1

662 35 31
                                    

Halo~ rich_fangirl disini...

Sebelum lanjut, aku mau kasih tau kalo semua tokoh disini hanya fiksi belaka. Nama yang dipakai dalam cerita ini tidak lebih hanya sebagai cast aja dan gak ada hubungannya sama sekali dengan kenyataan.

Lalu sebelumnya, aku mau minta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan kata dalam karyaku ini. Semua itu kuakui kerena kurangnya pengetahuan dan pengalaman aku sebagai penulis.

Dan aku minta tolong untuk vote dan komennya ya... Terima kasih~

Sekarang...
Saatnya untuk memulai cerita kali ini...
.
.
Happy reading~
.
.
.
.

°°°°°°°°°°°°°

"iya ibu, sekarang aku sedang dalam perjalanan."

Seorang lelaki menelepon sambil menyetir mobilnya, menggunakan seperangkat air pods dan mendengarkan lawan bicaranya yang mengalunkan berbagai macam saran yang sudah diulangi setidaknya delapan puluh kali dalam sebulan ini.

"Ibu tenang saja. Aku akan memperlakukannya seperti aku memperlakukan ibu." Ucap lelaki itu.

Setelah mengucapkan salam, lelaki itu menyadari ibunya sudah memutus sambungan.

Ia menghela napas. Melihat arlojinya menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh menit. Dua puluh menit sebelum waktu janjian yang telah disepakati.

"Ini demi ibumu, Doyoung. Lagipula tidak ada salahnya menerima perjodohan ini. Toh, kamu tidak ada niatan mencari wanita lain kan?". Kata lelaki itu pada dirinya sendiri.

Lelaki itu, Doyoung, pasrah menerima perjodohan yang diatur ibunya sebab di usianya yang separuh jalan menuju angka empat puluh ia tidak ada keinginan mengenal wanita baru. Pekerjaannya sebagai polisi sudah membuatnya sangat nyaman. Ditambah lagi, pengkhianatan sang mantan kekasih sedikit membuatnya trauma.

"Ibu ingin melihatmu menikah sebelum ibu pergi. Ibu tenang jika ada yang merawatmu saat ibu sudah tiada."

Perkataan itulah yang mendorongnya menerima perjodohan ini. Ditambah dirinya yang tidak ada niatan sama sekali untuk mencari pendamping hidup, menuruti kehendak ibunya dan membuat beliau senang adalah pilihannya.

###

Wanita itu duduk dengan punggung tegak di seberang meja. Matanya yang menyorot tajam memandang lurus ke arah Doyoung, seakan tanpa kedip.

Doyoung hanya menyapu suasana kafe dengan netranya, gugup. Bagaimana wanita itu bisa dengan santainya memandang Doyoung.

"Kamu tampan."

Doyoung terkejut dengan pernyataan tiba-tiba tersebut. Dilihatnya wanita itu mengatakannya dengan wajah yang datar.

"Kamu juga cantik." Balas Doyoung.

"Terima kasih. Tapi aku sudah sering mendengarnya." Ucap wanita itu.

Doyoung heran dengan wanita dihadapannya ini.

"Nona Lee," ucap Doyoung.

"Panggil saja aku Hana." Sela wanita itu.

"Hana," kata Doyoung. "Kenapa kamu menerima perjodohan ini?"

"Sederhana. Karena ayahku memintanya." Jawab Hana.

Doyoung hanya mengangguk. Ia merasakan atmosfer yang menekan disekeliling wanita itu. Aura gelap yang tak terbantahkan. Hana bukan seperti wanita kebanyakan.

"Bisakah kita memesan sekarang? Aku belum makan sejak siang." Kata Hana memecah keheningan.

"Oh, tentu saja." Jawab Doyoung lalu memanggil waiters.

###

"Bagaimana Hana?" Tanya ibu.

Doyoung dan Nyonya Kim Yoojung sedang duduk di ruang keluarga, menikmati waktu ibu dan anak di tengah malam sambil menonton acara malam hari dan memakan cookies.

"Dia cantik dan terlihat sangat pintar." Jawab Doyoung dan ia tidak tahu harus menjawab apa lagi.

"Ya. Dia memang pintar dan berbakat. Diusia dua puluhan dia sudah memiliki butik sendiri. Ia juga terkenal sebagai desainer gaun-gaun indah yang dikenakan oleh kalangan atas. Ia luar biasa." Ucap ibunya panjang.

Anak lelakinya hanya mengangguk menyetujui. Ia tidak terlalu tertarik dengan pencapaian Hana. Ia lebih tertarik dengan kepribadian wanita itu.

Hana terlihat tidak biasa berbicara dengan orang lain karena gaya bicaranya yang cepat dan langsung pada intinya. Namun begitu, kepercayaan dirinya sangat besar. Bisa dilihat dari bagaimana ia menjawab pujian Doyoung atas kecantikannya.

"Ibu harap kamu bisa mencintainya. Dia gadis yang baik, walau memang terlihat suram." Kata ibu setelah hening lama.

"Kenapa ibu memilih dia untukku?" Tanya Doyoung.

"Dia tipe wanita mandiri dan kamu tidak suka dengan orang yang manja. Bukankah sudah jelas?" Jawab ibu.

Doyoung mengangguk paham.

"Ibu paling mengerti aku."

###

To be continued

Btw, aku ada buat AU juga di twitter, kalo mau mampir silahkan. Kumpulan AU ada di link di bio aku yaa ❤️

Ayo yang mau kenalan sama Gavin Janendra, bisa mampir ke twitter aku dan baca "Un-Gripable" yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayo yang mau kenalan sama Gavin Janendra, bisa mampir ke twitter aku dan baca "Un-Gripable" yaa.
Mari ramaikann ❤️

Mari ramaikann ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hana |•| ((Doyoung NCT)) [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang