"Gua pengen jadi orang ganteng dah!" celetuk Ten tiba-tiba, sambil duduk di samping Chungha yang lagi asyik ngoding.
Chungha nengok ke Ten. Terus nurunin kacamatanya.
"Tiba-tiba banget????"
"Nggak tiba-tiba, Chung," sahut Ten yang entah kenapa di telinganya tuh Chungha ngerasa dipanggil kacung ketimbang Chungha. "Ha," lanjut Ten waktu dia lihat Chungha melotot.
"Gua tuh dari dulu pengen ganteng."
"Danusan lo belom abis?"
"Bukan gitu anjir!"
"Oh, danusan lo udah abis?"
"Y-ya... belum juga sih."
"Sini gua beli 5," kata Chungha sambil ngeluarin duit 50an.
"Nih," kata Ten sambil kasih donatnya sama uang kembalian.
"Tapi ya, Chung," kata Ten lagi. "Ha. Beneran bukan karena danusan gua jadi pengen ganteng."
Chungha yang lagi gigit satu donat bertaburan meses coklat itu noleh lagi ke Ten.
"Terus?"
"Gua pengen jadi ganteng biar semua urusan gua jadi gampang. Urusan kuliah, urusan dapet pacar, urusan dapet temen, urusan-"
"Lo ganteng kok, Ten."
"Masa?"
Chungha anggukin kepalanya.
"Hidung mancung, kulit bersih, mata lo juga tegas, rambut lo juga rapi tapi nggak culun-culun amat,"
Ten senyum-senyum sendiri denger pujian Chungha.
"Cuma...."
"Cuma?"
"Cuma pendek aja," kata Chungha lagi bikin Ten hela napas panjang.
"Lo sama gua tinggian gua ya!"
"Tapi sama Doyeon tinggian dia," kata Chungha lagi.
Ten diem. Nggak berani ngedebat Chungha lagi.
By the way, Doyeon itu adek tingkat sejurusan mereka. Ah dan Ten itu tingginya 170cm sedangkan Doyeon 173an.
"Lagian kalau mau segala urusan lo mudah itu, lo nggak harus ganteng kali."
"Terus? Harus apa? Pinter?"
Chungha gelengin kepalanya. Terus bikin gerakan usap ibu jari sama jari telunjuknya, "harus punya banyak duit!"
"Banyak duit nggak menjamin kebahagian, coy!"
Bukan Ten. Barusan yang nyeletuk itu Jun. Yang dari tadi ada di samping Chungha. Lagi ngoding juga.
Biasalah, anak Manajemen Informatika emang kerjaannya ngoding mulu.
"Ah biasanya yang ngomong begitu tuh orang yang nggak punya duit!" sahut Chungha bikin Jun langsung diem.
Susah emang adu mulut sama Chungha tuh.
"Gua mah nggak apa-apa jelek, yang penting nanti cewek gua cakep!" kata Jun lagi.
"Ya gimana caranya lo dapet cewek cakep tapi lo nya jelek, Jun???" tanya Ten bingung.
Jun nunjuk-nunjuk pelipisnya, "jadi pinter, lulus cumlaude, dapet kerjaan bagus, dapet duit banyak, terus nanti cewek-cewek antri buat jadi pasangan gua!" kata Jun sambil lihat ke langit-langit yang agak cerah. Di dalem bayangannya tuh masa depan dia cerah banget. "Gitu kata emak gua!" sambungnya lagi bikin Ten sama Chungha langsung pasang muka datar.
"Ujung-ujungnya soal duit kan berarti??" ucap Chungha ke Jun.
"Tapi nilai Alprog lo kan C, Jun?? Emang bisa dapet cumlaude?" tanya Ten bikin Jun langsung masang muka sedih.
Alprog tuh maksudnya Algoritma dan Pemrograman, gara-gara dosennya dulu nggak terlalu seneng sama dia di semester satu. Jun dapet nilai C, sedangkan temennya yang nggak pinter-pinter amat di pemrograman bisa dapet B.
Aneh banget, begitu pikir Jun waktu itu. Mau protes, tapi takut nilainya malah diturunin jadi D.
Untungnya pas mata kuliah Struktur Data di semester selanjutnya Jun bisa dapetin A.
"Ya, ya udah kan masih bisa dapet predikat Sangat Memuaskan," lanjut Jun lagi.
Iya, di bawah predikat Cumlaude masih ada Sangat Memuaskan, Memuaskan, dan seterusnya.
Tapi itu juga kalau IPK di akhir semester dia nanti bisa dapet 3,7 ke atas.
"Jadi kepikiran..."
Ten, Chungha, sama Jun kompak noleh ke arah Chanhyuk yang tiba-tiba nyeletuk barusan.
"Lah lo dari kapan ada di sini?" tanya Ten bingung.
"Dari sebelum lo dateng," kata Chungha jawab pertanyaan Ten.
"Anjir kok nggak kelihatan dari tadi???"
"Kan makhluk goib dia," kata Jun bikin Ten ketawa. Sementara Chanhyuk mah tetep diem aja. Masih kepikiran sesuatu soalnya.
Ah, dan Chanhyuk tuh temen satu jurusan Jun sama Chungha juga. Dan sama kayak mereka berdua, Chanhyuk juga diem di area DPR alias Daerah Pohon Rindang, buat ngerjain tugas kodingan sekalian ngajarin Chungha sama Jun tadi dikit-dikit. Cuma dia mah udah selesai, dan dari tadi lagi asyik nontonin video Pacific Ocean di akun Explore Documentary Films.
Selain kodingan, Chanhyuk emang suka banget sama Lautan. Apalagi laut yang luas kayak samudra gitu.
"Kepikiran apaan?" tanya Jun ke Chanhyuk.
"Gimana ya kalau misalnya gua tiba-tiba terdampar di Samudra Pasifik?" tanya Chanhyuk asal.
"Bukan terdampar lagi anjir, itu mah namanya lu hanyut!" celetuk Ten mau misuh-misuh.
Biar nggak sekelas, tapi Ten kenal sama Chanhyuk. Dan Chanhyuk emang terkenal suka random abis anaknya. Waktu itu pernah ngomong, "menurut gua Bikini Bottom tuh beneran ada deh, tapi di lautan yang paling dalem banget. Kalau aja ada yang mau biayain penelitiannya, pasti bisa keungkap tuh kehidupan temen-temennya Spongebob!"
Kayak yang.... kenapa harus Spongebob???? Kenapa Bikini Bottom? Kenapa nggak dia nyebutin soal Atlantis aja yang agak mendekati realistis?
Cuma ya, terserah Chanhyuk aja deh.
"Bukan hanyut lagi anjing, tapi mati tenggelem kalau nggak bisa berenang!" ucap Jun nimpalin omongan Ten yang komentarin soal celetukan Chanhyuk.
"Terus melek-melek udah ada di alam baka," sahut Ten.
"Lu nyusahin malaikat pencabut nyawa anjir kalau tenggelem di sono, Chan!" kata Jun sambil nepok bahu Chanhyuk.
Abis ngomong gitu Ten sama Jun ketawa-tawa lagi. Ngebayangin kalau malaikat pencabut nyawa sampe serepot itu. Emang suka nggak adab mereka berdua mah.
Sementara Chungha geleng-gelengin kepalanya. Niat mau ngoding malah jadi dengerin obrolan nggak penting temen-temennya.
Dari mulai perkara ganteng sampe perkara tenggelem.
"Ya gua nanti pake pelampung dong boi biar nggak tenggelem!" kata Chanhyuk lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
96Pride; 96line
Fanfictionsekedar cerita keseharian tentang mereka yang lahir di tahun 1996
