03. Perhatian kecil

47 9 1
                                    

Setelah makan malam, aku masuk ke dalam kamar, sedangkan Ayah,om Tama,dan Naufan duduk di ruang tamu.

Tok

Tok

Tok

"Ya?"

Tak lama seseorang membuka pintu kamarku yang ternyata adalah Naufan yang membawa sepiring potongan buah-buahan. Aku tak menatapnya dan terus duduk di meja belajarku seraya membersihkan beberapa figura di sana.

"Syah, gausah ikut campur urusan keluarga gue. Bunda apaan?"

"Kepo" umpatku

"Kenapa lo masih simpen ini?"

Aku berbalik dan melihat Naufan yang memegang figura yang berisi foto masa kecil kita berdua.

"Gatau. Lo liat deh, lo kayak preman dari kecil" ucapku seraya kembali dengan aktifitas ku.

"Apa?"

"Gue penasaran alasan lo gapernah bisa berkata baik atau pun tersenyum. Tapi sekarang gue tau kalau itu bukan pilihan lo"

"Maksut lo?"

"Keluar sana"

"Hah?"

"Keluar"

Aku mendorongnya untuk keluar dari kamarku. Keesokan paginya, saat aku akan masuk ke dalam kelas, aku melihat Ara yang tengah membersihkan kelas seraya menari nari kecil.

"Ara ngapain?" Gumamku. Kamu terus melihat ara yang masih asik untuk menari. Hingga--

"Ara cantik ya"

Aku menoleh kesamping yang ternyata adalah Bagas.

"Menurut lo itu cantik?"

"Hm, dia beda dari cewek lain"

"Lo jatuh cinta pandangan pertama sama dia?" tanyaku

"Hah?"

"Lo jatuh cinta sama Ara pada pandangan pertama kan?"

Aku melihat Bagas yang masih terdiam. Aku memutuskan untuk pergi dari hadapannya. Kini Aku dan Yori tengah berada di koridor, tepatnya bersandar di pegangan anak tangga.

"Syah, lo tau kan cinta pertama gue Pandu. Anak baru itu selalu aja deketin Pandu, bikin gue kesel aja"

"Ya ngga lah Yor, dia pindah ke sini juga karna beasiswa yayasan bokapnya Pandu"

"Tapi seharusnya dia tahu posisi dia. Lo liat kan, dia gabisa berhenti buat godain Pandu. Pura-pura polos lagi, gatahan gue"

"Udahlah gausah dipikirin"

"Kalau dia godain Pandu lagi, bakalan gue hancurin dia"

"Silahkan kalau lo berani"

Aku melihat Naufan yang datang bersama Pandu. Naufan duduk di anak tangga seraya memainkan ponselnya, sedangkan Pandu bersandar sepertiku. Tak lama Ara datang melewati mereka.

"Heh pembantu" ucap Pandu para Ara yang melewatinya, namun Ara tak merespon.

"Lo ngga denger?"

"Gue harus pergi"

Ara lalu kembali berjalan, namun Pandu menarik tangannya.

"Tunggu"

Tak lama jam tanganku berbunyi saat seseorang melewatiku. Aku menatap jam tanganku dan berdiri ke tengah anak tangga seraya menatap seseorang tadi. Ia terhenti di bawah anak tangga hingga--

[9] Tentang Wanita dan Rasa Yang Disembunyikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang