Part 3

409 64 3
                                    

Jimmy dan Tommy mulai tumbuh bersama. Jimmy yang sudah berada di tahun ketiga bangku sekolah dasar dan Tommy berada di tahun kedua sekolah menengah pertama.

Jarak sekolah mereka berdekatan, jadi Jimmy dan Tommy selalu berangkat bersama di pagi hari menggunakan sepeda gayung Tommy, tetapi tidak pulang bersama karena Tommy pulang lebih lambat dari pada Jimmy.

"P'Tom, hari ini aku ada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah sampai sore. Nanti P'Tom pulang bersama-ku ya"

"Okay, nanti Phi jemput Jimmy. Nah sudah sampai"

"Terima kasih P'Tom" Jimmy turun dari boncengan sepeda Tommy.

"Belajar yang rajin, biar bisa jadi arsitek"

"Siap kapten. Jimmy akan belajar dengan rajin"

"Udah sana masuk. P'Tom pergi dulu Jim"

"Hati-hati P'Tom" Jimmy melambaikan tangannya kearah Tommy.

Hari berjalan seperti biasanya. Saat di sekolah Jimmy merupakan salah satu murid yang bisa dibanggakan. Jimmy memiliki bakat dalam menggambar sejak dini, Jimmy mengikutin berbagai perlombaan menggambar. Semuanya dijadikan pengalaman oleh Jimmy.

Sedangkan Tommy, ternyata ejekan dari sekolah dasarnya sampai dia memasuki sekolah menengah pertama ini. Tommy tidak pernah mengambil pusing, tetapi kelakuan teman-teman sekolahnya semakin menjadi-jadi. Bukan hanya menjadi bahan ejekan, tetapi juga menjadi sasaran kenakalan mereka.

Beberapa hari ini tidak ada kejailan yang teman-temannya lakukan. Mungkin karena sedang sibuk atau mereka sudah bosan menjahili Tommy yang tidak memberikan respon apapun.

Tommy mengambil sepedanya dan bergegas ke sekolah Jimmy untuk menjemputnya. Saat sudah pertengahan jalan Tommy merasa ada yang aneh dengan sepedanya. Tommy turun dan memeriksanya. Ternyata ban belakangnya kemps dan di dekat sana tidak ada bengkel untuk mengisi angin.

Tommy terpaksa berjalan menuntun sepedanya, sampai akhirnya dia dihadang oleh beberapa teman-teman sekolahnya sekiranya ada 5 orang yang sering menjahilinya.

"Kenapa sepedanya Tom? Mau kami bantu?

"Tidak usah Max, aku bisa sendiri"

"Tidak usah malu-malu, kami bantu saja" seseorang bernama Max itu mengambil sepeda Tommy dan mulai membantingnya higga bel yang berada di sepeda itu lepas dari kemudinya.

"Max apa yang kau lakukan?"

"Kau sudah tidak periu menggunakan sepeda buntut itu lagi Tom. Minta saja dengan orang tuamu lagi"

"Max, apa kau lupa Tommy tidak memiliki apapun" sahut temannya yang lain.

"Aku lupa, teman kita satu ini ayah saja tidak punya. Apakah ibumu berkerja sebagai wanita panggilan? Anak haram sepertimu tidak cocok berkumpul dengan kami"

"Aku terima jika kalian mengejek ku, tapi tidak dengan ibu-ku. Aku juga tidak ingin berkumpul dengan kalian, jadi menjauhlah" Tommy bergegas mengambil sepedanya yang sudah berada diatas tanah itu dan berniat pergi meninggalkan 5 orang disana.

"Kau tidak akan pergi kemana-mana Tom, sebelum kau memuaskan kami" Max memegang tangan Tommy erat, hingga membuat tangan Tommy mulai kemerahan.

"Lepas Max. aku tidak tau apa yang kau katakan"

"Kau memiliki wajah yang cantik Tom, kau harus memuaskan kami dengan tubuhmu"

"Apa kau bilang, aku lelaki Max"

"Bukankan lobang lelaki jauh lebih nikmat dari pada perempuan. Seret Tommy" suruh Max kepada teman-temannya.

"Lepaskan aku. YAAAAA!"

My Phi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang