Harga Sebutir Cemas

48 4 0
                                    

Harga Sebutir Cemas


Ada nyanyian pada air mata

yang padanya aku menepi sementara

Membentangkan kedua tangan

Mengikuti irama ternyanyikan


Jam pasir berdesir terdengar

Setiap aku mulai memejamkan mata

Pandangan dipenuhi binar

Terbangun aku dibuatnya


Bagaimana kabar tulisanmu?

Bagaimana puisi yang kamu pikirkan semalam?

Cuaca hari ini tidak sepanas semangatmu

Namun, rebahan lagi-lagi menjadi pilihanmu


Cemas mewarnai hari

Aku tahu ini tidak mudah sejak awal

Aku saja terlalu gila lagi tak mengerti

Untuk menyerah pada mimpi yang sudah kurapal


Cemas menjalar dalam tubuhku

Menunda malam

Membuat bara pada cuaca pagi itu

Mencegah mata kembali terpejam

Padahal tubuh lelah terasa

Meski tidak bekerja


Hanya dengan memikirkan saja

Aku tak berdaya

Terjebak dalam tubuh sejuta lara

yang terlatih sedemikian rupa


Penyair mungkin makhluk yang tak pernah puas akan luka

Selama sengsara bisa dijadikan kata

Dia siap melepaskan sisi terlemah pada dirinya

Untuk menempuh jalan yang ditempuh alam

Termasuk jika cahaya pada dirinya padam


Penyair mungkin makhluk yang paling setia pada malam

Dia berselimut kelam

Menikmati tubuh malam, menciumnya dalam

Hingga cahaya pagi merusak temaram


Doa-doa yang diucapkannya bersama malam

Sewaktu tubuh tak tahan menahan pesona

Kecantikan pernak-pernik bintang tak padam

Cemas di dalam dada tak kunjung meredam

Meski begitu, penyair menikmati cumbu

dari malam agar dirinya tak lari terburu-buru


Harga sebutir cemas, tergambar dalam puisi

Begitu jelas terlihat tanpa penghalang

Harga sebutir cemas, lebih mahal dari deretan motivasi tak berarti

yang tidak bisa memutus kekang

(Tangerang, 28 Mei 2020)

Memaki Manusia, Menasihati DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang