02

139 24 8
                                    

°
°
°

Ik Jun terbangun dari tidurnya saat mendengar teriakan dari kakaknya. Ik Jun segera berlari menghampiri sang kakak yang berusaha membawa tubuh Ayahnya menuju kamar. Ik Jun kecil membantu membawa di bagian kaki, meskipun itu tidak banyak membantu.

"Ayah tidak perlu bekerja hari ini. Ayah harus banyak istirahat."

"Ik Jun - ah tolong ambilkan air minum untuk ayah." Seulgi menyelimuti tubuh kurus sang ayah. Ia melirik Ik Jun yang membawa segelas air kepadanya.

Seulgi dengan sabar membantu ayahnya untuk meneguk air.

"Kau harus sekolah." sang Ayah menatap sayu anak perempuannya yang sudah menggunakan seragam.

"Aku akan meminta ijin. Ayah tidak perlu khawatir." Seulgi memberikan senyum manis pada sang ayah. Berharap dapa mereda kekhawatirannya selama ini.

"Pergilah mandi, kakak akan mengantarmu ke sekolah." Ik Jun menganggukkan kepalanya dan bergegas menuju kamar mandi.

"Aku akan memanggil bibi dan paman." Seulgi bergegas keluar rumah menuju rumag bibi dan pamannya.

Sang ayah menatap sedih kepergian anaknya. Di umurnya yang sekarang seharusnya Seulgi fokus pada belajarnya untuk masuk universitas, pergi bersama temannya. Namun, ia harus menatap ayahnya yang sakit sakitan.
Seulgi harus bekerja untuk memberikan tambahan keuangan keluarganya. Ia bekerja di restoran  pada malam hari, setiap Seulgi pulang bekerja, sang ayah bisa melihat Seulgi beberapa kali memijat pundak dan kakinya. Hal itu membuat sang ayah sedih.

Kepergian istrinya karena kecelakaan membuat keluarganya harus berjuang lebih keras lagi.

"Appa ? Apa ada sakit? Di bagian mana ?  Biarkan aku memijatnya ?" Ik Jun datang dengan seragam sekolahnya. Anak laki laki itu mendekat pada sang ayah, memberikan pijatan kecil.

"Ik Jun - ah. Maafkan ayah." ucap sang ayah dalam hati.

°
°
°
02
°
°
°

"Makanan hari ini benar benar enak." Jungwoo berseru di tengah makannya. Yang lain mengangguk setuju.

"YA! Taeyong - ah aku benar benar penasaran akan hal ini." Johnny meletakkan sumpitnya. Menumpuk tangannya menjadi satu.

"Kau menyukai Jennie ya?" pertanyaan Johnny berhasil mendapatkan jitakan di kepala. Johnny meringis dan hampir mengumpat.

Taeyong spontan memberikan jitakan tersebut karena suara Johnny bisa di dengar yang lain. Apalagi Jennie juga ada di belakangnya.

"Jaga bicaramu." Taeyong melahap sosisnya.

"Dugaanku berati benar." Johnny tersenyum

"Wah kalian pasti akan berkencan sebentar lagi." Yuta menambahkan.

"Ku pikir kau menyukai Seulgi." Jungwoo dengan santainya mengatakan hal tersebut, mengundang tawa singkat dari Taeyong.

"Dia sahabatku." Taeyong menyuapkan nasi. Ia mengunyah pelan, sampai akhirnya ia menyadari bahwa semua teman temannya hanya diam.

"Kenapa ?" tanya Taeyong.

"Kau yakin dengan jawabanmu ?" Jaehyun bertanya dengan senyum di bibirnya. Yang lainnya mengangguk setuju.

"Tentu saja. Sebentar? Dimana Seulgi ?" Taeyong celingak celinguk.

"Aku pergi dulu." Taeyong tergesa gesa membawa nampannya.

"Lihatlah bagaimana ia memperhatikan Seulgi." Jungwoo menatap kepergian Taeyong.

Jennie yang mendengar semuanya berusaha mengontrol ekspresinya.

Loved You Once | SEULYONG STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang