2020, December 14th
"Lapaaar~"
"Aduh, lapar ini perutku udah perih!"
Akhir tahun selalu menjadi momen yang paling menyebalkan untukku. Aku yang terbiasa makan teratur dan bahkan sempat mencicipi cemilan yang kutemukan di meja kerjaku, tumpukan snack pembelian impulsif tentu saja, saat ini belum mengisi perutku sama sekali. Perutku rasanya kering dan perih, sakit sekali. Beberapa kali aku mencoba mencuri waktu untuk membuka aplikasi delivery makanan, tapi tidak tahu ingin makan apa.
"Apa karena saking laparnya aku jadi ga bisa mikir, ya?"
Brug!
"Hah! Kaget!"
Tumpukkan berkas entah apa setinggi sekat meja kerjaku tiba-tiba mendarat dengan suara yang mengagetkan. Lalu mataku beralih dari tumpukan berkas ke wajah orang yang membawanya. Tampan sekali seperti biasa. Pemandangan yang sangat langka karena akhir-akhir ini diberlakukan wfh atau kerja di rumah. Ya, tahun 2020 adalah tahun teraneh karena ada pandemi yang membuat orang harus menjaga jarak.
"Ini semuanya belum diperiksa. Apa kamu ga bisa selesaikan ini sebelum besok? Lama sekali." Katanya dengan raut yang kesal tapi masih tampan.
"Tapi kan itu bukan tugasku." Kataku mengalihkan pandangan dari wajahnya ke layar monitorku kembali.
"Hmm, iya aku tau. Tapi masalahnya anak baru itu ga bisa. Cuma kamu yang bisa mengerjakan ini." Jawabnya ketus.
"Ya gajiku harus double kalau aku kerjain itu." Balasku santai. Dia pasti kesal terlihat dari helaan nafas panjangnya, tapi aku lebih kesal lagi.
"Hmm, kamu belum makan, kan?" Tanyanya tiba-tiba.
"Hah? Gimana?" Tanyaku yang tiba-tiba juga.
"Ayo! Makan dulu temani aku ke cafe di lantai 14." Katanya sambil menarik lengan bajuku.
"Ih, ga jelas ya."
Kami berdua pergi ke cafe. Saat melakukan pesanan, Minhyun, ya orang menyebalkan yang satu divisi denganku sekarang, tampak tersenyum beberapa kali dengan kedua daun telinganya yang memerah. Ah, pasti karena baristanya cantik sekali ya saat membuat kopi. Memang Minhyun tidak pernah berubah kalau sudah melihat wanita cantik.
"Padahal ga perlu ajak aku kalau mau ketemu baristanya." Bisikku sambil menyikut lengan Minhyun.
Minhyun berbisik balik dan mendekatkan bibirnya ke telingaku, "Aku kan mau makan bareng kamu. Masa kamunya ga ada?"
"Dih!"
Geli, ya sangat menggelikan rasanya di dalam perutku. Padahal dia hanya melakukan hal yang biasa dia lakukan ke semua wanita cantik. Tapi aku masih merasakan kupu-kupu terbang di dalam perutku yang kosong sejak pagi ini setiap kali melihat wajah Minhyun dari dekat dan mencium wangi parfumnya yang membuat nyaman.
"Happy birthday~" Ucapnya tiba-tiba.
"Hah? Apa?"
"Ya, karena akhir tahun kamu selalu sibuk, hari spesialmu jadi terlewatkan begitu saja." Katanya sambil menatap kedua mataku. Aduh... ya.
"Jadi, aku membawamu ke cafe ini. Tadaaa~"
Minhyun menadahkan tangannya ke arah proyektor yang tiba-tiba diturunkan oleh barista cantik tadi. Lalu diputar video yang isinya candid diriku saat pergi berjalan-jalan ke berbagai negara dengannya. Waw, jadi rindu jalan-jalan rasanya. Apalagi jalan-jalan dengan Minhyun, berdua saja.
"Tahun ini kita ga bisa pergi kemana-mana. Kamu pasti bosan dan sedih." Katanya sambil membawakan kue dengan lilin di atasnya.
"Happy birthday, again. Make a wish." Lanjutnya.
Aku pun berdoa, berharap semua hal yang membahagiakan setelah semua kesulitan yang aku hadapi. Aku pun berdoa, berharap Minhyun akan tetap berada di sampingku dan membuatku bahagia sampai akhir nanti.
"Setidaknya dalam setahun, hari spesialmu harus menjadi hari yang dilewati bersamaku." Katanya sambil tersenyum.
"Sebelum nanti, setiap hari kita lewati bersama." Lanjutnya biasa kerdus.
"Ayo tiup lilinnya."
Sebentar.. katanya tiup lilin tapi lilinnya bahkan tidak menyala. Minhyun sepertinya mulai tertular clumsy, sedikit. Dia pun tertawa kecil seperti bapak-bapak. Aku jadi ikut tertawa juga walau tidak tahu letak kelucuannya selain suara dan wajahnya yang lucu.
"Ya sudah tiup ini saja." Katanya sambil menyalakan flashlight dari ponselnya.
"Hah? Gimana caranya deh?" Tanyaku bengong lagi.
"Kamu tiup saja ponselku." Jawabnya polos.
"Eh, tapi ini sedang pandemi tau. Jangan nanti ada virus." Kataku sambil membetulkan masker yang menggantung di leherku.
"Iya juga ya. Tapi..."
"Tapi apa?"
Cup
Minhyun mengecup keningku tiba-tiba. Dih, apalah dari tadi tiba-tiba semua. Mau marah tapi ya sudahlah.
"Kamu panas ya. Barusan aku cek suhu dahimu dengan bibirku. Hmm ayo swab test dulu. Hahaha!" Katanya sambil tertawa bapak-bapak lagi.
"Heh! Minhyun!"
"Hahaha!"
Sekian.
Hahahaha!
Buat kakak yeoldorado14