Pesan Singkat Gus Dur Pada Pelayannya

28 0 0
                                    

Selalu ada keberkahan tersendiri dari setiap aktivitas yang kita jalani. Termasuk saya, sebagai supir kyai banyak sekali pelajaran tak terduga yang dapat saya terima dan bagikam. Salah satunya adalah kesempatan ini.

Saya di perintahkan untuk menjemput Kyai Musthofa. Suami dari Dr. Lilik Ummi Kalsum.

Saya mengetahui sekilas bahwa beliau adalah orang yang dekat dengan Gus Dur. Hal ini memantik saya untuk sedikit bertanya pada beliau.

"Bapak dulu gimana bisa dekat dengan Gus Dur?"

Ya, saya jadi laden. Pelayannya beliau.

"Berapa lama pak?"

Lama, dari saya lulus SMP. Sampai saya sudah punya anak istri, saya juga masih ikut ngaji. Cuman ya, jangan tanyakan ada foto atau videonya ya. Soalnya saya ga punya. Beliau pun sedikit tertawa.

Percakapakan singkat ini terjadi ketika penulis menyupir di rute jalan raya Parung-Ciputat. Setelah hening agak lama, terbesit pertanyaan yang penulis harapkan dapat membawa manfaat bagi penulis maupun seluruh pembaca.

"Selama bapak jadi pelayan Gus Dur, apa pesan yang paling bapak ingat?"

Singkat go. Jadilah orang yang: Jujur, Terbuka dan Memikirkan Banyak Orang. Gampang kan? Jangan ada yang terpisah dari ketiga itu. Karena jika hilang satu, akan jadi masalah. (Beliau memanggil saya "yogo")

"Gampang diucap aja kayanya pak" penulis dan beliau pun tertawa. Karena kita sama-sama menyadari ini adalah pesan yang singkat namun besar makna sekaligus sulit dijalani.

Kyai Musthofa menambahkan. Caranya ada dua go: Bertanggung Jawab dan Memanusiakan Manusia. Nah, sedikit to pesannya? Ya sudah, kamu lakukan saja dulu itu. Jangan tanya lagi, nanti hanya jadi wacana.

"Ini pesan yang singkat tapi sangat kaya makna pak. Ga sembarang orang bisa menerapkan"

Begini go, Gus Dur itu terbiasa berpikir untuk mencari solusi. Kalau orang bisa dengan mudah menyikapi hidup secara sederhana, itu karena sudah terlalu sering susah. Paham maksudnya?

"Belum pak"

Coba bayangkan. Kamu baru lulus SD, adikmu ada 4 dan yang satu masih dalam kandungan lalu ditinggal wafat ayah. Kebayang to? Berapa kali dalam sehari ibumu memanggil? Minta tolong ini itu.
Ya, itulah Mbah Dur.

"Kalau pesannya sederhana seperti itu, yogo jadi ga heran pak. Kalo Mbah Dur sering bilang: gitu aja kok repot."

Ya memang, kalau kamu udah tau, ya ngapain di pikir. Kalo belum tau, ya jangan dipikir. Jalani saja. Beliau pun kembali tertawa.

Tidak lama setelah ini, kami sampai tujuan dan beliau dawuh. Yawes, cuci ini ya mobilnya. Bagian dari tanggung jawab.

Siap Pak. Beliau masuk rumah, dan penulis bergegas nyuci mobil. Semoga ada manfaat yang bisa pembaca ambil.

Tabik,

Ada Hikmah di PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang