Romantisme Kyai Al-Quran: Sebuah Keteladanan Cinta

32 0 0
                                    

Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga.
Hai, begitulah kata Bang Rhoma Irama.

Persoalan cinta selalu menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan. Baik dari segi kasmaran yang membawa kesan berbunga-bunga, ataupun patah hati yang membawa kisah tersendiri.

Lalu, bagaimanakah perwujudan cinta dalam potret Kyai Al-Quran? Kali ini, penulis akan angkat kisah inspiratif Dr. KH. Husnul Hakim, dalam memanifestasikan makna cinta.

Normalnya, selebrasi sebuah hubungan dihiasi dengan pemberian hadiah dalam bentuk barang ataupun sebuah jalan-jalan gembira keluarga. Sembari diiringi doa baik dan ditutup senyum indah di ujung hari.

Tapi ada yang unik dari Abah yai. Di hari Ulang Tahun pernikahan beliau bersama ibu nyai, ada hadiah yang mungkin tidak bisa dilakukan banyak laki-laki lain.

Bukan intan berlian, bukan juga seperangkat perhiasan ataupun jalan-jalan gembira ke tempat rekreasi.

Bukan juga mendirikan candi-candi dalam satu malam sebagaimana Bandung Bondowoso menunjukkan cintanya pada Roro Jonggrang.

Melainkan, Mengaji 30Juz Bil Ghaib, Yang beliau baca sendiri. Sambil disimak santri-santri dan berharap Ridho Sang Pencipta. Serta memberikan keteladanan pada santri-santri.

Satu pesan kesederhanaan dan keteladanan yang penulis kutip dari beliau, setelah selesai mengaji 30Juz bil Ghaib adalah: "Abah tidak punya apa-apa selain Al-Quran. Uang ndak punya, harta pun ndak punya. Untung saja, Ibu sudah cukup kalau abah bacakan Al-Quran"

Meskipun terkesan sederhana, tapi ini bernilai jangka panjang atau memiliki Long Term Value. Ditambah, hal seperti ini tidak banyak yang bisa menirunya. Atas pertimbangan ini, penulis sangat tidak keberatan untuk menyebut; bahwa ini adalah momentum paling romantis yang pernah penulis lihat dan rasakan.

Seperti itulah Ulama, senantiasa memberikan keteladanan dalam berbagai momentum. Sikap yang diambil senantiasa mengalirkan kebaikan jangka panjang.

Satu hal yang begitu Abah Yai yakini: Khidmat pada Al-Quran adalah cita-cita yang terbaik. Bergeraklah untuk Al-Quran, atau kita akan digerakkan kepada selain Al-Quran.

Sebab itu, setidaknya buatlah diri kita lelah untuk menempuh jalan yang dicintai oleh-Nya. Atau, akan kita akan tempuh jalan yang tidak dicintai-Nya.

Ada Hikmah di PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang