9

20K 435 6
                                    

Seriously guys???
Matanya banyak loh tp...??
Hem..

\\\

Pagi itu Keira sudah rapi dan siap untuk berangkat ke kampusnya. Ryan dan yang lain minus Stevan telah duduk di meja makan dan menantinya.

"Pagi semua!!" Sapa Keira yang baru turun dari lantai atas dan mengecupi pipi mereka masing-masing.

"Morning Sweety." Sapa Nicho.

"Morning too Sweetheart." Sapa Ryan yang membalas kecupan Keira dengan sedikit lumatan di bibirnya.

"Pagi." Alex dengan nada datarnya seperti biasa. Dan Keira memilih duduk di sebelah Alex, sementara Ryan menatapnya tak biasa pagi itu.

"Kakak semua, siang ini Kei akan pergi dengan teman mengerjakan tugas kelompok. Jadi akan pulang telat." Ucapnya membuat semua terdiam, memandanginya.

"Oh Kei udah ijin kok sama kak Ryan dan sudah melakukan tugas dengan baik. Dan kak Ryan sudah ijinkan. Benerkan, Kak??" Sambungnya lagi lalu menatap mata Ryan dingin meski senyuman tak lepas dari bibirnya. Semua beralih memandang Ryan dan merasa diperhatikan Ryan membenarkannya.

"Hem. Ya dia sudah minta ijin semalam." Jawab Ryan seraya berdehem dan memilih melanjutkan makannya.

"Pulang jam berapa?" Kali ini Alex buka suara sambil meminum kopinya.

"Belum tau tapi yang pasti sebelum malam Kei usahakan pulang."

"Pulang sebelum jam 7 malam. Lewat dari itu-"

"Kei tau, lewat dari itu harus melayani kalian semua. Kei usahakan sebelum itu sudah pulang." Keira memotong ucapan Alex yang mana ia sadar bila Alex tak suka ucapannya di potong.

Terlihat Alex mengepalkan tangannya di atas meja dan tanpa banyak kata ia menarik tangan Keira dan menyeretnya menuju kamarnya. Ryan dan Nicholas yang melihat tindakan Alex hanya bisa diam karena memang selain Alex tak suka omongannya di potong, hari ini adalah jadwalnya dengan Keira. Jadi tak ada yang bisa mencegahnya. Namun entah mengapa melihat itu membuat Ryan merasakan kesal di hatinya.

"Jangan lupa ini jadwalnya." Ucap Nicho yang melihat perubahan wajah Ryan dan beranjak dari sana untuk berangkat ke kantornya sambil menepuk bahu Ryan.

\\\

Alex masih berbaring di ranjang saat gadisnya merapikan penampilannya setelah membersihkan dirinya. Tak ada rasa malu-malu seperti sebelumnya, yang ada hanya raut datar. Keira membuka tas nya dan merapikan kembali riasannya dengan mengoleskan lipbalm di bibirnya yang membengkak dan mengoleskan concelear di beberapa tempat guna menutupi jejak merah yang mereka berikan di lehernya.

Alex memperhatikan segala tindakan Keira dalam diam. Sebenarnya sejak semalam ia ingin melepaskan penatnya namun ia urungkan karena lelah yang menderanya, apalagi semalam ia baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya dan melihat Keira keluar dari kamar Ryan.

Sebenarnya ia masih belum puas dan tak akan pernah puas menikmati tubuh Keira namun ia sadar bila gadisnya harus kuliah dan membiarkannya pergi.

"Aku pergi." Ujarnya pada Alex dan berjalan menuju pintu, namun langkahnya terhenti saat mendengar Alex akan mengantarnya dan segera mengenakan kemeja dan celana panjang jeansnya, mengambil kunci dan menggandeng tangan Keira.

Sepanjang perjalanan tak ada yang bicara. Alex yang memang terkenal sangat dingin dengan siapapun termasuk dengan anggota keluarganya, hanya diam fokus menyetir. Sementara Keira sibuk menatap jendela, sesekali ia melirik jam tangannya. Ia sudah terlambat 15 menit dan pasti sudah tak bisa mengikuti kuis di kelasnya.

Mobil berhenti di depan gerbang. Alex melepaskan seatbelt nya dan ikut turun, ia membukakan pintu mobil Keira dan memeluk pinggang gadis itu posesif. Banyak mata melihat mereka namun seolah bukan apa-apa bagi Alex tapi cukup membuat Keira risih.

Berkali-kali ia mencoba melepaskan pelukan Alex di pinggangnya namun yang ada malah semakin erat. Mereka berbelok dan berhenti tepat di depan kelasnya.

"Terimakasih sudah antar Keira, Kei bisa masuk sendiri." Ucapnya dan mengetuk pintu kelasnya.

Pintu kelasnya terbuka dan seorang dosen pria paruh baya hampir menyembur omelan pada Keira namun terkejut melihat tamu yang berkunjung di kelasnya.

"Tuan Alex, a-ada yang bisa Saya ba-bantu?" Tanya dosen pria itu terbata saat melihat seorang Alex Hardy berdiri di hadapannya.

Siapa yang tak mengenal Alex Hardy, terutama nama besar keluarga Hardy. Mereka adalah salah satu donatur terbesar di kampus itu dan Alex sendiri termasuk salah satu pemilik kampus besar itu.

"Saya mengantarkan tunangan Saya. Maaf terlambat karena ada sedikit urusan." Jawab Alex dan sukses membuat Keira dan seluruh isi kelas itu kaget mendengar ucapan Alex.

Kasak kusuk terdengar saat ucapan soal Keira adalah tunangan Alex Hardy. Tanpa banyak kata lagi Keira memilih masuk kelas dan duduk di bangkunya. Ia tak menggubris senggolan ditangannya atau bisikan di sekitarnya pandangan dan telinganya ia alihkan ke depan.

"Hm mari kita lanjutkan." Ucap dosen itu setelah berdehem dan menatap Keira sebentar.

\\\

Suasana di kelas mulai heboh saat jam pertama dosen mereka selesai dan semua menghambur pada Keira berebut bertanya tentang kebenaran ucapan Alex tadi.

"Kei emang beneran kamu tuh tunangan sama salah satu Hardy bersaudara?"

"Wah pantesan dia nolak si Erik. Tangkapannya besar!!"

"Gak sangka ternyata di kelas kita ada calon nyonya jutawan!!"

"Halah!! Palingan itu cuma omong kosong! Gak mungkin dia jadi tunangan si Hardy itu."

"Pasang tarif berapa lo? Boleh dong booking."

"Eh Keira elu tuh gak cocok jadi calon nyonya Alex Hardy. Muka pas-pasan kayak gini mimpi jadi jutawan! Bangun woy bangun!! Hahaha!!"

Begitulah dengungan lebah yang mengerubunginya, ada yang kagum ada yang mencacinya bahkan ada yang terang-terangan menawarkan dirinya. Keira hanya diam dan menutup mulut dan telinganya.

Keira beranjak dari duduknya hingga membuat kerumunan itu terburai dan dengan santai ia keluar kelas.

"Gak usah didengerin Kei, biasa itu lebah-lebah kurang kerjaan." Seru Chintya padanya, temannya saat pertama ia memulai kuliahnya.

"Iya bener banget tuh! Mereka tuh ibaratnya lambe turah, gak bisa diem kalo sehari aja gak bikin gosip." Sambung Alvian, kekasih Chintya.

Keira hanya tersenyum mendengarnya. Ia juga merutuki ucapan Alex tadi. Entah apa yang ada di kepalanya saat mengatakan dirinya tunangan Keira.

"Eh jadi kan nanti kita kerja kelompok?" Tanya Chintya saat menunggu Alvian yang memesan makanan untuk mereka.

"Iya jadi, aku udah ijin sama kakak-kakakku. Tapi kalau bisa sebelum jam 7 aku udah pulang kerumah. Kalo telat mereka bisa ngamuk." Dan bisa-bisa aku jadi bulan-bulanan mereka lagi. Sambungnya dalam hati.

"Yaah gak seru dong kalo kamu udah pulang sebelum jam 7. Emang gak bisa bujuk mereka ya?" Protes Chintya padanya dan Keira hanya menggeleng.

"Mereka protektif banget ya sama kamu? Wajar sih karena kamu satu-satunya adik perempuan mereka." Ujar Chintya sambil bergumam sendiri.

"Adik perempuan yang menjadi boneka pemuas nafsu mereka lebih tepatnya" Bisiknya dalam hati saat mendengar ucapan Chintya.





\\\

Aku akan double up kalo vote mencapai 50, boleh?????

Cuma itu aja yang aku minta dari kalian ko.



YOU BELONGS TO US (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang