Belajar Bersyukur dari Tukang Pecel Lele

8 0 0
                                    

Dalam pandangan kita, Penjual pecel lele mungkin sekedar orang yang menjual makanan untuk memenuhi kekosongan perut kita.

Tapi, ini berbeda.
Pedagang pecel lele yang saya jumpai, bisa dibilang punya pemikiran yang mirip dengan Syaikh Izzuddin Abdussalam & Syaikh Thantawi Jauhari.

Dari mana penulis memandang demikian? Dari caranya memandang sifat Rahman & Rahim Allah SWT.

Awalnya kami berbicara terkait dengan perwujudan rasa syukur. Dia berucap:

"Syukur itu doa terbaik mas, karena dengan menerima secara lapang segala ketentuan-Nya, diri kita akan merasa damai. Getaran dalam hati pun, akan selalu bergerak ke arah yang baik"

Setelah itu, dia menjelaskan bahwa sifat Rahman & Rahim Allah mengandung pengertian:
Rahman adalah bentuk kasih sayang Allah pada seluruh makhluk-Nya. Tanpa terkecuali.
Rahim adalah kasih sayang Allah yang diberikan hanya kepada umat muslim.

Pengertian ini, juga penulis temukan pada tafsir karya Syaikh Thantawi Jauhari, Ulama Mesir.  Dalam bagian QS. Al-Fatihah: 3

Setelah itu, penjual pecel lele ini kembali berpesan: "Kalau kasih sayang Tuhan sudah terjamin buat hamba-Nya, kenapa kita harus takut kehilangan rezeki mas?"

Tak lama, penulis bergegas pulang untuk melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda untuk urusan perut tadi.

Ternyata, jika segala sesuatunya diniatkan untuk belajar dan mencari hikmah-Nya, Allah selalu tuntun dan tunjukkan jalan.

Nyatanya, dari penjual pecel lele ini, penulis bukan hanya dapat mengisi perut saja. Tapi, juga mengisi akal dan hati lewat obrolan berfaedah.

Setidaknya kita bisa semakin meyakini bahwa syukur dan menerima segala ketetapan-Nya adalah bekal seorang muslim untuk merasakan hidup yang damai dan tenang.

Tabik,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ada Hikmah di PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang