07

148 27 8
                                    

Seulgi menarik tali tas nya, ia sekarang dalam perjalanan pulang, ia kembali memikirkan pertanyaan Sooyoung. Ia ingin bercerita namun ia tidak bisa. Seulgi tertalu takut untuk menceritakan semuanya, ia takut akan dilecehkan kembali seperti waktu itu.

Selama perjalanan setelah turun dari
bus Seulgi merasa diikuti oleh beberapa orang, beberapa kali Seulgi menoleh ke belakang namun ia tidak mendapati sesuatu yang mencurigakan.
Seulgi mengabaikannya, sampai akhirnya ia berhenti tepat di depan rumah Taeyong. Ia menatap gerbang tersebut diam, semakin ia memandangnya semakin kuat rasa sukanya.

Taeyong berhenti di tempatnya saat mendapati Seulgi terdiam di depan gerbangnya, gadis itu bahkan sudah berubah, jika dulu Seulgi akan membukanya sekarang gadis itu hanya diam di tempatnya.
Taeyong menundukkan kepalanya, ia merasakan sesak di dadanya sesaat namun segera menipisnya karena ia harus sadar bahwa hubungan mereka sejak awal adalah teman.

"Kenapa tidak masuk ?" Taeyong berusaha bersikap seperti biasa. Seulgi menolehkan kepalanya .

"Aku hanya ingin meminta kertasnya tidak lebih, jadi tidak perlu masuk." Seulgi merapatkan jaketnya.

Taeyong melangkah mendekat, ia membuka resleting tas nya dan mengelurkan secarik kertas tersebut lalu menyodorkannya pada Seulgi setelah membenarkan posisi tas nya.

"Bagaimana bisa ?" Seulgi menatap kertas tersebut.

"Karena ku pikir kau ada datang dan langsung masuk ke rumah seperti biasanya, tapi ternyata tidak." Taeyong tersenyum masam.

Seulgi membuang muka asal, ia mengambil kertas tersebut dan pergi. Taeyong melihat punggung tersebut menjauh dari pandangannya, terbesit perasaan untuk mencegah namun kaki nya tidak ingin melakukannya.

Taeyong menghembuskan nafas kasar, ia berniat membuka gerbang namun beberapa langkah di belakangnya menghentikannya. Taeyong menoleh, mendapati 3 orang laki laki berjalan dengan menutup kepalanya dengan tudung jaket.
Taeyong mengernyitkan  dahinya, ia sedikit curiga namun sedetik kemudian ia mengedikkan bahunya.

°°°

Seulgi berjalan menyusuri jalan yang basah karena hujan semalam, ia harus datang lebih pagi untuk menyerahkan kertas.

Jalanan masih sepi, hanya beberapa orang yang lewat. Seulgi berhenti sebentar untuk memperbaiki tali sepatunya, setelah berdiri tiba tiba saja mulutnya di bekap dengan kain yang sudah diberi obat bius, tidak berselang lama Seulgi kehilangan kesadaran, orang tersebut dengan susah payah membawa tubuh Seulgi untuk masuk ke mobil yang sengaja di parkir di jalanan tersebut, selang beberapa detik mobil tersebut membawa Seulgi pergi.

°°°

Yoona sajangnim merapikan bukunya, ia mengamati para siswanya dan merasakan kejanggalan.

"Dimana Seulgi ?" Tanyanya ketika gadis itu tidak ada sejak jam pertama dimulai. Bahkan Seulgi belum menyerahkan kertasnya, padahal kemarin Seulgi mengatakan akan menyerahkan kertasnya pagi ini.

"Kami tidak tahu. Taeyong - ah apa kau tahu ?" Irene bertanya pada Taeyong yang duduk di belakang, Taeyong hanya menggelengkan kepalanya.

"Baiklah kalau begitu." Yoona sajangnim mengangguk sebelum meninggalkan kelas

Jennie mengambil ponselnya di laci mejanya, ia mendapatkan pesan dan ia tersenyum licik,

Taeyong merasakan sesuatu sedang menimpa Seulgi, karena sejak tadi perasaannya tidak enak. Apalagi gadis itu tak kunjung menghubunginya, padahal  Taeyong sempat menghubungi ayah Seulgi dan katanya Seulgi sejak berangkat pagi tadi. Taeyong tidak ingin membuat ayah Seulgi cemas jadi ia memberikan alasan yang masuk akal.

Loved You Once | SEULYONG STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang