2. Teletubis

1.4K 265 0
                                    

"Aku berangkat bareng Sean" Ujar Irene saat Kaesa keluar dari kamarnya.

Sedangkan Kaesa seakan tak peduli dan hanya mengambil 2 roti dan mengolesnya dengan nutela. Tidak ada yang bicara. Kaesa yang moodnya turun karena Irene akan dijemput Sean sedangkan Irene diam karena jelas dia masih marah dengan Kaesa.

"Aku berangkat" Ujar Kaesa langsung beranjak dari tempat duduknya.

Meninggalkan Irene yang moodnya tambah jelek karena sahabat kecilnya itu tidak memberikan kecupan hangat di dahinya atau pelukan pagi yang biasanya Kaesa lakukan kepadanya.

Dia juga pergi meninggalkan apartement saat Sean sudah sampai di lobby apartementnya.

****

"Tumben lo ngga berangkat bareng Irene?" Tanya Chandra saat mereka berada dikantin.

"Dia berangkat bareng Sean" Balas Kaesa datar.

Mereka bertiga tahu kalau mood sahabatnya ini sedang jelek memilih diam saja. Karena kalau orang tenang seperti Kaesa ini marah dan kesal, hanya datu orang yang dapat menenangkannya yaitu Irene.

"Tu si Irene sama si laut" Tujuk Kaisar dengan dagunya. Membuat yang lain juga ikut menoleh kearah yang ditunjuk.

Ya.. Mereka melihat Irene dengan Sean sedang berjalan dengan beberapa teman Sean dan Irene. Mereka tampak sangat senang dengan tawa yang menghiasi wajah mereka.

Sakit. Itu yang sekarang Kaesa rasakan.

Seketika dia tersadar. Desember besok adalah ulang tahun Irene yang ke-17. Dimana pada masa remaja ini dia mulai penasaran dengan yang namanya kasmaran dengan cinta pertamanya.

Dan tentu saja orang beruntung itu adalah Sean Davian Stanford. Lelaki blasteran Australia-Manado yang selalu membuat kaum hawa menjerit saat dia menampilkan batang hidungnya.

Kapten tim basket putra yang selalu mengharumkan nama sekolah dan jangan lupa, badannya yang tegap dan wajah tampannya yang membuat semua orang jatuh kedalam pesonanya. Dia juga ketua OSIS disekolah ini.

"Nanti kita bolos yok. Gue mau main ke angkringan. Kangen bocah-bocah SD gue" Bisik Lisa membuka suara. Lebih tepatnya ingin mengalihkan penglihatan Kaesa dari Irene.

"Yook. Gue kangen banget sama pisang coklatnya bu Ina" Sambar Kaisar semangat tapi dengan berbisik

"Lo ikut ngga?" Tanya Chandra yang kepada Kaesa yang dibalas anggukkan.

"Iya gue ikut"

"Oke deh. Kuy langsung cabut aja. Nanti nitip tas sama Galang biar dia bawa pulang dulu" Ujar Kaisar yang dibalas anggukkan serempak.

Baru ingin keluar dari kantin. Suara dingin Irene terdengar dibelakang mereka. Mereka berempat saling melirik dengan keadaan mematung. Bukan karena apa, itu karena mereka tau Irene itu adalah sekertaris OSIS yang tugasnya selalu mencatat nama siswa yang melakukan kenakalan seperti yang mereka lakukan sekarang.

"Aku tanya sekali lagi. Kalian mau kemana?" Tanya Irene lagi. Mau tidak mau mereka berbalik arah kearah gadis cebol yang sekarang berdiri dihadapan mereka.

"Kita mau ke kelas Rene" Ujar Lisa ketus. Dia paling tidak suka dengan manusia cebol satu ini yang selalu mematahkan hati sahabatnya.

Irene memicingkan matanya tajam. Seakan tidak percaya dengan apa yang sekarang dia dengar.

"Kalian tidak bohongkan?" Tanyanya lagi. Matanya tak lepas dari Kaesa yang menatapnya datar.

"Iya Rene" Ujar Kaisar tegas seakan meyakinkan si sekertaris OSIS yang selalu dibanggakan oleh semua guru itu.

GIVE IN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang