Aisyah PoV
Aku mencari Naufan di ruang khusus itu. Dan aku melihatnya tengah duduk termenung di sana. Aku menghampirnya.
"Naufan"
Panggilku. Aku melepaskan cincin milik mendiang ibunya dan memberikan kembali padanya. Ia menerimanya dengan tersenyum tipis.
"Sana pergi" ucapnya lalu ia berdiri menatapku "Dulu dan sekarang, gue kayak monster buat lo"
"Ngga. Lo bukan seperti itu. Lo Naufan pria yang punya banyak luka dan sangat kejam. Ada cerita klise, tapi hanya kita yang tau betapa kejam dan menyedihkan ini. Naufan, karna itulah gue mau ucapin terimakasih dan gue udah maafin lo"
Aku melihatnya yang mulai menangis di hadapanku. Aku mengulurkan tanganku.
"Makasih. Semoga lo bisa jadi diri lo yang sesungguhnya, sama seperti guebisa nemuin diri gue yang asli"
Aku benar-benar menahan tangisku kali ini dan mencoba tersenyum di hadapannya. Ia menjabat tanganku dan tersenyum meski aku tau ia melakukan itu terpaksa. Kini aku berada di taman bersama Irham.
"Apa gue bilang? Udah gue bilang kita harus cepet. Ngga semua orang bisa beli roti itu"
Aku masih sebal karna Irham tadi yang sangat lambat hingga kita kehabisan roti kesukaan ku.
"Tadi kan gue udah bilang cepetan"
Ia tak membalas malah mencubit pipiku.
"Sorry ya"
"Lo tau harus gimana kan lain kali?"
"Iya, gue bakal lebih cepet"
"Gue kan baru marah, jadi gue mau minum"
Saat ia akan mengambil minum di sampingnya, tak sengaja ia menyenggolnya dan menyebabkan minuman itu tumpah pada jas sekolah yang ia taruh itu.
"Yaampun, ceroboh banget sih"
Aku berdiri di hadapannya dan menarik tangannya dan membersihkannya dengan tisyu.
"Kenapa lo tumpahin sih? Jas lo juga basah"
Saat aku akan mengambilnya, ia malah berdiri lalu memelukku.
"Lo ngapain sih? Gimana kalau ada yang lihat?"
"Gue ngga peduli. Aisyah, gue ngga keberatan apa pun pengorbanannya"
Aku bingung akan ucapannya itu, namun aku tak menganggapnya serius lalu tersenyum dan membalas pelukannya. Tak lama aku melepaskan pelukan itu.
"Irham"
"Ya?"
"Akhirnya kita ngerasa seperti kembali di awal. Kita berdua pernah sama-sama lupa ingatan, tapi kita ngga pernah nyerah. Dan akhirnya kita ketemu satu sama lain dan kita ciptain takdir sendiri dengan bertemu kembali. Gimana menurut lo? Bukannya itu luar biasa?"
"Hm, gue bahagia banget"
"Kita bakal habisin waktu bersama di umur 19 dan 20 tahun. Ngga, selamanya. Akan ada banyak hal yang bisa kita lakuin setelah lulus. Jantung gue baik-baik aja sekarang, jadi sebaiknya kita lakuin apa? Gue bakal tulis harapan baru, apa ya?" ucapku seraya membuka ponsel dan membuka note di sana
"Daftar Aisyah dan Irham. Saling kirim surat? Membeli barang pasangan"
Aku terkejut akan ucapan Irham yang ternyata membaca note di hp ku, sontak aku menutup hp ku itu dan mematikannya.
"Ap--paansih, bukan apa-apa kok. Ini-- ee lo liat semuanya?" tanyaku seraya menatapnya
"Iya, cium 100 kali"
KAMU SEDANG MEMBACA
[9] Tentang Wanita dan Rasa Yang Disembunyikan [END]
Novela JuvenilGimana sih rasanya jadi seorang wanita yang harus menyembunyikan berbagai rasa yang ia miliki? Cast : ArSyah🐣