisku.

"Ayo, mari duduk"

Kini kita berempat duduk di meja makan.

"Naufan, kamu makin hari makin ganteng aja"

"Terimakasih yah"

Aku membuka hadiah dari Naufan itu.

"Astaga, pasti sulit buat beli ini"

Ya, isi hadiah itu adalah sebuah tas keluaran terbaru.

"Makasih fan"

Naufan hanya membalas dengan senyumannya.

"Saya rasa Naufan ingin kemari selarut ini karna suatu alasan" ucap papa Naufan

"Aku mau melihatnya bahagia secepat mungkin" balas Naufan

"Astaga, Naufan kamu romantis sekali" ucap ayah

"Naufan akan fokus sama Aisyah mulai sekarang"

"Kamu gaada pilihan lain selain menikahinya sekarang" ujar Papa Naufan

"Saya akan bahagia selama Aisyah bahagia"

Keesokan harinya, saat aku melewati loker, aku melihat Naufan dan juga Irham yang tengah berada di loker.

"Gue rasa Naufan gaada capek-capeknya" ucap Rizal bersama tiga temannya di sampingku, Naufan dan Irham langsung menoleh ke arahku, lebih tepatnya Rizal dan ketiga temannya di belakangku.

"Aisyah" panggil Naufan

Aku tak mendengarkannya dan berlalu begitu saja. Di kelas, aku menatap nanar ke arah kursi milik irham.

"Lo lagi khawatirin apa?" tanya Yori

"Ngga" balasku seraya menunduk

"Gue udah lama kenal sama lo ya. Kenapa hm? Oh gue tau, ini karna temen lo kan? Yang jantungnya berdebar tiap kali ketemu anak laki-laki itu kan?"

"Jantungnya mulai berhenti" sautku

"Boong lo, mana mungkin. Lo suka sama dia kan"

"Biar gue tebak kenapa dia suka" saut adit

Aku menoleh ke depan dan pandangan ku terkunci ke arahnya.

"Cuma ada satu orang yang buat lo tertarik" ucap Yori

"Naufan!" Serempak keduanya dan kembali menghadap ke depan dan seruan mereka terhenti kala yang di depan sana adalah Irham bukan Naufan. Irham melirik sekilas dan kembali duduk di kursi nya.

Kini, kelas kita sedang berada di laboratorium. Aku melirik irham di depan sana yang tengah dikerumuni gadis lainnya. Beberapa murid lainnya keluar untuk mengambil alat eksperimen sedangkan aku menjaga kerjaan kelompok. Aku mencoba membuka sebuah toples namun sialnya sangat susah. Hingga toples itu direbut oleh seseorang yang ternyata adalah Irham.

"Gue juga bisa" ketusku seraya merebut itu. Namun lagi-lagi aku tak bisa membukanya dan ia kembali merebutnya dan membukanya.

"Lo buat gue khawatir" ucapnya

[9] Tentang Wanita dan Rasa Yang Disembunyikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang