"Hah?!" tanyanya masih tak percaya. Lelaki itu tersenyum miring, "Pergi atau gak?! Pilihan ada di tangan lu, Bro," katanya sembari menaikkan salah satu alisnya. "Aaaaaaa!" Teriakan suara bariton itu menyeruak. Darah segar mulai mengalir, keadaan begitu mencekam. Hawa dingin, dengan embus sejuk anila pun ikut membuat lelaki itu lemah. Nabastala berubah mendung, seolah ikut merasakan sakit lelaki itu. Sepersekian detik setelahnya, awan menurunkan air matanya. Netra lelaki itu pun ikut memberontak mengeluarkan air mata. Sedang, benaknya menerawang jauh soal masa depan yang belum tentu ia gapai. "Gua sayang, elu, Sya," lirihnya kemudian sepersekian detik setelahnya matanya memejam merasakan sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.