09

95 20 2
                                    

Seulgi mendorong tubuh Taeyong saat ia melihat ayahnya akan masuk ke kamar. Taeyong menolehkan kepalanya seketika saat pintu terbuka. Taeyong buru buru bangkit dan Seulgi berusaha bersikap biasa saja. Padahal wajahnya kini sudah memerah tidak karuan.

"Kenapa tidak tidur ?" Tanya sang ayah menutup tirai jendela.

"Ayah tahu sendiri kan kalau aku benci bau rumah sakit. Aku tidak sabar ingin pulang besok." Seulgi sesekali melirik Taeyong yang membuang muka.

"Ayah tahu, tapi kau harus tidur. Taeyong juga."

"Ne." Taeyong bergegas keluar,

"Tidurlah." Sang ayah menyelimuti Seulgi, lalu meninggalkannya. Seulgi menyentuh dadanya lalu beralih ke bibirnya. Ia tersenyum sekilas sebelum akhirnya memejamkan matanya.

°°°

Taeyong berjalan menyusuri koridor rumah sakit, ia beberapa kali berpapasan dengan perawat dan dokter. Taeyong menempatkan dirinya di kurai tunggu, ia menyentuh dada kirinya, merasakan detak jantungnya yang mulai normal kembali. Taeyong memukup pelan kepala nya, mengutuk dirinya sendiri karena mencium Seulgi kembali.

"Ya Tuhan apa yang aku lakukan ?" Tanya Taeyong dalam hati. Ia merogoh ponselnya saat ia teringat oleh Jennie. Ia mendapati gadis itu mengirimnya pesan, mengajaknya untuk membeli camilan dan beberapa keperluan untuk wisata ke Jeju. Taeyong melirik kembali koridor di sebelahnya, ia tidak tega meninggalkan Seulgi begitu saja, ia masih khawatir seseorang yang menculik Seulgi akan kembali.

Taeyong tidak membalas pesan tersebut, ia memasukkan kembali ponselnya dan mulai menatap ke atas, memperhatikan atap rumah sakit. Taeyong menghembuskan nafas kasar sebelum akhirnya kembali ke koridor di depan kamar Seulgi.
Taeyong mendapati ayah Seulgi terjaga.

"Paman masih terjaga." Taeyong bergabung dengan duduk di sebelah ayah Seulgi.

"Aku khawatir kepada Seulgi. Gadis itu selalu saja menutupi masalahnya, apa dia seperti itu juga padamu ?" Tanya sang ayah pada Taeyong.

"Tidak juga. Saya berjanji akan menjaganya." Ucap Taeyong mengulas senyum manis pada ayah Seulgi.
Ayah Seulgi mengangguk paham, ia menepuk pundak Taeyong beberapa kali sebelum akhirnya masuk kembali ke kamar Seulgi, dan tidur di sofa.

°°°

Jennie melirik jam di ponselnya. Semua siswa sudah berbaris untuk memasuki bis. Namun ia tidak melihat kehadiran Taeyong. Jennie pun berinisiatif bertanya namun sebelum itu berhasil semua siswa sudah diminta untuk masuk. Di dalam bis, Jennie mencoba menghubungi Taeyong namun laki laki itu tidak menjawab panggilannya.

Selama perjalanan Jennie berusaha mengirim pesan dan menelfon Taeyong tapi tidak ada balasan.

Sesampainya di penginapan, Jennie yang tidak sengaja berpapasan dengan Jaehyun pun memberanikan diri bertanya, mengingat keduanya tidak pernah berbicara satu sama lain.

"Ada apa ?" Tanya Jaehyun dingin.

"Apa kau melihat Taeyong ? Aku tidak melihatnya sejak tadi." Ucap Jennie.

Jaehyun mengulas senyum tipis.

"Dia tidak ikut. Apa kau tidak tahu? Ku pikir kau pacarnya." Jaehyun berniat pergi namun dicegah kembali.

"Kenapa ? Waktu itu dia menulis untuk ikut."

"Entahlah. Mana aku tahu." Jawab Jaehyun dingin lalu berjalan menghampiri Sooyoung.

"Kenapa dengannya ?" Tanya Sooyoung

"Mencari Taeyong." Jawab Jaehyun sekilas, ia mengenggam tangan Sooyoung. Sedangkan Sooyoung hanya berdehem.

°°°

"Wah ini enak sekali." Seulgi menatap camilan yang ia beli. Sedangkan Taeyong mendesis pelan. Seulgi baru saja keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu tapi gadis itu bahkan memiliki nafsu makan yang luar biasa.

Tanpa sepatah katapun Taeyong menyambar satu kantong sedang camilan tersebut,

"YA!" Seulgi berlari mengejar Taeyong, keduanya terlibat kejar kejaran, di lapangan basket, Taeyong berhenti karena melihat Seulgi memohon untuk berhenti.

"Kembalikan." Ucap Seulgi berjalan mendekat, tapi Taeyong kembali menjauh.

"YA! Lihatlah pipimu."

"Wae ? Aku terlihat cantik seperti ini." Seulgi berkacak pinggang sambil menggembungkan pipinya.

"Shirreo." Ucap Taeyong.

Seulgi yang kehabisan kesabaran, menghampiri Taeyong dengan cepat, mendekatkan wajahnya sampai ujung hidung kedunya bersentuhan satu sama lain. Taeyong mematung di tempatnya, tidak ingin membuang kesempatan Seulgi dengan cepat mengambil camilannya dan berlari meninggalkan Taeyong.
Sedangkan Taeyong terdiam, ia merasakan sulit bernafas dan detak jantungnya jauh lebih cepat.

Loved You Once | SEULYONG STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang