3. Damai?

1.4K 239 1
                                    

"Irene dengerin aku dulu"

Irene menghempaskan tangan Kaesa kasar. Matanya berkaca-kaca dan sembab. Dadanya naik turun menandakan dia menahan emosinya yang siap kapan saja meledak karena tingkah sahabat masa kecilnya ini.

"Apa? Alasan apa lagi yang mau kamu buat ha?" Bentak Irene keras. Dia tidak menghiraukan lagi dimana dia berada.

"Kamu tuh berubah Kaesa. Kamu berubah. Kamu bukan Kaesa yang aku kenal dulu" Ujar Irene lirih.

Bahkan dinginnya malam menusuk kulit mereka berdua. Tidak peduli lagi angin malam yang berhembus kencang menerbangkan helaian rambut dan menghempas baju mereka.

"Irene dengerin aku dulu" Seru Kaesa. Dia sangat benci sifat sahabatnya yang satu ini. Keras kepala.

"Apa yang perlu aku dengerin lagi Kaesa? Apa?!" Bentak Irene. Bahkan sekarang mereka menjadi bahan tontonan orang yang berlalu-lalang.

Kaesa memejamkan matanya dan membukanya kembali. Menatap sang pemilik hatinya dengan lembut. Ingatlah satu hal, sahabatnya ini tidak bisa dibentak dan dimarahi.

"Kita pulang dulu" Ajak Kaesa sambil menarik tangan Irene lembut.

Seakan kemarahannya tadi meluap begitu saja. Digantikan tatapan hangat dan lembut miliknya.

Karena dia tadi ke rumah Chandra naik motornya Kaisar. Jadilah dia meminjam motor Kaisar terlebih dahulu. Lumayanlah, bawa motor N-Max kesayangan Kaisar.

Sedangkan trio trouble maker itu hanya bisa menahan nafas melihat kemarahan Irene. Bahkan masih diingatnya kejadian tadi Irene langsung mendobrak pintu kamar tuan muda Chandra dan langsung menarik Kaesa yang sedang fokus dengan handphonenya.

"Si Irene kalau narah serem bat dah" Celetuk Chandra.

"Gue masih bingung aja gitu. Si Irene beneran ngga tau masalah keluarga Kaesa ya? Masa iya sih?" Sahut Kaisar.

"Dia emang ngga tau. Gimana si Kaesa mau cerita kalau si Irene terus bicaraain si laut terus?" Ujar Lisa.

"Lah terus gue pulangnya gimana?" Tanya Kaisar sambil cemberut.

Chandra memutar matanya malas, "Lo pulang bareng supir gue. Lisa juga. Gue ngga mau kalian kenapa-kenapa. Udah malem soalnya"

"Ih aa Chandra baik banget. Jadi sayang" Ujar Kaisar dengan gaya imutnya.

Chandra bergeridik ngeri, "Sorry. Tipe gue bukan seme. Gue maunya uke gemes"

Dan karena ucapan itulah mereka kembali tertawa. Tapi tetap saja, pikiran mereka tidak bisa lepas dari Kaesa saat ini.

****

Sesudah mereka sampai di apartement, Kaesa mandi terlebih dahulu. Badannya sangat lengket karena keringat dan tentu juga polusi Jakarta yang bejibun banyaknya.

Selesai mandi, dia membuatkan 2 cangkir susu coklat hangat untuk teman mengobrol mereka. Sekali lagi, Kaesa lupa kapan terkhir kali mereka mengobrol sambil ditemani secangkir coklat hangat.

"Aku mau ngobrol serius sama kamu" Ucap Kaesa serius.

Diteguknya coklat hangat itu sebagai persiapannya mengatakan sesuatu yang dia pendam saat mereka baru menaik kelas 11 dan sampai sekarang.

"Mama menggugat cerai sama papa" Ujar Kaesa dalam keheningan mereka. Membuat Irene seketika membatu diam.

Om Taruna sana tante Sinta mau cerai-batin Irene

"Awalnya aku kira cuma ngeprank karena waktu mereka kasi kabar itu tiga hari sebelum ulang tahun aku. Tapi setelah om Rahde nelphone, aku percaya itu bukan prank"

GIVE IN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang