12

17K 372 5
                                    

Merry Christmas tuk kalian yang merayakannya, semoga damai menyertai kita semua, aamiin.

Yuk lanjut...

° ° °

Ryan menunggu di kamar rawat Keira sesuai perintah kakaknya. Cemas, marah, sedih dan takut menjadi satu rasa kini.

Ia memandangi tubuh ringkih itu yang terbalut dengan selang oksigen di hidungnya, infus di tangan kecilnya dan perban di kedua kaki gadisnya. Ryan merutuki kelakuan adiknya yang gila itu.

Tak habis pikir, selama ini Alex selalu bisa mengontrol emosinya dan sekarang ia lepas kendali hingga menyakiti gadis kecil itu, mungkin saja Keira akan kehilangan nyawanya jika saja mereka terlambat. Dan memang benar, mereka hampir saja terlambat menyelamatkan Keira akibat dehidrasi yang di alaminya.

"Bangun Sayang. Jangan bikin kakak takut. Kakak tidak bisa kehilangan kamu. Buka matamu Sayang." Ucap lirih Ryan membelai wajah pucat Keira. Setitik airmatanya jatuh, ia tak bisa melihat keadaan gadisnya seperti ini. Ryan memejamkan matanya, ia teringat sehari sebelum kejadian ini dirinya dan Keira melewati malam panas yang indah.

Teringat olehnya tingkah manja Keira yang berubah agresif demi mendapatkan ijin keluar darinya. Sentuhan dan cumbuan mereka terbayang bahkan canda tawa mereka yang mana tak pernah dilakukan oleh Keira setiap kali mereka bercinta.

Selama ini Keira hanya diam mengikuti keinginan mereka tak pernah mengeluh apalagi menolak setiap kali mereka menyentuhnya. Hingga saat itu, saat dimana Ryan merasakan debaran di jantungnya. Rasa yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Jantung berdetak kencang saat Keira memulai semuanya. Rasa kecewanya saat gadis itu mengatakan apa yang ia lakukan hanya demi mendapatkan ijin sesuai kesepatakan mereka.
Ryan kecewa pada Keira tapi ia lebih kecewa lagi adiknya terutama dirinya yang tak bisa menjaga permata hatinya.

Selang beberapa lama, Stevan datang memeriksa keadaan Keira ditemani Nicholas. Stevan menepuk bahu Ryan menandakan semua akan baik-baik saja. Namun nyatanya tidak baik-baik saja.

Setelah dua hari Keira tertidur tiba-tiba saja gadis itu membuka matanya dan menjerit histeris meminta ampun.

Ryan yang saat itu tertidur dengan kepala menelungkup diranjang dan Nicholas di sofa terbangun dan terkejut melihat adik mereka histeris.

Nicholas menekan bel yang ada di atas ranjang pasien, sementara Ryan berusaha menenangkan Keira.

"Ampun kak!! Sakit tolong lepas!! Ampun!!" Jeritan histerisnya membuat Ryan dan Nicholas kewalahan karena Keira terus berontak dan histeris. Stevan masuk dengan berlari dengan dua orang perawat mengikutinya.

Stevan menyuntikkan obat penenang melalui infus, dan tak berapa lama tubuh Keira melemah dan tertidur kembali.

"Apa yang terjadi!? Kenapa dia histeris seperti itu??" Seru Ryan setelah tubuh Keira dibaringkan kembali oleh Stevan.

"Sepertinya dia trauma dengan kejadian itu." Jawab Stevan setelah melihat keadaan gadisnya.

"Brengsek!! Sebenarnya apa yang sudah Alex lakukan hingga Keira mengalami trauma?" Kali ini Nicholas memaki setelah beberapa hari ini diam.

"Kita bicara diruanganku." Pinta Stevan tanpa melihat mereka dan pergi keluar. Nicholas segera menggenggam tangan Keira dan membiarkan Ryan mengikuti Stevan.

"Sepertinya dia mengalami trauma pasca mengalami kekerasan yang di lakukan Alex." Ujar Stevan memeriksa data Keira yang diterima dari asistennya. Ryan mengepalkan tangannya mendengar penuturan Stevan.

"Apa yang dilakukan bajingan itu padanya?" Lirih Ryan terduduk lemas.

"Alex kehilangan kendali emosinya saat melihat Keira pulang dengan pria lain." Dan mengalirlah cerita yang Alex katakan. Ryan terus saja mengumpat Alex.

"Bajingan!! Aku tahu kita semua brengsek tapi aku takkan pernah tega menyakitinya. Selama ini semua baik-baik saja kak!" Seru Ryan sambil mengumpati kelakuan Alex.

"Aku akan meminta rekanku untuk memeriksa keadaan mental Kei. Dalam hal ini, Keira mengalami kekerasan seksual dan sepertinya itu membekas di ingatannya semua siksaan yang ia alami." Jelas Stevan padanya.

"Jangan macam-macam Kak!! Keira tidak gila!!" Berang Ryan saat mendengar ucapan Stevan.

"Tapi mentalnya bisa saja terganggu Ryan!!!" Bentak Stevan padanya.

"Keira tidak gila tapi aku hanya ingin memastikan apa yang di alaminya tak membuatnya trauma!!" Lanjut Stevan setelah emosinya mereda.

"Lalu apa!? Setelah temanmu memeriksanya dan menyatakan Keira terganggu mentalnya apa yang akan kau lakukan!? Apa kau akan membuangnya seperti sampah!!?" Teriak Ryan padanya.

"Jaga batasanmu Ryan!!" Bentak Stevan saat adiknya berteriak padanya.

"Jika kau ingin membuangnya maka aku minta dari sekarang lepaskan dia dan serahkan padaku! Aku yang akan menjaganya tapi jangan pernah kalian mengganggunya lagi!" Desis Ryan padanya dan setelah mengatakan itu tanpa terduga Stevan memukul wajahnya hingga menyebabkan memar di pelipis kiri Ryan.

"Jangan sembarangan mengambil kesimpulan brengsek!! Aku takkan pernah melepaskan Keira!!" Berang Stevan merengkuh kerah kemeja Ryan setelah memukul adiknya itu.

"Maka jangan pernah lagi mengatakan gadisku terganggu mentalnya. Itu menyakitiku kak." Lirih Ryan terduduk lemas. Untuk pertama kalinya ia menangis setelah kematian orangtuanya dulu.

Stevan terdiam melihat reaksi adiknya, ia tak pernah melihat Ryan seperti ini begitu juga dengan Alex.
Sontak saja Stevan mengerti perubahan sikap dari kedua adiknya.

Mereka mempunyai rasa yang berlebih pada gadis mereka. Mereka berdua mencintai Keira. Namun tentu saja Stevan tidak bisa menerimanya.

Kehadiran Keira di tengah-tengah mereka hanyalah sebagai alat bukan sebagai pengisi hati mereka.

Hanya sebagai alat pemuas ranjang mereka. Dan Stevan tak kan membiarkan kedua adiknya mencintai Keira.

Tidak akan pernah membiarkannya.

Keira hanyalah alat mereka tidak lebih.

Itu yang selalu ia rapalkan dalam hati juga pikirannya.

Hanya

Alat

Pemuas

Ranjang



° ° °







YOU BELONGS TO US (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang