Masa Lalu

5 1 0
                                    

__________

Jika biasanya Zayan menyetir dengan senandung shalawat, untuk hari ini, otaknya hanya dipenuhi kilasan masa lalu. Hari yang seharusnya menjadi hari bahagia bagi semua anggota keluarga mereka. Kehilangan tiga anggota keluarga di hari yang sama, membuat tatanan hidup Zayan dan Anvi berjalan tidak semestinya.

Hari itu, Zahnia-ibu mereka berulang tahun. Semua rencana disusun rapi, kejutan akan diberikan di rumah, tapi sebelumnya, Zahnia dan ayahnya-Arfi yang telah bercerai dari umur Zayan dan Anvi enam tahun, dipertemukan kembali.

Sejoli yang berhasil mengarungi bahtera rumah tangga selama tujuh tahun itu, dulu harus berpisah hanya karena perbedaan keyakinan. Tiara, sang istri memilih mualaf saat Zayan dan Anvi berusia enam tahun, sedangkan putri bungsunya—Yuna, berusia tiga tahun. Nama Tiara yang telah melekat pada wanita berparas ayu itu, ia gantikan dengan nama Zahnia.

Setahun bercerai, Zayan dan Anvi, harus memilih keyakinan di umur yang masih terbilang kekanak-kanakan. Satu tahun menjalani agama ganda semenjak mualafnya sang ibu, akhirnya Zayan memilih memeluk islam dan Anvi memilih tetap pada keyakinan sang ayah, menjadi pemeluk Hindu yang sesungguhnya di umur tujuh tahun. Sedangkan Yuna, gadis cantik itu mengikuti jejak sang ibu, karena hanya dia yang ikut tinggal satu atap dengan Zahnia.

Lima belas tahun berpisah, putra kembarnya sudah menginjak usia dua puluh satu tahun, dengan Yuna yang berusia sembilan belas tahun. Dalam rangka merayakan anniversary dua puluh satu tahun pernikahan orang tua mereka, Yuna yang baru saja diterima di salah satu kampus di Jakarta, berinisiatif merayakan hubungan orang tuanya yang kedua puluh satu tahun sekaligus merayakan keberhasilannya lulus SNMPTN.

Zahnia dan Arfi, cerai hanya sekedar status. Nyatanya, hubungan mereka selalu baik-baik saja, tidak jarang mereka membuat janji bertemu di salah satu café, seperti anak muda yang sedang kasmaran. Tidak ada yang pernah berpaling selama mereka berpisah. Karena mereka hanya dipisahkan oleh keyakinan, sementara hati masih tetap saling bertaut.

Hari itu, Zahnia baru selesai dari acara kajian di masjid komplek tempat tinggalnya. Anvi bersemangat menjemput sang ibu. Kala itu, Zayan paling mengingat saat Anvi menyentuh kaki ibu mereka, dan bukannya salam.

Zayan tidak akan lupa, wajah ayu sang ibu yang dibingkai dengan khimar lebar berwarna putih warna yang sama dengan yang dikenakan Yuna pada hari itu. Setengah jam di rumah ibu mereka, mereka memutuskan kembi ke rumah untuk memastikan semuanya telah siap. Zayan dan Anvi, memilih menunggu di rumah. Sedangkan Yuna dan ibu mereka, dijemput oleh sang ayah. Andira, sahabat Yuna ikut dalam mobil hitam pekat itu, yang akhirnya mengalami kecelakaan parah dengan menabrak pembatas jalan tol.

Di antara empat orang penumpang mobil hari itu, hanya Andira sahabat Yuna yang bisa terselamatkan. Andira, gadis yang sebelumnya sempurna secara fisik, harus menjalani kehidupan dengan kaki kanan yang diamputasi.

Bayangan khimar putih yang penuh dengan darah, tidak akan pernah hilang dari ingatan Zayan dan Anvi. Kehilangan Yuna, membuat Anvi terpuruk selama dua tahun. Kuliahnya yang sudah semester akhir, terbengkalai. Zayan berusaha bangkit, menyelesaikan studinya untuk meneruskan perusahaan sang ayah, yang bergerak di bidang properti.

Keterpurukan selama dua tahun, sudah menjadi waktu yang cukup bagi Anvi bersedih. Pemuda itu kembali menata kehidupannya. Dia tidak akan malu dengan pencapaian kembarannya yang sudah menjadi atasan di perusahaan sang ayah, sedangkan dirinya masih kuliah.

Kepingan memori kelam yang terputar selama perjalanan, terhenti saat mobil abu miliik Zayan sudah memasuki area perkantoran. Hanya satu prinsip Zayan, hari ini adalah hari ini. Hari lalu, hanyalah hari lalu, yang meski dikenang tidak akan pernah kembali ataupun merubah keadaan sedikitpun.

(Bukan) Imam HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang