Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lepas kejadian kemarin gue sama papi mami ga ngomong bahkan Chanyeol juga. Gue lebih milih diam daripada ujung-ujungnya gue lepas kendali marah ke papi mami gue.
Gue udah otw ke sekolah, sekarang gue lagi di mobil nungguin lampu merah. Pas udah hijau gue langsung menancap gas mobil gue, tiba-tiba gue kepikiran dengan perkataan Jin kemarin malem.
"Kamu ga punya alasan yang jelas buat nolak begitu juga dengan saya."
Dari kemarin, gue banyak mikir kalimat itu padahal itu cuma kalimat yang menurut gue ga penting. Apa gue beneran harus nikah muda untuk sekarang, bahkan gue baru aja ngerayain sweet seventeen 3 Januari lalu. Mau nangis aja rasanya.
Otak gue mumet banget kalo gue kesekolah gue pikir pasti bakal ketemu lagi sama Jin? Secara dia guru disekolah itu. Gue langsung mutar balik stir mobil kearah yang berlawanan.
Club
Sampai gue di club, gue langsung masuk dan nunjukin KTP. Gue langsung masuk ke belakang bagian bar buat minum alkohol, sedikit.
"Vodka, blue ice." ucap gue sambil menarik kursi dan duduk.
"Argh." desis gue meremas rambut, pusing.
Gue tipe orang yang minum pas lagi senang bukan pening sedih kayak gini.
Kenapa harus dijodohin segala, gunanya ada Chanyeol itu apaan.
Gue meneguk kecil minuman gue dan berpikir kembali.
*bunyi telefon ponsel
"Halo," jawab gue pelan tanpa melihat nama panggilan.
"Anjrit, lo dimana woi ga sekolah!?" teriak Rose disebrang sana.
Gue menjauhkan sedikit jarak hp dari telinga gue, teriakan Rose buat gue makin pening.
"Gue di club, pusing." jawab gue sambil meneguk kembali minuman gue.
"Ada masalah lo?"
"Ng..ngga, ngga ada tiba-tiba pengen kesini aja."
"Ga gitu juga bego, Pak Jin nyariin lo pas jam dia."
"Lo..bilang apa?"
"Gue bilang lo sakit."
Gue terkekeh kecil, "thank you ya gue..pengen cerita Rose tapi ga sekarang, gue masih bimbang."
"Kan, bener, lo ada masalah. Take your time By, jangan sampe keblablasan lu apalagi sampe malam, jam 10 lo udah harus pulang. Inget, 10 pagi bukan malem." omelnya.
"Iya, iya, gue tutup ya."
Sambungan terputus, gue masih belum yakin buat cerita ini ke Rose tapi gue gatau mau cerita ke siapa lagi, gue perlu teman buat nyeritain keluh kesah gue.
