10

20K 394 4
                                    

"Adik perempuan yang menjadi boneka pemuas nafsu mereka lebih tepatnya" Bisiknya dalam hati saat mendengar ucapan Chintya.

Ya, adik perempuan keluarga Hardy.

"Gimana rasanya jadi tunangan pria paling di incar? Punya tiga calon kakak ipar tampan?" Chintya memberondong Keira dengan pertanyaan yang tak berfaedah. Chintya mengambil kesimpulan dirinya adalah bagian keluarga itu mengingat tadi Alex mengatakan Keira adalah tunangan pria itu. Jadi secara tidak langsung ia adalah adik dari Stevan Ryan dan Nicholas.

"Biasa aja, malah gak bebas." Cicitnya teringat olehnya berbagai macam hukuman yang diterimanya bila melanggar peraturan atau membuat mereka marah.

"Sabar ya. Aku percaya mereka melakukan itu karena mereka menyayangimu dan ingin melindungimu. Aku yakin itu." Chintya memberinya semangat tanpa tahu maksud dari ucapan Keira. Dan Keira hanya membalas dengan senyuman kecil.

\\\

(Mohon bijaksana, part ini mengandung unsur kekerasan fisik/kekerasan seksual.)

Tanpa terasa waktu hampir pukul 6 dan satu jam dari sekarang ia sudah harus berada di rumah bila ingin selamat dari hukuman.

Chintya meminta Alvin untuk mengantarkan Keira pulang dan disinilah ia berada, di depan gerbang rumah besar itu dengan Alex berdiri bersidekap di samping mobilnya. Menatap tajam dua anak manusia itu.

Perlahan Keira turun dari motor dan meminta Alvin segera pulang. Setelah memastikan Alvin sudah menghilang dari pandangannya, dengan cepat ia menghampiri Alex, namun Alex segera menarik tangan Keira hingga gadis itu terseret. Langkah kaki Alex membawa tubuh Keira menuju ruangan yang paling di hindari dan ditakuti olehnya.

Ia memohon agar Alex memaafkannya dan melepaskan dirinya. Berulang kali meronta mencoba melepaskan diri tapi tak ada arti apa-apa tenaganya tak sebanding.

Alex membuka pintu kayu dan melemparkan tubuh gadis itu hingga terjerembab di atas ranjang dengan seprei hitam berbahan satin lalu mengunci pintu dan menghidupkan lampu yang temaram.

Keira menegang. Ia mengenal. Sangat mengenal dimana kini dirinya berada. Dengan sigap ia turun dari ranjang dan berlutut memohon ampun pada Alex dengan uraian airmata di pipinya.

"Kakak!! Maafin Kei, Kei janji gak akan ulangi lagi, tapi tolong lepasin Kei dari sini. Kei gak mau disini. Hiks" Pintanya menangis sambil berlutut.

"Kau sadar apa kesalahanmu Keira?" Tanya Alex dingin padanya. Suasana di ruangan itu semakin mencekam dengan aura dingin dan kemarahan Alex. Dengan kasar ia merenggut rambut panjang gadisnya hingga kepala Keira mendongak ke atas.

"Akh!! Sa-sakiiit!!" Rintihnya memegang tangan Alex yang berada di kepalanya.

"Tahu apa kesalahanmu!? Jawab!!!" Bentak Alex padanya semakin menarik rambut itu.

"Pu-pulang ter-lam-bat?" Jawabnya seolah bertanya pada dirinya sendiri.

"Siapa yang menyuruhmu pulang dengan laki-laki lain, hm!?? SIAPA!!"

"Maaf kaak. Kei janji gak akan ulangi lagi." Isaknya lagi memohon belas kasihan pria dingin itu.

"Bila melakukan kesalahan apa yang kamu terima Sayang?" Tanya Alex padanya sambil menjilati jejak airmata di pipi Keira masih dengan menjenggut rambut gadis itu.

"Akh!! Kei da-dapat hu-kuman." Jawabnya terbata menahan sakit di kulit kepalanya.

"Sekarang lepas baju kamu. Atau kakak yang lepaskan, hm?" Ucap lagi Alex menghempaskan kepala Keira hingga terbentur sisi ranjang kayu itu dan berjalan membuka lemari kayu.

Didalam lemari itu terdapat berbagai macam alat hukuman seperti cambuk kulit, borgol, kain penutup mata, alat penjepit puting (nipple clamps) dan berbagai macam bentuk vibrator dan dildo.

Keira menggelengkan kepalanya saat melihat Alex mengeluarkan borgol dan penutup mata dari lemari.

"Melawan, hm?" Bisik Alex saat melihat gadisnya masih terpaku di tempatnya berdiri. Ia menyabetkan cambuk itu ke lantai hingga bunyinya membuat Keira menjerit takut.

Ctar!!

"Aakh!!"

"Buka!!" Bentak Alex semakin murka dan kembali mencambuk lantai.

Dengan tangan gemetar dan isak tangis Keira melepas pakaiannya satu persatu hingga tubuhnya kini polos.
Suhu ruangan yang lembab juga dingin semakin dingin ketika AC diruangan itu menyapu kulit polosnya. Tubuhnya gemetar ketakutan juga kedinginan.

"Berbaring Sayang." Perintahnya sembari melepaskan pakaian yang melekat ditubuhnya hingga menyisakan boxer hitamnya. Alex berjalan menghampiri dan mendorong lembut tubuh gemetar itu.

Mengunci kedua tangan Keira dengan borgol dan menutup matanya dengan kain hitam. Ia merentangkan kedua kaki Keira dan kembali mengikat di kedua sisi ranjang hingga milik gadisnya terpampang jelas.

Sialan, maki Alex dalam hatinya. Miliknya berdenyut saat melihat lubang yang memerah basah itu.
Setelah memastikan ikatannya kuat, dengan segera ia melahap inti Keira.

Menjilat dan menghisap daging kecil yang menonjol dan memerah itu. Membuat gadisnya mendesah dan melenguh. Berulang kali dan berhenti setiap merasakan gadisnya akan mendekati puncaknya.

Mengerang, Alex melumat bibir Keira dengan kasar dan menggigitnya saat tak mendapatkan balasan.

"Mmph! Mmph!!" Keira memberontak saat merasakan pasokan udaranya menipis.

"Kak tolong lepasin Keira, Kei janji gak akan ulangi lagi." Lagi, ia meminta mendengar itu semakin membuat Alex murka dan mulai mencambuk kakinya membuat gadis itu menjerit.

"Aakh!! Sakiitt!!" Jerit kesakitan Keira terdengar saat cambukan itu menghampiri kaki mulusnya.

Ctar!!

Ctar!!

"Kaak to-tolong ber..henti... Ampun!" Lirihnya kesakitan, namun Alex seolah tak peduli. Setelah lima kali cambukan, Alex mengarahkan miliknya ke inti Keira dan memasukkannya dengan paksa membuat gadis itu semakin kesakitan.

"Akh! Sakit kak!!" Jeritnya saat miliknya terasa penuh dan Alex mulai bergerak dengan ritme cepat.

Tubuh polos itu berguncang dengan dua gundukan yang bergerak naik turun sesuai irama gerak. Cairan putih terlihat merembes setiap kali Alex meremas payudaranya dan menyesap dengan rakus sebelahnya.

Alex terus bergerak dan bergerak tanpa memperdulikan erangan dan rintihan Keira yang memintanya menyudahi permainan itu.

Hingga akhirnya Alex menyentakkan pinggulnya beberapa kali dan menembakkan cairannya yang berbarengan dengan cairan milik Keira.

Terengah, airmata membasahi wajah gadisnya dengan isakan tangis kesakitan semakin membuat gairah Alex meningkat. Kedua kalinya ia menyetubuhi gadisnya tanpa peduli dengan tangis Keira.

Setelah tiga kali permainan Alex melepaskan tangan dan kaki Keira dan membawa gadisnya ke dalam kamar mandi dan memasukkannya dalam bathup yang sudah terisi air hangat.

Keira meringis saat luka di kedua kakinya bersentuhan dengan air. Ia meringkuk dalam dekapan Alex.

Begitu ketakutan dan kesakitan. Tubuhnya gemetaran dan sesekali seguknya terdengar.

Alex mengusap wajah pucat wanitanya, merapikan rambut yang berantakan di sekitar wajah dan leher Keira yang basah karena keringat.

"Jangan pernah pergi dengan laki-laki lain kecuali denganku atau saudaraku yang lain. Paham!?" Tanyanya berbisik mengecupi leher yang memerah karena tanda yang ia berikan.

Masih terseguk Keira mengangguk dan kembali membenamkan wajahnya di dada Alex yang terbuka.

"Ma-maaf. Ke-Kei janji ga-gak akan u-ulangi la-lagi. Hiks." Cicitnya meminta maaf dan memeluk leher Alex saat pria itu mengangkat tubuhnya dan mengeluarkan mereka dari bathup.

Setelah membersihkan tubuh mereka, Alex kembali membaringkan tubuh Keira dan mengoleskan salep luka pada kakinya dan menggendongnya keluar menuju kamarnya dan kembali membaringkan tubuh mereka dan memeluk tubuh gemetar itu dari belakang hingga mata mereka terpejam.

\\\

YOU BELONGS TO US (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang