05;

219 36 7
                                    


Pernahkah Kau Mengira, Seperti apa Bentuk Cinta?

Rencana memang sering tidak sesuai dengan kenyataan yang diharapkan. Itulah yang terjadi pada acara konser Mamamoo yang sudah direncanakan Byul dan Yong  beberapa waktu sebelumnya.

    "Konser itu batal karena ada badai besar menghalangi kedatangan Mamamoo ke sini."

    Kalimat itu dibacakan oleh Amber, kebetulan Byul yang belum beranjak dari kelas mendengarnya. Segera gadis bintang mengalihkan tatap. Tadinya sudah mau langsung menelepon Yongsun untuk kencan mereka. Tapi batal setelah ucapan Amber.

    "Wae? Kenapa menatapku dengan sedih begitu, wahai Bulan Bintang Ie terhormat?"

    "Aniyo."

    "Eii, kau pasti mau kencan dengan Kak Yong kan?"

    Diamnya Moonbyul adalah jawaban pasti. Seulgi segera mendekati Moonbyul, merangkul gadis tinggi berkulit pucat itu. "Kau bisa cari tempat lain buat kecan loh sayangku."

    "Contohnya?"

    "Ada bukit indah di malam hari. Melihat bintang bukanlah hal buruk di musim panas. Lagipula, ada festival sedang diadakan."

    "Tapi bukannya tiketnya udah habis?"

    "Apa yang kau takutkan bila berteman dengan Kang Seulgi! Semua bisa aku lakukan!"

    "Bullshit," umpat Amber sambil menggulirkan mata. Seulgi sudah akan bertengkar dengan Amber, tapi Moonbyul lebih dulu menggerakkan tangan untuk menghentikan.

    "Apa yang kau mau sebagai tukar tiket festival?" tanya Moonbyul to the point.

    "Ehehe, tidak berat kok. Hanya minta kak Yong berikan jadwal les sbmptn kak Irene."

    "Hah? Buat apa?" itu Amber yang bertanya.

    "Mau ngapel sampe segitunya ya Seul." Sindir SinB. Seulgi merengut, Amber tertawa sampai berguling. Teman tak berakhlak memang.

    "Oke," Byul langsung setuju.

***

    "Sudahlah, jangan cemberut begitu terus, Kak."

    Yongsun memandang Byul yang sedang duduk di sebelahnya. Mereka sedang ada di dalam bis menuju lokasi tempat mereka akan melihat bintang dan festival. Kebetulan itu berada di dekat sebuah villa keluarga Byul, sehingga mereka dapat dengan tenang bermalam disana.

    Namun kakak kelasnya ini dari tadi masih terus mengambek. Padahal sudah jelas alasan mereka tidak ke konser adalah karena kondisi alam tidak memungkinkan.

    "Tapi aku mau ke konser."

    Lihat, dari tadi Yongsun sudah seperti ini. Bila orang-orang tidak medengar Byul memanggil Yong dengan sebutan 'kakak', mereka pasti mengira Yongsun ini adalah adik perempuan Byul. Sifatnya kelewat manja dan kekanakan. Untung Byul sudah tidak ambil pusing lagi pada bagaimana cara orang memandangi tingkah Yongsun. Ataupun dirinya yang sedari tadi membujuk kakak kelas ini.

    "Festival juga nggak kalah seru kok Kak buat dilihat. Kan ngeliat festival sekali-sekali tidak rugi."

    Yongsun menggembungkan pipi, ia merajuk lagi ceritanya. Kepala ia tundukkan, mengupasi kulit ujung kuku sambil kaki menendang-nendang udara. Posisi duduk mereka ada di bagian paling pojok pertama dari belakang, saling bersebelahan. Kaki Moonbyul masih menapak ke lantai bis, tapi kaki Yongsun menggantung karena tungkainya jelas lebih - ekhem- pendek.

    Moonbyul menghela napas lagi, mulai memeras otak agar si kakak kelas tidak menampakkan wajah kecewa seperti itu.

    "Eonnie, look at me."

    "Hng?"

    Masih dengar bibir tertekuk, Yongsun mengalihkan pandang.

    "Apa alasanmu ngotot banget musti ke konser, hm?"

    Tangan Moonbyul menahan sebelah wajah Yongsun dengan tangan kiri. Meletakkan jari pada pipi si gadis bermata bulat yang menatapnya cemerlang. Bias cahaya matahari sore pada mata Yongsun dari jendela tampak menawan. Begitupun bias pada wajah Moonbyul.

    Yongsun terkesima, wajah pucat Moonbyul tampak bersinar dan indah. Seolah terhipnotis, ada jeda waktu sebelum Yongsun sadar dan melepas tangan Moonbyul.

    "Ingin-"

    Yongsun tampak ragu-ragu, ia mengalihkan pandang. Ujung telinganya mulai memerah. Tangannya tidak bisa diam, ia bolak balik meremat jarinya.

    "Ingin apa, kak?"

    "Ituu," balas Yongsun.

    "Hah?"

    "Itu, yang kau janjikan kemarin! Aish!"

    "Ap-"

    "Ingin cium! Argh, mwolla! Byullie pabo!"

    Moonbyul terhenyak, pelan-pelan memahami. Setelah paham, ia tertawa puas. Mendapatkan pukulan kesal dari sosok gadis bermata bulat yang bersemu merah tak tertahankan.

    "Jangan tertawa. Kemarin kan kau janjinya akan beri aku, lebih dari cium pipi di konser."

    "Well, kita tidak perlu ke konser kalau kau mau aku menciummu.-"

    "-Di bibir."

    Chup!

    Mata Yongsun membola, ia kaget dengan aksi spontan Moonbyul. Mata Yongsun melirik khawatir para penumpang lain. Syukurnya tidak ada yang memperhatikan mereka.

    "Yak! Kau gila?!" bisik Yongsun.

    "Yes, aku gila karnamu. Jadi, bila kau ingin orang gila ini memberimu ciuman, tinggal bilang saja."

    Pipi Yongsun kembali memerah, ia malu sekali. Tapi ia juga senang karena mendapatkan ciuman dari Moonbyul.

    "Tapi yang tadi itu bukan ciuman."

    "Nde??!"

    "Ciuman hanya boleh di malam hari, eonnie. Waktu tidak ada yang lihat. Hehe!"

    "Yaish, byuntae!"

    "Tapi kau suka kan?"

    "Ani!" tolak Yongsun. Moonbyul terkejut.

    "Tapi cinta."

    Ugh, Moonbyul ingin terbang saja rasanya mendengar itu. Ia dengan gemas memasukkan gadis yang lebih tua ke dalam dekapannya. Menenggelamkan si cantik Yongsun pada rengkuhan lengannya.

    "Ah, nado saranghae."

    Kemudian sore itu, di dalam bis menuju daerah tempat festival, dua insan saling berpelukan ditemani indahnya cahaya matahari terbenam dan pepohonan hijau nan rindang sepanjang jalan.

They are happy. And always be, when they are holding each other's hands.

Apakah ini bentuk cinta? pikir Moonbyul.

next!

"Bentuk Cinta" [MoonSun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang