I. Yang Pertama

55 16 10
                                    

Kesibukan jalan raya dimulai setelah mentari kian tinggi. Berbagai kendaraan berlalu-lalang melintasi aspal hitam yang mulai tergerus warnanya. Ratusan pasang kaki berpijak di atasnya melangkah terburu-buru menuju tempat yang dituju.

Tak ketinggalan seorang gadis berbalut kemeja hitam polos berlengan panjang, pun rok span merah ati yang membentuk bagian bawah tubuhnya tengah kegelisahan, mempercepat langkahnya sekaligus was-was takut tersenggol. Sesekali ia mendengkus karena sebuah penyesalan tak mengikat rambutnya yang teurai sepunggung.

Nadir. Sebuah nama yang terukir di balik pelindung ponselnya yang tengah ia mainkan.

Sejak kelelahan berjalan lama, Nadir memutuskan mencari tempat beristirahat. Ia menemukan halte yang tak dilirik seorang pun kecuali dirinya.

"Kok bisa gituh orang-orang pergi ke luar rumah buat kondangan?" Nadir bermonolog tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel. Ia tak memedulikan sekitar bahkan sampai tidak menyadari ada seorang laki-laki duduk di sampingnya.

"Kok bisa ada perempuan berbicara sendiri?"

Tubuh Nadir terkesiap, ia mebelalangkan mata saat mengetahui orang yang berbicara barusan adalah laki-laki. Buru-buru memasukan ponsel ke saku yang terdapat di dadanya.

"Kamu siapa?!" tanyanya sedikit berteriak. Kaget tentunya.

Laki-laki itu tersenyum membuat kerutan di dahi Nadir makin mendalam. Gadis itu semakin was-was.

"Maaf membuatmu kaget. Saya Baskara." Baskara mengulurkan tangannya untuk berjabatan.

Nadir menjabat sebentar kemudian berdiri. Tatapannya masih mengarah pada Baskara, "Ngapain ngajak kenalan. Kayak bakal ketemu lagi aja." kemudian melenggang begitu saja.

"Kita pasti bertemu lagi!" Baskara sedikit mengeraskan suaranya membuat laju langkah Nadir terhenti jua.

Gadis itu berbalik. Ia mengangkat sebelah alis. "Kalau ketemu lagi, mau apa?"

Baskara menghampiri Nadir, tinggi gadis itu hanya sedada. Jika dilihat dari punggung Baskara, orang-orang akan mengira laki-laki itu hanya sendiri. "Kamu harus menyebutkan nama lengkapmu." Mulutnya tak dapat ia tahan untuk tidak tersenyum.

Nadir mencebik, lalu berbalik melangkah lebih cepat. "Aneh."

Baskara masih berdiri memasukan tangannya ke saku jaket yang ia kenakan. Lama-kelamaan punggung yang ia perhatikan menghilang di tengah keramaian makhluk hidup berkaki dua.

Senyumannya masih terukir sama saat menatap Nadir. "Saya yakin, ini bukan pertemuan terakhir kita. Namun, yang pertama dan akan ada yang selanjutnya," gumamnya lantas kembali duduk di halte menunggu seseorang.

[]

Terima kasih sudah membaca sampai sini. Kalau ada yang mau disampaikan, beritahu, ya 🙆

Bandung,
15 Desember 2020, 14.54 WIB.

ProbityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang