15 | Wager

507 63 51
                                    

"Lepaskan Namjoon!"

Namjoon menghempasnya kasar hingga punggungnya terbentur pada bodi mobil mewah miliknya. Soeun membuka mulutnya tanpa bersuara merasakan sakit, lalu tatapannya naik secara kasar menatap Namjoon dengan tajam.

"Apa-apaan kau ini hah?!"

"Aku belum merelakanmu, jadi jangan berbuat hal yang bisa membuatku marah."

Soeun membuang wajahnya, menatap ke arah lain setelah menghembuskan sekali tawa remeh lalu kembali menatap Namjoon tak percaya.

"Apa kau sadar dengan ucapanmu, brengsek?!"

Namjoon tak menjawab.

"Sekarang apa masalahmu?! Kita sudah berakhir, Namjoon. Dan kau yang mengakhiri semuanya!"

"Soeun!" Namjoon mendekat setelah membentak sang mantan kekasih, "aku menikah bukan berarti aku mencintai istriku."

Soeun tertawa. Entah menertawakan nasibnya atau menertawakan kebodohan Namjoon. Ia menggeleng cukup kasar seraya memijat dahinya.

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, KIM NAMJOON!" Soeun menarik nafas panjang setelahnya, berusaha untuk tidak menangis karena amarahnya sudah ingin meledak.

"Aku sungguh tidak mencintainya!"

"Omong kosong!" Soeun pun tak mau kalah, "lalu menurutmu bayi perempuan itu bukan cinta darimu hah?!" Kedua tangannya terangkat mendorong dada Namjoon, "Pergi dari hadapanku!"

"Kim Soeun!"

"Jangan berani-beraninya kau menyebut namaku lagi!" Soeun memperingati membuat Namjoon ikut termakan amarah, "Ini lucu, apa-apaan kau tiba-tiba hadir dihadapanku setelah beberapa hari lalu membuatku nyaris mati?! Kau menikah dan sekarang kau sudah memiliki bayi?" Soeun bertepuk tangan sambil memasang raut wajah masam," Wow Kim! lalu aku kau apakan? Kau mencampakanku! Kau menghancurkan hidupku, brengsek! Kau merusak kebahagiaanku!" Soeun memukul dada Namjoon setelah sadar pria itu sudah mengukungnya diantara bodi mobil dan tubuh tingginya.

"Aku masih mencintaimu," Namjoon mendekatkan wajahnya membuat Soeun berusaha menyingkir dari jangkauan pria itu. Kedua tangannya bersusah payah mendorong kedua lengan kekar Namjoon tapi tentu saja dengan tenaga sekecil itu, sama sekali tidak akan membuahkan hasil apapun.

Namjoon gemertakkan giginya marah. Ia menghimpit pipi Soeun dengan satu tangannya lalu menempelkan bibirnya diatas bibir Soeun. Ia melumatnya secara paksa dan semakin mendekatkan tubuhnya hingga menempel sempurna di depan tubuh Soeun.

Soeun melemas, ia pasrah karena Namjoon kembali berhasil mengalihkan semua perhatiannya. Kedua tangannya yang tadi bergerak memukuli Namjoon kini mulai merembet pelan melingkari leher pria itu. Lambat laun Ia mulai terbawa akan suasana dan mulai menyeimbangi ciuman sang mantan kekasih tak kalah laparnya. Dia merindukannya, Soeun tidak ingin bohong untuk saat ini walau hatinya masih hancur berkeping-keping akan kenyataan.

Bibir mereka masih saling menaut, Namjoon bergerak membuka kunci mobilnya lalu dengan kasar menarik pintu  mobil pada jok belakang. Ia mendorong tubuh Soeun perlahan dan membaringkannya disana.

"Namjoon?" Lirihan sang mantan kekasih memang tak akan pernah tertandingi. Namjoon berdecak, ia sudah sangat tak tahan.

"Kita tidak punya banyak peluang, Soeun. Aku harap kita menikmati kesempatan ini."

Namjoon kembali melumatnya setelah menutup pintu. Jaga-jaga karena dia tahu keamanan CCTV bisa saja menangkap eksistensi mereka berdua. Dengan membabi buta ia mulai membuka kancing kemeja Soeun satu persatu tanpa melepas pangutan bibirnya.

Namun disamping rasa kerinduan yang begitu perih, Soeun bersyukur akal sehatnya masih bisa terkontrol. Soeun sadar semua adalah kesalahan fatal. Lantas ia memaksa untuk melepas pangutan dan mulai melarang Namjoon melakukan hal-hal yang lebih jauh dari sekedar ciuman. Tapi pria itu sama sekali tidak mendengarkannya, ia terus berdecak sementara Soeun mendesah pelan dibawahnya. Soeun ingin menghajar pria itu dan menangis sejadi-jadinya, namun disisi lain dia juga sangat merindukan sentuhan Kim Namjoon. Sentuhan Cinta pertamanya yang tiba-tiba memutuskan hubungan mereka.

Mr. Maniac!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang