Disebuah kursi taman, seorang gadis nampak tengah duduk seorang diri sembari menundukan arah pandangnya.
Nampak, kini dres bagian bawah yang ia kenakan sudah mulai basah oleh bulir bening yang terus saja menetes dari pelupuk mata indah itu.
Sesekali, nyeri pada lutut kanannya berdenyut tiba-tiba akibat luka yang ia dapatkan ketika beberapa kali jatuh dalam larinya tadi.
Namun, sakit pada lutut itu tak berarti. Dikala sakit pada hati lebih kentara dibandingkan rasa yang didapat dari fisik yang terluka.
Ditengah tangisnya kini, tiba-tiba Rena dikejutkan dengan hadirnya sehelai sapu tangan marun yang disodorkan oleh tangan seseorang.
Menyadari hal itu, dengan cepat Rena menghapus kasar jejak air mata yang masih tertinggal di wajah cantiknya. Dan setelahnya, gadis itu nampak mulai menaikkan arah pandang. Perlahan, sorot matanya menelusuri sebagian dari tubuh seseorang yang ada di hadapannya kini. Mulai dari ujung tangan, sampai tepat ke arah muka.
Manik mata itu, menatap sayu pada sepasang mata hitam seorang pemuda yang nampak memancarkan binar tulus.
"Ini, kau bisa menggunakannya Nona" Ucap pemuda itu, dengan tangan yang sedari tadi senantiasa menyodorkan sapu tangan marun pada gadis cantik yang ada di hadapannya saat ini.
Wajah cantik dengan raut kepedihan sebelumnya, kini mulai terhiasi dengan segaris senyum.
"Terima kasih" Ucap Rena tulus sembari menerima tawaran dari uluran sapu tangan tadi.
Gadis itu, kembali menghapus jejak air mata pada wajahnya. Kali ini, menggunakan selembar kain kecil dengan warna marun yang menawan.
Tiba-tiba
"Auu" Pekik Rena spontan saat kembali ia rasakan nyeri pada luka di lututnya yang kini nampak mulai tersentuh oleh permukaan benda.
Dengan segera, gadis itu menatap cepat kearah luka pada bagian lututnya.
Nampak, seseorang kini tengah berjongkok di hadapan gadis itu, sembari dengan hati-hati mengusap pelan permukaan luka pada lutut gadis tersebut dengan sebuah kapas yang telah ditetesi antiseptik.
Perlahan, manik mata hitam itu menaikkan sedikit pandangnya guna menatap kearah wajah Rena yang tengah duduk diatas kursi saat ini.
"Apakah sakit?" Tanya laki-laki itu segera.
Entah sejak kapan, laki-laki yang tadi nya memberikan sebuah sapu tangan marun pada Rena, mulai berjongkok di hadapan Rena, tepatnya didepan lutut Rena yang nampak tengah terluka, sembari mengeluarkan kapas dan menetesinya dengan cairan antiseptik.
Rena bahkan tak menyadari gerak laki-laki tersebut. Tiba-tiba saja, Rena sudah mendapati laki-laki tadi tengah mengobati lukanya sekarang ini.
Bahkan, laki-laki itu seolah tanpa ragu mengambil posisi jongkok dihadapan Rena, demi mengobati luka pada lutut gadis tersebut.
"Ah tak perlu, aku bisa mengobatinya sendiri" Tolak Rena sopan sembari menarik lututnya sedikit menjauh dari jangkauan tangan laki-laki tadi.
"Sedikit lagi Nona, hanya tinggal menetesi luka mu dengan obat merah. Biarkan aku membantu mu sampai situ saja, Oke?" Sambar laki-laki itu segera.
"Tapi..." Tolak Rena lagi
"Hanya mengobati, tak lebih" Potong laki-laki itu cepat.
Dan dengan segera, tanpa menunggu persetujuan dari Rena, laki-laki tadi sedikit bergingsut maju, kembali mendekat pada bagian lutut Rena yang terluka.
Dengan cekatan, laki-laki tampan itu memberi tetesan perlahan obat merah pada luka Rena.
Dan setelahnya, dengan segera laki-laki itu meniup lembut luka yang kini sudah sepenuhnya di tutupi oleh obat merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keegoisan Cinta [On Going]
Romance#Rank 1 Kecewa (14 Agustus 2019) 21+ (bijak dalam membaca) Seorang suami yang tak pernah menganggap kehadiran sang istri karna pernikahan mereka terjadi akibat perjodohan kedua almarhum orang tua nya. Di sisi lain, sang istri sudah sejak lama memend...