08

137 25 1
                                    

Seulgi menginggit bibir bawahnya, ia meremas pelan selimutnya, bagaimana bisa ia mengatakan semuanya pada Taeyong, mengingat dalang dibalik semua ini adalah kekasihnya, Jennie.

"Seulgi." Panggil Taeyong karena gadis itu tidak kunjung bicara.

"Aku sendiri tidak tahu. Lupakan saja." Seulgi mengulas senyum tipis.

Taeyong mengangguk seraya menatap gelagat aneh temannya tersebut, dilihatnya Seulgi mengusap wajahnya kasar, menyingkirkan anak rambut Seulgi. Taeyong menghembuskan nafas panjang, ia bangkit dari duduknya,Taeyong menarik tali rambut Seulgi, lalu merapikan ikatan gadis itu. Seulgi yang terkejut sontak menegakkan tubuhnya, jika dulu hal semacam ini tidak menimbuljan reaksi apapun, tapi sekarang bermacan macam reaksi mulai memenuhi tubuh Seulgi.

"Sudah ku katakan untuk menata rambutmu." Gumam Taeyong seraya mengikat rambut Seulgi.

"Sudah." Taeyong merapikan rambut Seulgi.

"Terimakasih." Gumam Seulgi sambil membenarkan baju rumah sakitnya.

"Aku akan keluar sebentar." Taeyong bangkit dari duduknya, ia membuka pintu dan masuklah Sooyoung dan Jaehyun. Seulgi mengulas senyum ketika Sooyoung memeluknya.

"Bagaimana keadaanmu ?" Tanya Jaehyun memasukkan tangannya ke dalam saku.

"Jauh lebih baik." Seulgi mengulas senyum,

"Aish. Aku akan membunuh mereka." Sooyoung mendecak lidah.

"YA! Jangan bertindak sejauh itu." Jaehyun memperingatkan kekasihnya itu.

"YA! Aku yakin ini ulah seseorang. Kau juga kan ? Kau juga kan?" Sooyoung menolehkan kepalanya ke Jaehyun dan Seulgi. Jaehyun terdiam, begitu pula dengan Seulgi.

"Arraseo. Seulgi - ya jangan terlalu dipikirkan. Kita semua akn mencari tahu." Jaehyun menepuk pelan pundak Seulgi. Sooyoung mengangguk setuju. Tiba tiba saja perawat masuk dengan makanan, Sooyoung dengan cepat membantu menatanya dan menyuapkannya pada Seulgi.

°°°
Taeyong berjalan menuju rumah sakit setelah mengambil beberapa barang yang ia perlukan karena ia harus menginap di rumah sakit, Taeyong mengantarkan Ik Jun untuk menginap di rumah Taeyong karena sang ayah akan menemani Seulgi malam ini bersama Taeyong.

Sesampainya di dalam Taeyong menjawab panggilan dari Jennie.

"Kau dimana ?" Tanya Jennie.

"Aku sedang di rumah sakit." Jawab Taeyong berdiri di depan lift.

"Nde ? Siapa yang sakit ?"

"Seulgi. Dia baru saja mengalami insiden penculikan."
Jennie mematung di tempatnya. Ia mencoba menenangkan dirinya.

"Kau melihat pelakunya ?" Tanya Jennie. Ia sudah khawatir jika Taeyong akan mengetahuinya.

"Tidak." Ucap Taeyong seraya masuk ke dalam lift.

"Syukurlah." Gumam Jennie.

"Mwo ?" Taeyong mendengar samar samar Jennie mengatakan "syukurlah."

"Ah ani. Aku tutup ya. Ini sudah malam. Pergilah tidur." Ucap Jennie cepat cepat mengakhiri panggilannya.

Taeyong menatap ponselnya sekilas, ia mengernyitkan dahinya. Lalu lift terbuka dan ia buru buru ke ruangan Seulgi.

"Sial." Jennie menundukkan dirinya di ranjang, ia menginggit bibirnya, lalu mulai mengetik pesn panjang. Setelahnya Jennie mencoba menenangkan dirinya.

"Tenang Jennie. Taeyong tidak akan mencari tahu lebih lanjut." Ucap Jennie pada dirinya sendiri.

°°°

"Kenapa tidak tidur ?" Tanya Taeyong saat Seulgi masih terjaga di jam malam. Seulgi hanya tersenyum lalu kembali melihat ke luar jendela.

Taeyong duduk di tepi ranjang, ikut memperhatikan keluar.

"Aku benci bau rumah sakit." Gumam Seulgi. Taeyong tersenyum, sejak dulu sahabatnya itu tidak pernah berubah.

"Kenapa tersenyum ?" Seulgi melirik Taeyong.

"Memangnya kau mau dirawat dimana kalau bukan di rumah sakit. Dasar bodoh." Jawab Taeyong sambil mendecak lidah. Seulgi sudah mengumpat berbagai kata,

"Kenapa kau tidak tidur ?" Tanya Seulgi,

"Aku tidak bisa tidur, kau tahu ? Aku penasaran siapa yang melakukan ini." Seulgi menelan salivanya dengan susah payah. Laki laki disampingnya itu begitu penasaran, Seulgi tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Taeyong jika ia tahu siapa dalang di balik semua ini.

"Aku sudah bilang lupakan saja. Dasar." Seulgi memukul pelan lengan Taeyong.

"Bagaimana bisa ? Jika aku bertemu dengannya aku akan membuatnya tidak bisa berjalan. Beraninya menyakiti sahabatku." Taeyong mengatupkan rahangnya kuat kuat. Seulgi mengulas senyum sambil menatap Taeyong yang terus berbicara.
Seulgi rasa suasana yang sekarang lebih  baik dari sebelumnya. Mengungkapkan perasaan memang tidak ada salahnya, tapi pertemanan yang sudah dibangun bertahun tahun tidak seharusnya berantakan.

Seulgi senang dengan hal ini, Taeyong masih memberikan perhatian yang sama seperti dulu. Tidak apa. Ia bisa menahan semuanya.

"Kenapa tersenyum ? Aku ini sedang marah." Taeyong mengernyitkan dahinya karena Seulgi selalu tersenyum. Sedangkan Taeyong mengumpat pelan.

"Taeyong selalu cerewet jika soal seperti ini." Ucap Seulgi selagi mengayun kakinya, Taeyong memperhatikan  Seulgi yang sibuk menatap kakinya. Ia lalu tersenyum,

"Apa kau serius dengan ucapanmu waktu itu ?" Taeyong kembali bersuara, ia menatap lurua ke depan.

"Ucapan yang mana ?" Tanya Seulgi

"Soal pengakuan cintamu." Seulgi terdiam, ia lalu tersenyum, membuat Taeyong mengernyitkan dahinya.

"Hm." Jawab Seulgi menolehkan kepalanya. Taeyong menatap Seulgi yang mengulas senyum tipis.

Seulgi menatap mata hitam Taeyong, lalu beralih pada bibir laki laki itu, Seulgi terus menatapnya, lalu beralih ke mata Taeyong. Jujur saja, Seulgi senang akan setiap detik kebersamaan mereka. Ia tidak ingin ini semua berakhir dengan cepat.

Seulgi mendekatkan wajahnya, mengikis jarak keduanya. Nafas nya memburu, detak jantungnya berpacu lebih cepat. Saat bibirnya bertemus dengan bibir Taeyong, Seulgi merasakan kehangatan disana, ia memejamkan matanya. Taeyong membulatkan matanya, terkejut dengan hal itu, tapi ia tidak menolak, karena ia merasakan sesuatu yang begitu luar biasa. Merasakan semua perasaan Seulgi begitu tulus.

Seulgi menarik wajahnya perlahan, dilihatnya Taeyong yang juga menatapnya. Seulgi tersenyum.

"Ini ciuman pertemanan." Gumam Seulgi membuat Taeyong menatap gadis ditu penuh kasih.

Saat Seulgi akan menarik wajahnya lebih jauh, Taeyong dengan cepat menahannya. Menangkup wajah gadis itu, Taeyong mendekatkan wajahnya, Seulgi memejamkan matanya saat bibir Taeyong mencium bibirnya, melumatnya pelan dan lembut, tangann Seulgi meremas kuat baju rumah sakitnya. Seulgi berharap ini bukan mimpi, dan ia ingin waktu berhenti saat itu juga.


TBC
Maaf yaa update nya lama hehehe. Buat yang udh lupa ceritanya. Bisa baca ulang lagi. Terimakasih

Loved You Once | SEULYONG STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang