Scenery 07 - Grow Up With Me

227 38 5
                                    

Matanya Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya Mark.
...

Pairing : Mark Siwat & Perth Tanapon
Lenght : Oneshoot

(Ini Side Mark sequel dari Scene 06)

...

Mark POV

Aku terbangun dan sejenak merasa aku masih bermimpi.
Sungguh jika ini memang mimpi, aku terus ingin berada dalam mimpi ini.

Dia yang kupuja dan satu-satunya yng ada di hatiku kini sedang terlelap di sampingku.
Aku beranjak duduk lalu membenarkan selimutnya dan mencium bibirnya yang candu.

Perth Tanapon, satu-satunya yang kuinginkan dalam hidupku.

Aku turun ke lantai bawah untuk mandi sekaligus masak sarapan.

'Kenapa aku nggak pernah bahagia?' Perth
'Karena kamu hanya tidak bisa menerima keadaanmu.' Jawab Mark yang Perth yakini itu hanya ucapan hiburan.

Disetiap sudut rumahku, aku teringat bagaimana interaksiku dengannya.
Dia yang sangat kucintai.

Persahabatan kami itu sangat konyol, satu persatu dari kami memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Sejak awal aku sudah memiliki Atta dan Mean. Lalu Perth itu selalu sendirian, dia jahil tapi tidak pernah tersenyum, tingkahnya nakal sekali dan sering bikin anak lain menangis lalu mengadu pada ibu mereka, padahal waktu itu kita masih Anak-anak berusia 5 tahun.

Dan pertamakalinya dia mengejekku adalah saat aku mimisan, dia memandang aneh padaku sambil.bergumam Jijik.
Aku tidak merespon karena aku merasa pusing akibat darah yang tidak berhenti keluar dari hidungku.

Saat masuk Sekolah Dasar, tidak heran kami bertemu lagi. Sekolah Dasar 1 dan 2, dan kami sama-sama di Sekolah yang kualitasnya lebih dari lainnya.
Yang kuherankan dia seolah berbeda dengan saat di TK.
Dia lebih pendiam.
Usia kami sama 7 tahun, dan di usia itu aku sudah melihat dirinya lebih tertutup, tetap tidak pernah tersenyum, terasa sangat aneh.

Rumahnya dekat dengan sekolah kami, dia selalu pulang jalan kaki, aku yang dibonceng temanku jelas sering melihatnya jalan sendirian.

Pada awalnya aku tidak paham mengapa rasanya diriku sangat penasaran padanya.
Hingga di kelas 3 saat itu kebetulan kelas kami melakukan Pelajaran di Lab Komputer yang hanya ada 5 buah, jadilah kita disuruh memiliki kelompok.

Dia, Perth Tanapon tidak pandai, dia memiliki kelemahan mendengar, menghafal bahkan melihat, tapi dia itu sangat cerdas karena cepat sekali memahami pelajaran lalu aku memberanikan diri untuk mengajaknya bergabung dengan kelompokku.

Mean dan Atta tidak setuju, mereka masih ingat bahwa Perth adalah anak aneh.
Aku tidak perduli dengan ucapan mereka.
Perth menerimanya, mungkin terpaksa.

Semenjak itu kami menjadi dekat, dia juga sering main bersama kami.
Aku merasa senang dia mulai terbuka, ternyata dia sangatlah polos dan jujur.
Meski keras kepala.

Scenery - Markperth VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang