Part 4

387 66 4
                                    

"Hiks.. hiks... Jimmy"

"Hah.. hah.. hah... Tommy!"

"Tante. Jimmy lagi di dalem di periksa dokter, hikss.. Jimmy tadi sesak nafas, hikkss" Tommy berdiri memeluk erat mama Jimmy.

"Tante, maafin Tommy gak bisa jagain Jimmy"

"Gak apa-apa sayang, Tommy ada yang terluka?" Mama Jimmy melepaskan pelukan Tommy dan mengecek seluruh tubuh Tommy.

"Tommy baik-baik aja tante, tapi Jimmy, hiks.. karena membantu Tommy, Jimmy jadi terluka"

"Berhenti nangis sayang, kalau Tommy sudah baikan, Tommy bisa cerita apa yang terjadi sama tante" mama Jimmy menenangkan Tommy sambil mengelus kepala Tommy.

"Hikss.. tadi Tommy dibully sama teman-teman sekolah Tommy saat Tommy mau pergi jemput Jimmy. Trus tiba-tiba Jimmy datang. Jimmy mau bantu Tommy, tapi Jimmy dipukulin, Tommy gak bisa bantu karena mereka ber-3. Tommy takut Jimmy kenapa-kenapa tante, hikss.. Maafin Tommy" Tommy menangis lagi dan memeluk mama Jimmy.

"Jimmy pasti baik-baik saja, Tommy jangan khawatir ya, Jimmy anak yang kuat" mama Jimmy hanya tidak ingin Tommy terlalu sedih, tetapi didalam hatinya ia menyimpan rasa takut. Ia khawatir dengan hidup anaknya yang masih kecil itu.

Pintu ruang UGD terbuka diikuti dengan seorang lelaki yang berprofesi seorang dokter itu keluar. Tommy dan mama Jimmy yang melihat dokter itu segera berdiri dan menghampirinya.

"Apakah ada wali dari Jimmy diantara kalian?"

"Saya mama-nya dok"

"Bisa saya bicara sebentar?"

"Oh, iya bisa dok. Tommy tunggu dulu disini ya sayang, tante akan segera kembali" mama Jimmy meninggalkan Tommy mengikuti dokter itu ke sebuah ruangan.

Tommy kembali teringat kondisi terakhir Jimmy tadi. Jimmy terlihat sangat pucat, dibeberapa wajah dan badannya memar dan Jimmy juga sesak nafas. Tommy saat melihat adik kesayangannya seperti itu hanya bisa terdiam tidak tau apa yang harus dilakukan. Tommy merasa bersalah, sangat.

Untungnya Jimmy dapat segera di bawa ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan. Tommy berharap Jimmy dalam keadaan baik-baik saja. Tekad Tommy menjadi dokter semakin kuat. Ia ingin membantu orang yang sangat membutuhkan pertolongan secepat mungkin.

~~~

Beberapa hari di UGD akhirnya Jimmy dipindahkan ke ruang rawat biasa. Keadaanynya sudah membaik. Luka-luka yang Jimmy dapatkan perlahan memudar. Selama Jimmy di UGD, Tommy tidak dapat menjenguknya karena tidak di-ijinkan.

Tommy merasa aneh, karena seingatnya Jimmy hanya pingsan dan luka-luka memar. Tapi saat di ruang UGD Jimmy mendapatakan perawatan yang banyak dan di isolasi. Tommy sempat bertanya kepada mama Jimmy, tetapi mama Jimmy hanya menjawab Jimmy tidak apa-apa dan memang prosedur rumah sakit seperti itu.

"JIMMY!" Tommy berteriak saat membuka pintu ruang rawat Jimmy.

"P'TOM! Jimmy rindu P'Tom"

"P'Tom juga sangat rindu Jimmy" Tommy mendekati ranjang rumah sakit Jimmy.

Tommy datang bersama ibunya dan membawa beberapa buah untuk dimakan oleh Jimmy agar Jimmy cepat sembuh.

"Ini ada sedikit dari kami untuk Jimmy" Ibu Tommy memberikan bingkisannya kepada mama Jimmy.

"Terima kasih, tapi tidak perlu repot-repot"

"Tidak repot kok. Aku minta maaf karena ingin membantu Tommy, Jimmy jadi seperti ini"

"Tidak apa-apa sis, sekarang kan Jimmy sudah membaik"

"Jimmy sayang, terima kasih sudah membantu Tommy ya nak" Ibu Tommy mendekati Jimmy dan mengelus kepalanya.

My Phi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang