4. Kamar Pengantin

5.8K 131 0
                                    

Perlahan Denis mulai membuka pintu kamarnya, matanya mengintip intip seolah gerak geriknya itu tak mau di ketahui oleh orang yang ada di dalam kamarnya. Sebelum menuju kamar pengantinnya, Denis sudah mempersiapkan beberapa kata untuk menghadapi Rena, sebisa mungkin mencari alasan agar mereka berdua tak menghabiskan waktu bersama malam ini.

Saat selangkah ia masuk, tubuhnya tiba tiba diam mematung. Mata biru itu terpaku pada seorang gadis di atas tempat tidur pengantin di hadapannya. Gadis itu terlihat sangat cantik dan menggairahkan dengan mengenakan gaun tidur berwarna putih tipis, sehingga mampu menunjukan tiap lekuk dari tubuh indahnya. Memang tak terlalu jelas terlihat apa yang berada di balik gaun tidur itu, tapi semua itu sukses membuat tiap mata lelaki yang menatapnya terpaku dan mulai berfantasi liar dengan pemikiran mereka. Termasuk Denis

Tunggi dulu, Denis? Bagaimana bisa? Bukannya dia tidak mencintai Rena? Bahkan dengan susah payah mencari dan merangkai kata untuk menghindari malam pengantin ini?

Tentu saja Denis tertarik, dia juga seorang laki laki yang memiliki nafsu. Malam ini Rena begitu cantik dengan riasan seadanya, rambut tergerai dan gaun tidur tipis yang membalut tubuhnya mampu membuat laki laki mana pun bergairah, bahkan membayangkan lebih.

Perlahan Denis melangkah mendekati Rena, langkah itu begitu pelan namun pasti. Matanya tak sedetikpun berpaling dari Rena. Rena yang sudah tau kehadiran Denis saat itu, hanya bisa menunduk malu. Dan sesekali menatap wajah Denis yang begitu tegang terlihat.

Denis POV

Sedari tadi aku sibuk merangkai kata kata di ruang tamu, kata kata itu sudah matang ku siapkan untuk memberi alasan kepada Rena agar malam ini kami tak bersama. Jujur ak belum bisa memerima semua ini, apalagi menghabiskan malam pengantin bersamanya layaknya sepasang kelasih. Ku tarik nafas dalam, memberanikan tangan ini membuka pintu kamar ku sendiri yang kini sudah menjadi kamar pengantin aku dan Rena.

"Oke Denis kamu bisa melewati ini" pekik ku dalam hati seraya menyemangati langkah ini.

Pintu kamarpun terbuka, kaki ini mulai melangkah perlahan masuk. Kulihat tidak ada siapa siapa di dalam. Tapi tetap saja aku harus waspada, Rena pasti ada di sini namun aku saja yang belum menemukannya. Oke aku harus memberikan alasan yang tepat nanti saat bertemu dengannya. Lalu ku tutup pintu kamar perlahan bak seorang pencuri.

Aku kembali melanglah. Tapi......Baru satu langkah ku tapaki, tiba tiba saja tubuh ini terasa kaku dan keluh seolah mematung. Mata ku tertuju ke ranjang pengantin kami. Apakah dia Rena? Dia nampak berbeda malam ini, dan kali ini tak mampu ku pungkiri bahwa dia sangatlah terlihat cantik, benar benar cantik.

Tanpa ku sadari, kakiku perlahan melangkah mendekati nya. Kenapa ini? Aku tak mampu memalingkan pandang ku terhadapnya. Mataku mematap liar ia sekarang, seolah olah memberi sinyal ke otakku untuk berhenti berfikir, bahkan aku sudah lupa pada kalimat yang sudah ku susun rapi di ruang tamu tadi. Aku terus menatapnya, dan tahu bahwa dia telah menyadari keberadaan ku saat ini. Aku merasa sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, saat ini yang ada di kepala ku hanya Rena dan bagaimana malam ini akan terlalui dengan begitu indah.

Dag ......Dig .......Dug, "Ayolah, kau jangan berdetak terlalu keras" gerutu ku pada jantung ku sendiri. Sekarang aku sudah berada benar benar dekat dengannya. Rasanya ingin sesegera mungkin membelai wajah indahnya. Sesekali ia mematapku, lalu memalingkan wajahnya lagi. Sungguh dia begitu menggoda, di tambah lagi dengan sikap nya yang malu malu membuatku ingin langsung memariknya dalam pelukan ini dan menikmati tiap detik yang akan kami lalui.

Tangan ku mulai bergerak, mengarah ke rambut coklat bergelombang itu. Aku benar benar sudah gila sekarang, karna sudah tak mampu lagi berkompromi dengan akal sehat ku.

KRING...!!!! KRING...!!!!

Handphone ku berdering, ak tersadar sesaat. Ku lihat Rena juga nampak terusik dengan suara ponsel ku. Ku lihat panggilan masuk "Otomotif Japan" itu nama cabang perusahaan ku di jepang. Kenapa mereka menelponku malam malam begini, aku begitu penasaran namun dengan spontan jari ku mematikan panggilan itu, memaruh ponsel berlambang apel itu di sudut ranjang.

Entah kenapa mata ku ingin sekali kembali mematap Rena, yang kini hanya berjarak setengah meter dari ku karena aku berada di pinggir ranjang dan ia duduk bersimpu di bagian tengah ranjang.

Aku mulai menaiki ranjang pengantin kami dan...

KRING......!!!!!!!!!!!

Handphone ku berbunyi lagi, kesal dengan semua ini aku pun mengangkatnya.

Jantungku yang awalnya bedegup kencang akibat Rena, sekarang semakin memjadi jadi saat ku dengar kabar bahwa cabang perusahaan ku di jepang sedang mengalami kekacauan.

Segera ku beranjak dari atas ranjang dan bergegas mengambil koper dan jaketku. Secepat mungkin kaki ku melangkah keluar, namun saat tepat berada di sepan pintu kamar, ingin sekali lagi rasa nya ku tatap gadis itu. Namun aku sadar, bahwa itu akan memperlambat pekerjaaan ku. Tanpa menoleh lagi aku pergi dari kamar itu, meninggalkan Rena yang kecewa seorang diri.

.
.
.
Bersambung

Apa apaan tingkah Denis malam ini
Apakah dia mulai mencintai Rena, atau hanya dibutakan nafsu semata?

Duh duh duh di tambah lagi kabar buruk itu

Penasaran ga All??
Yukk di tunggu kelanjutan nya

Keegoisan Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang