#O7 : 🗣️

658 175 1
                                    

#Day_07 : Sesi curhat-curhatan ✓

***

"Jadi... darimana kita mulai curhatnya?"

Yoonbin menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal ketika Jihoon bertanya padanya. Sebenarnya ia sendiri juga bingung sih.

Darimana kita mulai sesi curhatnya ya?

"Begini, bagaimana kalau kamu dulu yang curhat baru aku?" tanya Jihoon.

"Boleh, soalnya pasti aku yang memiliki keluh kesah lebih banyak kan?"

"Iya, terserah kamu."

Yoonbin merapikan posisi duduknya sebelum memulai sesi curhatnya. Terkadang tangan Jihoon yang menganggur ia mainkan agar tidak kaku.

"Kamu tau ngga sih, banyak banget cewe yang ngedeketin aku selama kamu dirawat?"

"Siapa?"

"Banyak, soalnya mereka tau. Kalau ngga ada kamu pasti bisa ngedeketin aku sepuas hati mereka."

Jihoon menatap Yoonbin sebal. "Memangnya kamu tidak menolak?"

"Rezeki tidak boleh ditolak."

Sebelum kepalan tangan Jihoon melayang bebas dikepalanya. Yoonbin segera meminta maaf lalu menjauh dari tempatnya sekarang.

"Yang bener dong! Kamu tuh bercanda mulu!" sebal Jihoon.

Yoonbin terkekeh, lalu kembali meminta maaf sembari memainkan jari Jihoon yang entah kenapa terlihat bantet.

Lucu.

"Lia... sepertinya dia masih belum bisa move on dari aku."

Tepat setelah nama tersebut disebutkan, keadaan menjadi canggung. Jihoon terdiam sembari menatap mata Yoonbin dengan tatapan kosong.

"Tak apa, perasaan tidak bisa dipaksakan. Lagipula Lia adalah gadis yang baik. Bukan sebuah beban mendapatkan cinta dari orang sebaik itu."

"Iya, aku tau Lia gadis yang baik, tapi kasian perasaannya."

"Kenapa?"

"Karena dia tau kita saling mencintai, dia terlalu baik dan dia pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik."

TUK!

Tangan Jihoon yang menganggur satu lagi ia gunakan untuk menepuk pipi Yoonbin. "Kembali pada pernyataanku sebelumnya. Perasaan itu tidak bisa dipaksakan, Ben."

Seharusnya Yoonbin tau, bahwa perkataan Jihoon hari ini mengandung sebuah arti yang bermakna untuk-nya.










































"Aku, kangen tante..."

Jihoon meremas pelan ujung pakaiannya ketika ia berhasil berbicara seperti barusan. Tidak ia sangka, ia bisa menyebutkan nama tantenya tanpa harus mengalami gemetar di tangan.

"Kenapa orang seperti itu dikangenin? Lebih baik kangen sama aku dan teman-temanmu saja."

"Walau tante jahat, tapi dia orang yang telah merawatku semenjak kecil. Walau kesalahan yang tante perbuat fatal, tapi dia adalah orang yang mau memberikan aku kasur untuk tidur."

Yoonbin terkekeh ketika ia mencoba mengingat kembali kesalahan yang pernah tante Jihoon perbuat.

Sudah tau memiliki keponakan yang bertubuh lemah, kenapa harus dihadapkan dengan asap rokok setiap hari? Sudah tau paru-paru keponakannya rusak, kenapa malah diberi makanan tidak bergizi setiap hari?

Sesudah keponakannya sakit, bukannya dijenguk atau dibantu dan meminta maaf. Tante Jihoon malah kabur, entah kemana dan Yoonbin tidak perduli itu.

"Kamu berhak bahagia Ji, lupakan saja tante kamu. Ada ibu sama ayah aku yang siap menggantikan posisi beliau."

Jihoon mengangguk paham. Tangannya ia bawa untuk mengelus pipi Yoonbin lalu beranjak untuk memeluknya.

"Aku benar-benar tidak tau bagaimana jadinya kalau kita tidak pernah dipertemukan oleh takdir sebelumnya. Mungkin kehidupanku akan tetap sama. Sengsara tanpa ada yang membantu."

"Kita dipertemukan karena takdir tau kita saling membutuhkan. Aku butuh kamu, dan kamu butuh aku. Karena itu aku tidak pernah berhenti bersyukur atas pertemuan tersebut."

Yoonbin menepuk pelan punggung Jihoon yang terasa hangat dipelukannya. Entah sampai kapan pelukan ini akan berlalu. Tapi satu hal yang pasti...

Yoonbin berharap, bahkan sampai sepuluh tahun kedepannya, ia ingin memeluk tubuh ini setiap jam dan perdetik-nya. Ketika ia membutuhkan dan menginginkannya.

Karena Yoonbin tau, Jihoon adalah rumah terhangat yang pernah takdir hadiahkan untuknya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ten day's | binhoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang