2. Mempelai yang malang

2.8K 341 36
                                    

"Mestinya Monika mendengarkanku untuk menjauhimu. Mungkin saat ini dia masih ada disini," isak Tante Hana dengan tangis yang lebih keras, membuat semua tamu undangan kini berfokus pada kami.

Rambutku kini sudah di tarik-tarik, hingga sanggulnya nyaris lepas, sakit. Kulit kepalaku terasa perih saat beberapa helai rambut berhasil tercabut dari kulit kepalaku. Tapi dari pada itu, hatiku jauh lebih sakit mendapati tidak ada satu orang pun yang berusaha menolongku disana. Bahkan tak ada yang peduli pada tangisanku disaat aku di jadikan bulan-bulanan oleh Tante Hana di atas pelaminanku sendiri.

"Sakit Tante, Naya minta maaf, tolong ampuni Naya." Aku memohon ampun untuk kesalahan yang sebenarnya tidak pernah kulakukan, namun rupanya tidak bagi istri Omku itu, dia menganggap kesalahanku sudah terlalu banyak hingga sebanyak apapun air mata yang ku keluarkan saat ini takan mampu meluluhkan hatinya yang sudah di penuhi kebencian.

"Minta maaf? Kau pikir semudah itu aku memaafkan perempuan licik sepertimu? Kau pikir dengan kata maaf saja maka putriku bisa hidup kembali, begitu?" Tante Hana kembali menarik sanggul yang masih melekat mengenaskan di rambutku, dan aku yakin sekali tarikan lagi sanggul itu akan benar-benar terlepas dari rambutku.

"Dasar pembunuh! Harusnya kau saja yang mati dalam kecelakaan itu, bukan anakku. Monika gadis baik, kenapa kau tega sekali melakukan ini padanya!"

Aku memejamkan mata, rasanya sakit sekali mendengar setiap hinaannya. Ya Tuhan, mengapa nasibku seperti ini, di permalukan di hari pernikahanku sendiri, apakah ada hal yang lebih menyakitkan dari yang ku alami saat ini?

Namun aku berusaha menelan air mata dan juga amarahku untuk setiap hinaan dan pukulan Tante Hana. Sejak dulu, aku memang selalu diam saat Tante Hana menghukumku dengan pukulan dan bahkan makian yang kejam, meski dia tidak pernah menyayangiku dan selalu memperlakukanku layaknya hama, tapi aku tetap menghormatinya sebagai istri Om Hery-kakak dari mendiang Mamaku.

Walaupun ini bukan kali pertamanya ia memperlakukanku seperti ini, tapi Tante Hana tidak pernah melakukannya di depan orang lain, hingga aku masih bisa mengangkat kepalaku di hadapan semua orang yang ku kenal dan bersikap layaknya hidupku yang baik-baik saja. Namun, kali ini sepertinya Tante Hana memang sengaja berniat mempermalukanku di hari pernikahanku dan Raffael, dia membuatku terlihat jahat, hingga orang-orang yang tidak tahu apa-apa pun ikut menatapku dengan sinis, dan mungkin itu yang membuat semua orang enggan untuk menolongku dari amukan Tante Hana.

"Cukup Nyonya, Anda tidak berhak mempermalukan menantu keluarga kami seperti ini!"

Aku membuka mataku, dan terkejut sekaligus senang saat mendapati Mama mertuaku kini tengah memegangi lengan Tante Hana, dan tubuhku ... tubuhku di peluk oleh Kaysha-adik Raffael.

"Tapi dia sudah membunuh Monika! Dan perempuan yang sudah Anda bela itu sudah membuat putra Anda patah hati karena kehilangan putriku!" kata Tante Hana dengan lantang sebelum menghentak genggaman Tante Alea.

Dengan reflek aku menoleh kearah Raffael yang kini wajahnya sudah mengeras sempurna, tatapannya seperti ingin menghabisiku detik ini juga. Dan disebelahnya aku melihat Virly yang menyeringai saat bersitatap denganku, dia terlihat begitu puas dengan apa yang ku alami saat ini. Ku alihkan lagi tatapanku ke sosok Mama mertuaku yang cantik--yang kini memposisikan tubuhnya berada diantara aku dan Tante Hana.

Tante Alea berdekham keras, sembari mengangkat wajahnya ia menjawab. "Kepergian Monika memang memberikan pukulan besar bagi kami semua, Nyonya. Tapi kita sama-sama tahu kalau kejadian itu adalah murni kecelakaan, dan bahkan seingatku Naya juga sempat koma saat itu! Dan jika hal itu masih belum bisa membuat Anda merasa puas, mengapa Anda tidak bunuh Naya saja sekarang? Dan akan saya pastikan kalau Anda akan membusuk di dalam penjara, karena sudah berani melakukan hal itu pada menantu keluarga Fernandez!"

(Un)Wanted BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang