17 | Oppression

138 22 21
                                    

Kangen ga? :(

.

.

Pemuda bersurai hitam menatap malas ketiga suruhannya yang tak becus menjalankan tugas. Lalu berganti menoleh menatap wanita berambut hitam pekat yang terbaring dengan nafas teratur di atas sofanya.

"Dasar kalian ini tak berguna!"

Teriaknya tiba-tiba mengejutkan ketiga suruhannya yang semula saling melemparkan cengiran. Ia bangkit berdiri, tangannya yang menggenggam gulungan kertas tebal terulur berakhir mendaratkan pukulan telak secara bergantian tepat mengenai area vital di kepala ketiga pria di depannya itu. Pria-pria itu memekik dan langsung melindungi kepala mereka dari serangan sang bos.

"Ampun bos!"

"Kapan becusnya kalian?!"

"Kami salah apa bos?"

"Aku hanya menyuruh kalian membawanya, bukan malah menjadikannya korban penculikan sungguhan!"

Pria bertubuh lebih besar diantara kedua pria lainnya membuka suara takut-takut, "Kekasih bos memberontak, jadi kami tidak punya pilihan lain selain membiusnya."

"Benar! Dimana bos mendapatkannya? Dia begitu kasar," sahut pria lainnya kesal karena mengingat rambutnya yang baru mendapat perawatan salon ditarik begitu saja waktu itu.

"Kekasih?"

Pemuda lebih muda terbelalak tak percaya dan kembali melayangkan gulungan kertas tebal di tangannya ke kepala dua suruhannya itu karena sudah lancang berkata yang tidak-tidak.

TAK!

TAK!

TAK!

"Kekasih katamu?!"

Satu kepala di hadiahi satu pukulan lagi dari sang tuan muda.

"Lelaki gila mana yang mau menjalin kasih dengannya?!"

"T-tapi bos, lumayan!"

"Berhenti bicara atau potong gaji? Sekarang keluar!"

Buru-buru pria-pria berbadan kekar itu keluar dari ruangan bos mereka sebelum kembali mendapat amukan yang lebih besar, terlebih takut gaji mereka menjadi ancaman. Pada dasarnya mereka memang akan selalu takut dengan eksistensi sang bos walau usianya jauh lebih muda. Lelaki itu memiliki banyak jaringan dan namanya sangat besar, mereka akan sangat mudah dibuat jatuh miskin.

Pemuda yang tersisah menggelengkan kepelanya pelan, lalu berbalik menatap sosok wanita yang sialnya sudah menjadi korban penculikan amatiran dari bawahannya.

Ia berdecak kemudian mengambil langkah menghampiri wanita itu yang masih tak sadarkan diri karena diberi obat bius. Ia membungkuk mensejajarkan tingginya dengan wanita itu yang berbaring diatas sofa mahalnya lalu dengan perlahan melayangkan gulungan kertasnya diatas pipi wanita itu guna memastikan apakah ia masih belum sadarkan diri atau hanya berpura-bura tertidur.

"Bangun, Soeun!" Sambarnya, "Bangun, pemalas!"

Yah benar, itu adalah Soeun; sekretaris menyebalkannya. Gulungan kertas itu menepuk pipi Soeun pelan berkali-kali namun tak ada respon apapun dan hanya terdengar hembusan nafas tenang dengan wajah damai Soeun.

Mr. Maniac!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang