05

145 10 1
                                    

       Dahyun memilih untuk tinggal dan menemani taera dirumah. Karena ia tau bahwa sekarang taera sedang membutuhkan seseorang untuk menemaninya di saat seperti ini.

      Taera menjadi trauma dengan jeongin karena perlakuan kasarnya kemarin malam. Terkadang taera mengigau berteriak meminta ampun, dahyun pun terkejut dan bangun dari tidurnya untuk menenangkan taera.

      Sore itu, hujan turun deras. Taera sedang duduk di bangku jendela sembari memandangi rintik hujan yang jatuh mengenai apapun diluar rumah, air mata taera pun ikut turun melalui pipinya dan membasahi celananya. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dialaminya belakangan ini, mulai dari mengetahui perselingkuhan jeongin dan perlakuan kasar jeongin kepadanya.

       Dahyun menghampirinya dengan membawakan bubur hangat untuk taera.

      "Taera-ah.. makanlah ini dulu, kamu seharian belum makan..". Dahyun dengan lembut menawarkan bubur tersebut kepada taera.

      "Hiks... aku nggak mau makan.. hiks.. hiks..". Taera menolak pelan mangkok bubur yang disodorkan kepadanya.

     "Ayolah.. sesuap saja, makan yah.. nanti kamu sakit taera-ah.. yah.. sedikit saja..". Dahyun tetap memaksa. Taera menoleh ke arah mangkok tersebut dan menganggukkan kepalanya.

      "Maaf ya aku hapus dulu air matanya.. nanti jatuh ke makanannya jadi makin asin hehehe". Dahyun mengambil tisu dan membersihkan air mata yang jatuh di pipi taera dan pelupuk matanya.

       Dahyun menyuapkan bubur hangat tersebut kepada taera yang sudah tidak makan dari pagi, taera menerima suapan bubur tersebut dengan perlahan dan langsung menelannya.

       "Buburnya panas apa enggak taera-ah?". Tanya dahyun dengan nada halus sembari mengelus pelan rambut taera. Sementara taera hanya menggelengkan kepalanya kemudian kembali membuka mulut untuk minta disuapin.

       "Hehehe... aku tau kamu lapar taera-ah, tapi kamu tetap memaksa untuk tidak makan... benar kan?". Dahyun sembari menyuapi taera kembali. Taera menarik senyumnya dan menelan bubur tersebut.

       Dahyun merasa lega karena taera mau menerima suapan darinya hingga makanannya habis.

      Sementara di ruangan lain, bang chan menemani jeongin yang nampak tak karuan semenjak kejadian itu.

      "Jeongin-ah... bersihkan dulu dirimu, kacau sekali..". Bang chan sembari menarik pelan tangan jeongin.

      "Aniya... aku ingin merasakan apa yang taera rasakan sekarang akibat ulahku". Jeongin lemas sembari duduk di kursi kantornya.

      "Tapi jangan sampai menyiksa diri kamu sendiri jeongin-ah.. ayolah.. ah iya, gimana kalo kita makan dulu.. kamu pasti lapar kan?". Bang chan mencoba membujuk jeongin.

      "Aku tidak lapar". Jeongin sembari menggelengkan kepalanya.

#skip

      Dahyun mencoba membawa taera menemui jeongin di ruang kerjanya, setelah berunding dengan bang chan yang ingin mencoba mendekatkan kedua sahabatnya ini.

      Tetapi disaat taera dan dahyun masuk ke ruang kerja jeongin, tiba-tiba taera menutup rapat kedua telinganya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dan perlahan duduk di lantai.

       "Yak taera-ah.. kamu kenapa?". Dahyun merangkul taera.

       "Ani... aniya... anii... AAAAAA!!". Taera berteriak kencang sembari menutup matanya dan menutup rapat telinganya.

      "Chagi-ya.. bawa dia keluar". Pinta bang chan pada dahyun.

      Sementara jeongin yang mendengar itu langsung menangis di tempatnya dan merunduk.

     "Jeongin-ah.. yak jeongin-ah.. tenanglah..". Bang chan mengelus perlahan punggung jeongin.

    
     Taera kembali menangis sejadi-jadinya sembari memegang kedua pipinya, dahyun terus mencoba untuk menenangkan taera yang nampaknya sedang trauma.

      "Taera-ah... tenang... ada aku disini, aku bakalan terus nemenin kamu". Dahyun memeluk taera sembari mengelus kepala dan punggung taera.

      "Hiks.. hiks.. ba-bawa aku hiks.. hiks... pergi dari sini hiks.. hiks... hiks... a-aku takut hiks.. hiks...". Taera dengan tubuh yang gemetar dan menangis.

      "Iya tapi kita pergi kemana taera-ah...". Dahyun masih mencoba menenangkan taera.

      "Hiks.. hiks... ke rumahmu saja hiks.. hiks...". Blak-blakan taera.

     "Iya tapi kenapa?... yak.. taera-ah... taera-ah bangun...". Tiba-tiba taera pingsan di pelukan dahyun.

      Dahyun langsung membaringkan taera di kasurnya dan segera memanggil bang chan.

       "Channie-ah... taera pingsan..". Dahyun menghampiri bang chan di ruang kerja jeongin.

       Bang chan langsung sigap pergi menghampiri taera, sedangkan jeongin berjalan luntai menuju keluar ruangannya. Dahyun yang menyadari hal tersebut langsung memapah tubuh jeongin keluar ruangan.

       Begitu keluar dari ruangannya, jeongin langsung lemas dan terduduk di lantai sambil menangis. Ia tidak menyangka bahwa perbuatannya dapat membuat keadaan istrinya menjadi sangat terpuruk seperti ini.

       Entah apa yang terlintas di pikirannya, tiba-tiba jeongin berdiri dari tempatnya dan keluar dari kamar sambil berteriak.

       "AAAAARGHHH..". Jeongin membanting pintu kamar dan pergi entah ke arah mana.

       Dahyun hendak pergi menyusul jeongin, tetapi bang chan menahannya.

      "Jagalah taera.. biar aku yang urus". Kemudian bang chan langsung menyusul jeongin keluar.

     Bang chan menemukan jeongin tengah menghajar tembok dan membenturkan kepalanya bahkan nyaris berdarah.

     "YAK JEONGIN-AH.. HENTIKAN!!". Bang chan langsung menghampiri dan menarik jeongin.

     "AAARGHHH". Jeongin malah menghadiahkan satu hantaman di wajah bang chan dan membuat bang chan sedikit mundur dari tempatnya.

     "AAARGHHH NAN PABOYA!! AAAA NANEUN PABOYAAA". Jeongin terus menghajar tembok dan membenturkan kepalanya.

     "YAK JEONGIN-AH! SADAR!". Bang chan menghempaskan tubuh jeongin ke tembok dan menghajarnya di bagian pinggir bibir. Alhasil jeongin terduduk di lantai dan kembali menangis.

     "sadar jeongin-ah... sadar..". Bang chan dengan sabar menepuk pipi jeongin dan mengguncangkan bahu jeongin.

     "Hiks.. hiks... aku bodoh hiks.. hiks... aku bodoh... kenapa tangan ini sampai menghajar orang yang kusayangi hiks.. hiks..". Jeongin menatap marah pada tangannya.

      "Sudahlah jeongin-ah... tenangkan dirimu, aku tau kamu emosi.. kesal dengan dirimu sendiri.. tapi jangan sampai nyakitin diri sendiri jeongin-ah..". Lembut bang chan.

      "Hiks.. hiks... aku ingin minta maaf hiks.. hiks.. dengan taera". Jeongin menoleh ke arah pintu kamar taera.

      "Yasudah... mari kutemani". Bang chan membantu jeongin berdiri dan memapah tubuh jeongin masuk ke kamar taera.

      
       Beruntung, taera sudah sadar dari pingsannya dan sedang duduk bersama dahyun. Tetapi, disaat taera melihat jeongin. Taera langsung memeluk lutut dan kembali menangis.

      "Hiks.. hiks... hiks.. pergi! Aku nggak kenal siapa kamu!! Hiks.. hiks.. pergi!! Hiks..". Taera nampak membentak jeongin yang ingin mendekatinya.

      "PERGI!!! AAAAAA!!!". Taera melempar bantal kepada taera dengan tatapan penuh amarah.

      Baru saja taera hendak berdiri menghajar jeongin, dahyun langsung menarik tangan taera dan menahannya agar tidak menyerang jeongin.

      Bang chan langsung membawa jeongin keluar dari kamar untuk menghindari pertengkaran terjadi.

TBC
   

Jeongin's Family [Next Sequel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang