12. Salah kira

35 5 2
                                    

Malam harinya, Aku dan Ayah tengah makan malam bersama keluarga Naufan di sebuah restoran.

"Naufan belum menghubungimu?" tanya ayah

"Dia bilang hampir sampai" balas Natta

Tak lama Naufan datang.

"Kamu terlambat, duduklah"

Setelah Naufan duduk, kita menikmati makan malam bersama.

"Saya dengar kamu berpapasan dengan pimpinan Dani di Serine Fashion" ucap Ayah

"Tunggu, Naufan nyiapin ini buat Aisyah"

Naufan memanggil pelayan yang membawakannya bunga. Aku segera mengambilnya.

"Makasih Naufan" aku tersenyum manis ke arahnya.

"Aisyah, Ayah di sini"

"Ayah kamu cemburu tuh Syah" gurau Mama Naufan

"Ya ngga dong Ma, Ayah selalu bilang ini sama aku, 'kebahagiaanmu adalah kebahagiaan ayah'."

"Ayah gaakan bisa menang kan?"

"Aku harus segera memanggilmu besan. Atau mungkin besok mereka bisa menikah" saut Papa Naufan

"Berkat kamu, aku punya putra yang baik dan bisa diandalkan"

"Makasih banyak ya Fan, tapi gue ngga nyiapin hadiah buat lo"

"Lo udah kasih ini sama gue"

Ia mengeluarkan gantungan kunci yang ku berikan ketika camping.

"Gue kira udah lo buang. Lo masih nyimpen ini?"

"Tentu"

Aku dan Naufan beranjak dari tempat makan itu dan berjalan jalan ke luar.

"Kenapa sama wajah lo?" tanyaku pada Naufan

"Gimana sama ucapan bokap gue soal pernikahan kita?"

Aku menghela nafasku kasar. "Gue benci ini" balasku

"Kenapa lo benci? Lo suka sama gue"

"Seperti apa yang gue bilang, itu takdir gue buat suka sama lo"

"Kalau gitu, gimana saat lo masih kecil di rumah sakit itu? Apa kenangan gue tentang lo asli atau palsu?"

"Gue gatau" gumamku lalu meninggalkannya. Aku berjalan terus hingga berada di jalan raya. Saat aku menyebrang, langkahku terhenti di tengah jalan.

Tin

Tin

Tin

Aku masih berdiri di tengah jalan dan menangis. Kondisi jalanan kini sangat sepi, tak seorangpun ada di sana.

"Aisyah"

Aku berbalik dan mendapati Irham yang berjalan ke arahku. Aku menatapnya dengan tatapan bingung, aku menunduk dan menangis. Ia meraih tanganku.

"Aisyah, maaf, gue lupa tentang lo"

Aku tetap menunduk dan menangis.

"Aisyah, lihat gue" aku mendongak dan menatapnya.

"Gue di sini"

Brukk

Ia memelukku di sana dan aku masih dengan tangisanku.

"Gue gaakan pergi ke mana pun"

"Hikss,,hiksss"

Ia mengajakku duduk di taman yang dekat dengan jalan itu.

"Gue masih ngga ngerti alasan lo hilang dan lupa ingatan"

[9] Tentang Wanita dan Rasa Yang Disembunyikan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang