#001 Gunung di Belakang Kota (1)

3K 687 128
                                    

"Aku tidak bisa lagi!" Jake menghempaskan sabit di tangannya ke tanah. Mendudukkan dirinya sambil mengibas-ngibaskan tangan karena kepanasan "Kenapa kita harus melakukan ini?"

"Sudah ku bilang, kan, kita harus mencari tanaman obat untuk Kak Heeseung. Dan tanaman itu hanya tumbuh di gunung belakang kota. Kakakku memerlukan obat-obat ini untuk kesehatannya. Menjadi Miko itu benar-benar menguras energi," kata Jay. Dia dengan telaten memotong tanaman dengan bunga berwarna biru yang dimaksud lalu melemparkannya ke keranjang rotan di punggungnya.

"Orang itu kemana-mana selalu merepotkan!" cibir Jungwon.

"Tidak ada yang bisa ku lakukan. Semua Miko dari dulu memang begitu."

Jake menoleh ke belakang, tepatnya ke arah puncak gunung yang ditutupi berbagai macam pohon dan tumbuhan. Demi dewa, gunung ini besar juga. Untuk naik ke sini saja, butuh waktu sekitar 3 jam. Sungguh melelahkan sekali, tapi hebatnya Jay melakukan ini untuk kakaknya rutin tiap 3 bulan sejak kecil.

"Jungwon, kau tidak bisa membuat tanaman ini? Biar Jay tidak kerepotan naik gunung," celetuk Jake.

"Aku sedang mencoba. Aku tidak bisa membuat tanaman yang aku tidak tahu wujudnya," Jungwon menatap tanaman itu lekat-lekat, dari ujung bunga sampai akarnya, "Sumpah, deh, ini rumput jenis apa?"

"Kau saja tidak tahu apalagi aku,"

"Bunga ini memang hanya tumbuh di gunung ini saja. Tidak di tempat lain. Oleh karena itu, perlu tenaga ekstra untuk mendapatkannya. Tapi, syukurlah satu keranjang saja sudah cukup untuk tiga bulan."

Jay memeriksa lagi isi keranjangnya, "Kalau kalian lelah, istirahat saja. Aku sudah terbiasa melakukannya sendirian. Aku mau naik ke atas dulu, mungkin aku bisa menemukan tanaman lain yang bermanfaat buat Kak Heeseung."

"Hidupmu itu cuma buat kakakmu saja, ya," ucapan Jake membuat Jay menoleh padanya dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.

"Ya, sejak kedua orang tuaku meninggal, aku hanya punya kakek dan kakakku saja."

"Ibumu?" tanya Jake. Seingatnya, ada wanita yang selalu Jay panggil ibu selama dia ada di sini.

"Itu bibiku. Karena dia sudah merawatku dan Kak Heeseung sejak kecil, aku memanggilnya ibu. Jangan mencoba untuk menghiburku atau parang ini menancap di kepalamu!" kata Jay ketika Jake hendak menepuk punggungnya.

"Eh, Sunoo dan Sunghoon kemana?" Jungwon mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

Jay terlihat berpikir, "Iya juga. Mereka kemana?"

"Kami mencari tumbuhan di sebelah sana," Sunoo dan Sunghoon tiba-tiba muncul dari balik semak-semak dengan sekeranjang penuh rerumputan dan tanaman.

"Kalian sudah dapat banyak!"

Sunghoon mengangguk, "Sunoo ternyata hebat sekali kalau soal tanaman herbal. Dia bahkan mencari lebih cepat daripada aku."

"Tentu saja. Kalian pikir bagaimana aku merawat Jake selama hampir satu tahun."

"Kalau begitu kita pulang," Jay berjalan memimpin di depan.

Sementara itu, Jake menunduk untuk memungut sebongkah batu. Batu itu berwarna hitam dengan bentuk yang tidak biasa dan juga terasa ringan bila dibandingkan dengan batu pada umumnya. Kemudian, dengan sigap Jake berjongkok lalu merisak rumput, dia tersenyum lebar, "Wah, klan ini punya banyak hal."

"Jake, cepatlah!"

Jake mengambil sebuah kantong dari sakunya, lalu memasukkan batu dan segenggam tanah yang ia dapatkan.

.

.

Malam ini, lagi-lagi rumah Jay sangat ramai oleh pertengkaran Jungwon dan Jake. Entah dari mana mulainya, kedua anak itu saling jambak dan melontarkan sumpah serapah satu sama lain.

"Heeseung, kau tidak coba hentikan mereka?" kata Sunoo pada Heeseung yang tengah menikmati makanannya, "Bukankah tidak baik mengucapkan kata-kata kotor di tempat suci?"

"Itu hanya mitos. Jay berbicara kotor hampir setiap hari sebelum ini."

Jay merotasikan bola matanya, "Aku lagi! Itu kan dulu sekarang sudah tidak."

Sunoo tertawa kecil lalu beralih pada Sunghoon di sisi kirinya, "Kau tidak apa-apa?"

"Aku kenapa?"

"Surat dari Nicholas."

Menunda sendoknya, Sunghoon menghela napas, "Aku bahkan tidak pernah bertemu satu pun dari mereka. Saat orang tuaku dan rombongan kami mati diserang perampok, aku sudah sendirian. Tapi, sekarang aku adalah bagian dari rumah ini dan klanku adalah Klan Penjaga Kuil. Bukan Klan Es lagi."

Sunoo mengangguk meskipun dia melihat ada keraguan di mata Sunghoon.

Sunoo juga tidak pernah mengenal klannya, tapi ketika tahu klannya dihabisi karena alasan yang tidak jelas, dia tetap marah. Dan Sunghoon pun pasti begitu.

"Aku punya permintaan," Jake mendekat ke arah Heeseung dengan rambut acak-acakan. Tidak menghiraukan Jungwon yang menggerutu di belakangnya.

"Apa?"

"Bisakah kau melihat penghalang dengan mata spiritualmu? Lalu beritahu aku di mana asalnya. Kekuatan spiritual Jay tidak sekuat milikmu jadi dia tidak bisa melihatnya dengan jelas."

Heeseung meletakkan sumpitnya, "Penghalang apa?"

"Kau akan melihatnya,"

Tidak berniat menyelesaikan makanannya terlebih dahulu, Heeseung memilih untuk membuka pintu lalu berjalan ke luar. Dia turun ke tanah tanpa alas kaki, mendongak ke langit malam yang cerah tanpa setitik pun awan. Sementara bulan jatuh di kolam, Heeseung menatap wajahnya di sana.

"Kak, itu dingin!" teriak Jay. Namun, Heeseung hanya mengangkat tangannya sedikit, mengisyaratkan pada Jay bahwa ia baik-baik saja.

Heeseung berkonsentrasi pada pantulan langit di air kolam yang tenang. Kolam itu tidak punya ikan dan memang sengaja dibuat untuk tujuan yang lain, yaitu 'melihat'.

Ada garis-garis energi tertangkap oleh mata Heeseung. Terpintal seperti benang-benang pada selimut. Heeseung perlahan mengangkat kepalanya, mengikuti arah garis-garis itu. Sungguh, pertama kali dia tahu bahwa seluruh langit di atas kepalanya selama ini tertutup oleh penghalang.

Kemana saja dia sebagai Miko selama ini?

"Sudah dapat arahnya dari mana?"

"Istana."

Jungwon menjatuhkan sawi di sumpitnya ketika mendengar itu. Apa ini artinya mereka harus datang ke sana lagi?





-to be continued-

Wah, maaf update tiba-tiba. Jari saya gatal.

Oh ya bila saya menjadwalkan buku ini bagaimana? Sabtu dan Minggu. Tapi, jika tak terjadwal saya bisa saja update besok atau bahkan tidak update sama sekali selama seminggu?

CLANS| ENHYPEN ft. I-LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang