6. Everything Gonna Be Alright

1.4K 241 13
                                    

Vote dulu yook!!




Mungkin kedepannya baru bisa update minggu depannya lagi. Kalo moodnya bagus :v

Buat cerita bergendre angst itu susah loh gess :)















"Kaesa" Panggilan dingin dan datar itu berasal dari Irene.

Si trouble maker sekolah diam saat mendengar panggilan itu. Tapi mereka melanjutkan perjalanan mereka kearah kantin.

"Aku bilang berhenti KAESA LAURENA NARATAMA!" Okay. Peringatan itu sungguhan. Mau tidak mau si trouble maker itu berhenti dilorong menuju kantin.

Irene berjalan mendekat kearah Kaesa dan troubel maker lainnya. Pandangannya tajam dan bercampur khawatir karena sahabat kecilnya ini tidak pulang ke apartement.

Disamping Irene ada Sean bersama gengnya dan Rose sahabat Irene. Sean menatap Kaesa dengan smrik jahat dan Rose yang menatap geng Kaesa dengan kasihan. Terutama pada Lisa.

"Kamu dari mana aja ha? Aku khawatir sama kamu?" Tanya Irene. Air matanya menggenang di pelupuk matanya.

"Aku nginep dirumah Kaisar. Ngga lerlu khawatir." Balas Kaesa singkat dia tifak ingin menatap mata berkaca-kaca sang pujaan hati.

Topi yang Kaesa gunakan tambah dia turunkan. Membuat matanya tak terlihat oleh lawan bicara. Dia hanya tidak ingin terlihat menyedihkan.

"Setidaknya kabarin aku Kaesa" Ujar Irene lagi. Dia sangat kesal.

"Hp aku lowbet" Lagi. Hanya balasan singkat.

Irene menghela napas, "Oke. Sekarang aku mau kamu minta maaf sama Sean sekarang" DUAR EMSIDI. Perkataan Irene tadi membuat hati Kaesa sakit.

Tidak bisakah Irenenya mendengar dan melihat sudut pandangnya dan sahabat-sahabatnya? Bahkan Lisa, Kaisar, dan Chandra melotot dibuatnya.

Enak aja. Mereka juga ditonjok habis-habisan ya. Masa mereka doang yang minta maaf?

"Udah gue bilang. Bukan kita yang salah disini" Ujar Lisa. Dia benar-bebar muak dengan gadis berparas dewi seperti yang dikatakan orang-orang. Tapi menurutnya, sekarang wajah dewi itu seperti demon.

"Aku ngga mau minta maaf kalau Sean ngga mau minta maaf kak. Disini aku juga korban" Ujar Kaesa.

Lagi dan lagi.. Dia mencoba menahan amarahnya yang siap kapan saja meluap itu. Tapi ingatlah, semarah apapun Kaesa kepada Irene. Dia akan selalu mengalah.

"Sudah jelas disini elo yang salah. Saksi mata juga mengatakan kalo elo yang salah bangsat" Celetuk Samuel. Teman segeng Sean.

"Tauk ni. Makanya, pas kumpul kamarin dateng. Ops, gue lupa. Orang tua lo kan ngga pernah mendi-"

Buks
Kaesa meninju wajah Ralo. Teman segeng Sean yang tadi mengatakan sesuatu yang paling Kaesa benci.

Kaesa menarik kerah seragam sekolah Ralo, "Sekali lagi lo ngucapin sesuatu yang menjelekan nama orang tua gue. Gue gorok juga leher lo pake keris kakek gue"

GIVE IN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang