Memaknai Jalan Pulang

13 0 0
                                    

Setiap kita adalah musafir. Kita akan selalu berhasrat untuk pulang dan merasakan kembali dekapan hangat dan perlakuan tulus orang-orang terdekat. Sejauh apapun perjalanan, setinggi apapun kesuksesan, pulang akan menjadi sesuatu yang paling dirindukan.

Bagi kita yang sudah terbiasa untuk merantau di tanah orang, jauh dari keluarga adalah makanan sehari-hari.  Demi menjalani hidup, kita rela menabung rindu, menunggu waktu.

Jika tiba waktunya, kita akan mempersiapkan perpulangan dengan sebaik mungkin. Mentalitas menempuh perjalanan panjang, perbekalan yang memadai serta oleh-oleh buat keluarga sekaligus segudang cerita-cerita kebahagiaan yang turut dikemas dalam hati untuk kembali di ceritakan.

Perpulangan Sejati
Sebenarnya, dari mana kita berasal? Kemana pula kita akan kembali? Kemana kah jalan pulang yang benar-benar kita dambakan?

Hidup merupakan perjalanan singkat yang berujung pada kepulangan tiap manusia pada penciptanya. Setiap kita merindukan-Nya. Setiap kita ingin kembali pada-Nya dengan segenap Cinta. Terkadang, hati yang terlanjur menghitam karena kefanaan dunia membuat kita lupa akan jalan pulang yang sebenarnya.

...kemudian hanya kepada kami kamu dikembalikan (QS.Al-Ankabut: 57)

Analogi Sederhana
Kita bisa memperhatikan dengan seksama eksodus yang terjadi saat perayaan Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya.

Setiap orang mempersiapkan perjalanan "pulang" kampung dengan totalitas. Mulai dari kesiapan mental diri, Perbekalan, transportasi hingga kemantapan ongkos selama perjalanan dan singgah di kampung halaman.

Kita semua kuat untuk menabung demi hari perpulangan itu, kita juga kuat menempuh perjalanan yang jauh dan terkadang macet demi hari perpulangan itu. Demi melepas rindu.

Miniatur Perpulangan Abadi
Bentuk perpulangan sederhana diatas hanyalah miniatur kecil bagaimana kita harus mempersiapkan pulangnya diri kita pada Sang Pencipta.

Kalau "Pulang Kampung" butuh bekal dan persiapan, maka pulang kepada-Nya juga sama. Kita perlu mempersiapkannya dengan tabungan amal kebaikan demi manggapai rahmat-Nya.

Kita juga butuh mentalitas untuk terus berjalan diatas kebaikan dan kebenaran demi menjemput hari perpulangan pada-Nya dengan gembira.

Kalau kita merasa sulit dengan mempersiapkan materi untuk "pulang kampung" maka sama sulitnya dengan menjaga konsistensi berjalan diatas Agama untuk mempersiapkan kepulangan kita pada-Nya.

...bawalah bekal, karena sebaik-baik bekal adalah ketakwaan... (QS. Al-Baqarah: 197)

Menghadirkan-Nya disetiap Langkah
Dalam miniatur sederhana demikian, kita bisa menghadirkan Allah dalam langkah kita. Kita perlu untuk terus menautkan hati agar tak terlampau menjauh dari-Nya.

Yang membedakan kedua perpulangan ini adalah; yang satu kita tau kapan kita harus pergi, yang satu kita tidak tahu kapan harus pergi.

Kalau kita bisa kuat untuk mempersiapkan segala bekal dan material untuk kembali ke kampung halaman, maka kita juga mesti berupaya untuk kuat membekali diri kita untuk kembali berpulang menghadap-Nya.

Ada Hikmah di PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang