Kedua mata Valen tenggelam dalam kesedihan saat menatapku. Tangan kirinya diselipkan pada lingkar pinggangku, menarikku dengan sopan. Sementara tangan kanannya menelusuri pipi kiriku dengan punggung jari telunjuknya sambil bergumam, "Elian." Aku tertegun saat mendengar suara paling lembut dan terlirih yang belum pernah aku dengar dari mulut Valen. "Dua bulan yang lalu, lo cewek yang selalu pengen gue bejek-bejek." "Valen," tegurku. "Elian," panggilnya lagi, dengan suara yang sama lembutnya. Kali ini tangan kanannya menelusuri beberapa helai rambut di sebelah telingaku dengan perlahan. "Sebulan yang lalu, lo cewek yang berhasil bikin emosi dan pikiran gue tenang." Aku terdiam, menurunkan pandanganku sembari menikmati sentuhannya. Kali ini punggung jari telunjuknya kembali menelusuri pipiku, lalu turun ke rahang dan daguku. Sentuhannya pun tidak pernah kusangka bisa dilakukan oleh orang sekasar dan semanja dia. Perlahan, ketakutanku seperti dikuras. "Hari ini," lanjutnya dengan perlahan. "Lo cewek yang gue harap selalu bahagia, dijauhin rasa sedih, dilindungi dari yang jahat." Napasku mendadak sesak mendengar kalimat itu. Aku tidak mampu menahan diriku lagi. "Supaya gue tetap hidup." *** When a popular band's drummer fell in love with an urban girl he accidentally crashed. [Bagian 14-End: Epilog di-private. Mau nggak di-private? Follow aku dulu, ya! ^^]
24 parts