#Day_01 : Membuat bekal ✓
***
Yoonbin mengacak rambutnya kasar ketika telur rebus yang ia kupas selalu berakhir dengan terbuka setengah.
Padahal sudah ia rebus dengan benar kok, sesuai petunjuk waktu. Terus pas mau dikupas sudah ia rendam dengan air dingin terlebih dahulu agar tidak panas saat dikupas nantinya.
Tapi kenapa saat di kupas selalu gagal?!
"Yoonbin, sedang apa?" tanya ibunya.
Yoonbin menoleh, lalu dengan cepat menunjukkan telur rebusnya yang entah sejak kapan sudah memiliki bentuk tidak lazim.
"Saat rebus telurnya tadi sudah kamu masukin sedikit garam?"
"Garam? Nanti jadinya telur asin dong?"
"Bukan, sedikit aja. Salah satu gunanya kan supaya nanti pas dikupas tidak akan hancur."
"Oh, begitu ya...?"
Nyonya Ha tersenyum kecil, mengusap pelan surai hitam sang anak lalu mengecup dahinya pelan.
"Siapkan saja yang lainnya. Biar ibu yang kupas telurnya."
Yoonbin tersenyum senang lalu mengucapkan terimakasih. Setelahnya ia segera melakukan apa yang disuruh oleh ibunya, menyiapkan lauk lainnya yang akan ia siapkan sebagai bekal.
Terdiri dari berbagai makanan sehat, yang pasti akan Jihoon tolak nantinya.
Bagaimana tidak? makanan rumah sakit saja selalu Jihoon tolak, apalagi bekal buatannya yang sangat sehat ini kan?
"Kok banyak banget brokoli sih?"
Yoonbin mengacak rambut Jihoon gemas lalu menyuapkan sesendok nasi tepat dihadapan sang pacar.
Jihoon pun terpaksa membuka mulut, menguyah brokoli tersebut dengan wajah sebalnya.
"Aku tuh maunya burger!"
"Ngga, gasehat."
"Apanya yang ngga sehat? Burger tuh terdiri dari roti yang berasal dari gandum sehat. Terdiri dari sayuran, daging, irisan timun, acar dan tomat. Lalu dimana letak tidak sehatnya?"
Yoonbin jadi kepikiran. Iya juga, letak tidak sehatnya dimana?
"Tentu karena semua bahannya tidak steril lagi. Proses pemasakannya berbeda dan jumlah kalori didalamnya banyak."
"Sok tau huuu!"
Sebal dengan ejekan Jihoon. Yoonbin dengan cepat memasukkan setengah bagian telur rebus kedalam mulut pacarnya.
Tenang, hanya setengah bagian kok.
"Ih, kok asal nyuapin?!"
"Kamunya berisik, udah diam aja deh ya."
Jihoon memukul pelan kepala Yoonbin dengan pena diatas nakas. Padahal bersuara dengan nada tinggi saja hari ini tidak, tapi kenapa bisa-bisanya Yoonbin mengatakan ia berisik hari ini?!
"Udah ya kesayangannya Yoonbin, aku nya jangan dipukul terus. Mending kamu buka mulut terus maem nih bekal aku sampai habis."
Jihoon mendengus. "Tidak mau!"
"Tidak menerima penolakan. Salah sendiri kenapa kemarin menyarankan aku untuk membuat bekal?" ujar Yoonbin dengan wajah menyebalkan.
"Karena aku kira kamu akan membawakan makanan enak!"
"Ini enak kok Ji, brokoli itu enak, telur rebus juga enak, nasi itu enak, selada dan tomat itu enak—"
Belum sempat Yoonbin menyelesaikan kalimatnya, Jihoon sudah terlebih dahulu menutup bibir sang pacar dengan tangannya.
"Berisik. Yasudah sini aku makan!"
Yoonbin tersenyum senang. Merasa gemas lalu mengecup pipi kanan Jihoon dengan cepat.
"Gemes banget sih, nanti habis makan bekal kita makan yang enak deh, janji."
"Beneran?!"
"Iya, tapi habisin dulu bekalnya."
Jihoon bersorak kegirangan. Akhirnya ada juga hari dimana ia bisa makan enak. Maka sebagai balasan, ia memeluk tubuh Yoonbin setelahnya.
"Makasih Yoonbin!"
"Iya, sama-sama manis."
Bahagianya Jihoon itu sederhana sekali bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ten day's | binhoon ✔
Fanfiction❛❛Sepuluh hari ini, adalah hari-hari yang sangat berharga.❞ Bagi Jihoon dan Yoonbin, sepuluh hari terasa lebih berharga dibandingkan dengan hidup dan mati.