Melacak Cara Setan Menggoda Manusia

6 0 0
                                    


Perbincangan terkait setan dan manusia memang sudah sangat familiar di telinga kita semua.

Penyampaian pesan-pesan Agama tentang adanya setan yang tak berhenti mengganggu manusia tentunya memiliki tujuan agar manusai tidak terjerumus di dalamnya.

Bahkan cara-cara penyampaian pesan ini pun bervariasi. Ada yang sekadar melalui tausiyah atau mauizhah hasanah, visualisasi dengan video pendek, komik dan lain-lain.

Tujuannya adalah satu: agar manusia senantiasa waspada terhadap  setan dan godaannya serta menjauhi segala perbuatan yang menuju kepada jalan setan.

Pada kesempatan ini, sama-sama kita akan menelusuri apa saja cara setan agar manusia terjebak dalam perangkapnya.

Setidaknya ada 3 cara setan dalam menjerumuskan kehidupan manusia, ini penulis kutip melalui kajian Tafsir rutin yang dilakukan di PP. Lingkar Studi Al-Quran Tabarrakarrahman, yang diasuh oleh Dr. KH. A. Husnul Hakim, IMZI.

Diantara caranya adalah:
- Menghalangi dari perbuatan yang benar
- Menyimpangkan manusia dalam perbuatan yang benar
- Menghalangi manusia untuk bersyukur


Menghalangi Manusia dari Perbuatan yang Benar

Mari kita telaah satu-persatu rangkaian cara setan mempengaruhi manusia, dimulai dari yang pertama. Menghalangi manusia dari perbuatan yang benar.

Hal yang pertama ini rasanya sering kita dapati dalam kejadian sehari-hari. Contoh yang paling awal terjadi adalah bagaimana setan terus memengaruhi Nabi Adam untuk memakan buah Khuldi, dimana dalam hal ini perbuatan yang benar adalah tidak memakan buah khuldi.

Nabi Adam sebisa mungkin dihalangi oleh setan untuk tidak memakan buah khuldi. Oleh sebab itu, setan membujuk dengan berbagai macam cara dan bualan palsu hingga akhirnya Nabi Adam memakannya.

Hal yang lain adalah ketika kita dapati para petinggi pemerintahan yang semestinya memanfaatkan jabatan dengan sebaik mungkin malah menyalahgunakannya dengan tindakan korupsi ataupun yang lain-lain.

Cara sederhana mengidentifikasi bagian ini adalah jikalau kita mendapati diri kita ditengah persimpangan antara benar dan salah, maka ikutilah yang benar. Jika kita melihat manusia lain kesusahan, sepatutnya yang benar adalah membantu.

Jika kita lebih memilih untuk mencela atau berburuk sangka dan tidak membantunya, disitulah setan berhasil dalam menghalangi kita melakukan kebenaran.

Terlena dengan keburukan yang nikmat dalam pandangan mata dan hawa nafsu juga salah satu bentuk keberhasilan setan dalam menghalangi kita dari perbuatan yang benar.

Penulis setuju bahwa jika tidak selamanya perbuatan benar ini menyenangkan. Tapi, disitulah letak ujian dari totalitas kepatuhan kita atas aturan-aturan Tuhan di Dunia.

Jika kita meyakini bahwa segala perbuatan akan mendapat balasan, cukuplah dalam hati dan pikiran kita tertanam bahwa Allah Maha Mengetahui dan akan memberikan segala ganjaran atas ketaatan yang kita lakukan.

Menyimpangkan Manusia dari Perbuatan yang Benar

Dalam hal ini, merupakan lanjutan dari yang pertama. Artinya, jika kita lulus pada ranah ujian yang pertama tadi kita akan beranjak ke next level godaan setan. Yakni menyimpangkan manusia dari perbuatan yang benar.

Contoh sederhana dari  hal ini adalah ketika kita sudah  berhasil memilih jalan yang benar seperti menolong ketika kita dapati manusia lain kesusahan ataupun melakukan kegiatan sosial untuk masyarakat dan lain-lain, maka setan tidak kehabisan cara untuk membuat kita terjerumus. Yakni kita akan disimpangkan dari perbuatan baik tersebut.

Yakni, kita akan dijadikan dari perbuatan itu merasa bangga, perasaan ingin dilihat orang lain (riya), ataupun supaya dianggap berjasa. Hal inilah yang akan menghantarkan manusia menjadi sosok yang sombong dan merasa lebih berdaya dari manusia yang lain.

Terlebih lagi, pada masa-masa masifnya media sosial seperti ini, perbuatan baik yang dbagikan melalui beranda media sosial rentan terhadap penyimpangan perbuatan baik tersebut.

Betapa banyak perbuatan baik dan benar dilakukan untuk kepentingan pencitraan atau keduniawian. Jika kita berbuat baik namun niatnya bukan karena pengabdian pada Allah dan bermanfaat untuk sesama, sejatinya disitulah kita telah terperangkap dalam jebakan setan di level ini.

Tanamkan selalu bahwa manusia adalah makhluk yang lemah tanpa kuasa dan kehendak-Nya. Tak ada kebaikan pada kita tanpa rahmat-Nya. Senantiasa memohon untuk diberikan hidayah dan taufik agar apa yang kita lakukan selalu bermuara atas nama penghambaan dan menjalankan perintah-Nya.

Menghalangi Manusia Untuk Bersyukur

pada tahap ini adalah godaan yang mungkin bisa dibilang paling halus diantara yang lain. Karena boleh jadi manusia tidak menyadari sama sekali akan hal ini. Ketika manusia sudah melaksanakan sesuatu yang benar tapi manusia merasa bahwa apa yang diperbuatnya adalah karena hasil usaha dan kemampuannya sendiri. Ketika manusia sudah mulai “merasa” disinilah pintu kesombongan akan terbuka baginya.

Entah itu merasa kuat, merasa mampu, merasa menghidupi orang lain ataupun merasa dirinya berjasa. Inilah yang akan membuat manusia terhalang dari rasa syukur.

Yang mana syukur ini merupakan perasaan berterimakasih pada Tuhan bahwa segala daya dan kemampuan yang ada pada manusia tidak akan pernah ada tanpa kehendak-Nya.

Boleh jadi dia suka menolong dan berniat memang baik, tapi dia merasa kalau itu adalah jasanya dan atas kemampuannya sendiri, disinilah setan sudah berhasil menghalangi dirinya dari rasa syukur.

Maka dari itu dengan pengidentifikasian sederhana ini senantiasa kita waspada akan jalan setan dalam menggoda manusia.

Seluruhnya adalah bentuk godaan yang tak kasat mata. Melainkan menyerang cara berfikir dan hati kita.

Kalau saja kita membuka ruang dan membiarkan sikap dan sifat ini bersemayam di hati kita, jadilah hati kita kotor dan menyebabkan seluruh diri tidak berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.

Ada Hikmah di PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang