10

353 23 20
                                    

Rich_fangirl disini~

Secara khusus aku meminta tolong untuk dengan ringan memberi vote dan komennya.

Terima kasih.

Happy reading~
.
.
.
.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Doyoung tidak peduli dengan rekan kerjanya yang sedari tadi menelponnya, karena ia sedang diburu waktu. Ia harus sampai ke hotel itu sebelum pagi.

Sebenarnya ia tidak tahu pasti pagi yang dimaksud oleh lelaki itu pagi di Korea atau di Prancis. Yang jelas, ketika kakinya sudah menapak di tanah Paris, fajar baru saja menyingsing. Namun arlojinya, yang masih menunjukkan waktu Korea Selatan, sudah menunjukkan pukul 1 siang.

Dengan tergesa-gesa ia mencari kendaraan yang bisa ia tumpangi setelah kakinya melangkah keluar bandara. Namun seketika ia teringat kalau ia belum menukar uangnya dengan mata uang Prancis.

Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Doyoung menoleh dan melihat seorang lelaki dengan topi musim dingin berdiri di hadapannya.

Lelaki itu berbicara padanya dalam bahasa Prancis. Jelas ini membuat Doyoung bingung.

"Maaf, aku tidak bisa bahasa Prancis."

Doyoung membalas dalam bahasa Inggris. Berharap lelaki itu paham.

Lelaki itu berdecak. Jarinya menunjuk Doyoung, lalu dirinya lalu sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka berdiri, lalu ke arah jalanan besar.

"Anda ingin membawa saya?"

Dengan tidak sabar, lelaki itu menarik lengan Doyoung. Menyeretnya menuju mobilnya. Doyoung berusaha melepaskan genggaman lelaki itu namun sia-sia. Tenaga orang itu sangat luar biasa.

Tak lama, Doyoung sudah di bawa oleh lelaki itu. Dalam kebingungan ia hanya bisa diam saja duduk di kursi penumpang karena mau bertanya pun sepertinya ia tidak akan paham dengan jawabannya. Dan lagi sepertinya lelaki ini hanya mengerti apa yang Doyoung katakan dalam bahasa Inggris tapi tidak bisa membalas pakai bahasa Inggris.

Dalam perjalanan, Doyoung melihat semburat cahaya matahari di kejauhan. Pagi telah datang. Sekarang jantungnya berdetak sangat cepat.

"Untuk apa anda membawa saya, sebenarnya?" Geram Doyoung yang jelas pengemudi itu tidak akan memahaminya.

Sambil menyetir, lelaki itu memberikan secarik kertas. Doyoung membukanya dan membaca tulisan yang diketik di sana.

"Orang ini akan mengantarmu ke tempat tujuanmu. Semoga kamu tidak terlambat, Doyoung-ah~"

Tiba-tiba telponnya berdering. Dilihatnya nomor tidak dikenal menelponnya. Doyoung nenggeram kesal. Seandainya ia kemari bersama rekannya, nomor itu bisa saja dilacak keberadaannya.

"Halo, Doyoung-ah~" suara lelaki mengalun saat Doyoung menjawab panggilan itu. "Kamu terlambat~ sudah pagi sekarang. Sayang sekali. Aku menitipkan hadiah di meja resepsionis. Segeralah jemput istrimu agar jarinya masih sempat untuk disambung kembali~
Bersenang-senanglah~"

Sambungan langsung terputus.

Memaki? Doyoung sangat ingin memaki lelaki itu. Ia sangat ingin membunuh lelaki itu, yang sudah merenggut jari indah istrinya. Namun sepertinya ia sudah tidak punya tenaga lagi. Jantungnya masih berpacu seakan menyemangatinya agar terus hidup. Namun, memikirkan Hana yang kesakitan sendirian karena disiksa oleh bajingan itu membuatnya ingin meminta mati saja.

.
.
.

Akhirnya mobil berhenti di depan hotel itu, hotel dimana Doyoung dan Hana menghabiskan bulan madu bersama.

Hana |•| ((Doyoung NCT)) [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang