20 || Worry

242 38 2
                                    

Hai! Balik lagi sama aku--- Zasa.

Aduh aku takut di eps ini kalian kecewa sama ceritanya. Tapi biarlah, aku juga sudah memilih akan jadi seperti ini jalannya. Nanti kalau kalian mau ngamuk boleh--- lewat comment, tapi jangan lupa vote.

Dan juga!
Aku ingin sekali-kali kalian mereview cerita ini. Seperti bagian mana yang paling kalian suka dan kenapa. Atau kenapa kalian membaca cerita ini. Contohnyaa gitu

Jujur saja aku suka kalau kalian mereview, aku sambil belajar juga. Selain itu aku jadi semangat update hehe(. ❛ ᴗ ❛.)


☘☘☘





"Oppa! Bangunlah, kau tidak bisa meninggalkanku... Hiks!"

Daeha tidak sanggup lagi membendung air matanya. Rasanya tidak siapa--- tidak bisa merelakan Baekhyun yang sudah terkapar penuh darah. Dokter itu bahkan dengan lancangnya menyatakan Baekhyun sudah mati. Daeha seperti tidak ingin mempercayai siapapun sekarang. Yang dia inginkan hanya Baekhyun yang kembali bangun-- tapi mustahil.

Sedangkan Tao yang mendapat kabar ini dari orang bawahannya langsung terburu-buru menuju rumah sakit. Tidak ada hal lain yang membuatnya datang kesini salain karena dia tahu--- Daeha pasti ada disini. Dan sekarang dari tempatnya berdiri di depan pintu, dengan wajah muaknya menyaksikan istrinya menangisi pria lain. Marah--- tentu saja, dia tidak terima istrinya begitu. Tapi disisi lain, Tao juga tahu bagaimana perasaan Daeha sekarang. Dia bahkan sempat membayangkan bagaimana jika yang berbaring disana adalah Daeha, maka dia juga akan menangisinya. Karena dia mencintai Daeha. Hal ini membuatnya diam dan membiarkan saja Daeha terus menangis melampiaskan rasa sakitnya. Meskipun Tao juga merasakan sakit di hatinya.

"Ya! Byun Baekhyun. Kau tidak boleh pergi begitu saja. Kau t-tidak bisa meninggalkan b-bayi di perutku."

"Daeha kau---" Tao menegang seketika, berusaha mendekati Daeha yang masih berdiri di samping mayat Baekhyun. Kalimat itu jelas mengejutkan baginya. Rasanya seperti sesuatu menusuk jauh di dadanya. Sakit sekali mendengar istrinya mengandung bayi dari pria lain.

Melihat Tao yang mendekat, Deha segera berdiri dan menodongkan pistol yang sedari tadi dia genggam. Pria itu berhenti disana, matanya merah dan berembun. Dia tahu Tao sedang marah sekarang. "Berhenti mendekat... Cih! Aku membencimu Tao. Kau adalah satu-satunya orang yang menghancurkan hidupku... Tidak sedetikpun aku bahagia karenamu... Mundurkan! Kau harus menanggung semuanya."

Dia tidak ingin Tao mendekat sedikitpun padanya. Daeha jelas ingat bagaimana Tao selalu mengurungnya, menjadikannya sebagai wanitanya secara paksa. Tao bahkan selalu menghalangi hubungannya dengan Baekhyun. Dan tentu saja dia tahu Baekhyun mati saat menjalan misi gila yang diberikan Tao untuk membunuh Sehun. Semua penderitaannya selalu karena Tao.

"Daeha turunkan itu... Jangan seperti ini" seru Tao yang berusaha menenangkan emosi istrinya. Dia yakin Daeha tidak akan menembaknya karena Daeha bukanlah orang jahat. Bahkan mungkin saja ini adalah pertama kalinya dia memegang senjata. Terlihat sekali bagaimana tangannya bergetar hebat.

"LALU AKU HARUS SEPERTI APA, HA?! KAU MEREBUT SEMUANYA DARIKU, BAKAN BAEKHYUN... UNTUK APA AKI HIDUP SEKARANG--- UNTUK MELAYANIMU?! CIH! AKU TIDAK AKAN MELAKUKANNYA SAMPAI KAPANPUN." Teriak Daeha yang semakin menggila. Air matanya tak bisa ditahan bahkan amarahnya sudah meluap-luap.

Kini Tao bukan lagi khawatir dengan Daeha yang akan menembaknya. Tapi wanita itu malah beralih mengarahkan pistol tepat ke kepalanya sendiri. Mungkin Tao tau kalau Daeha tidak bisa membunuh orang lain. Tapi dia bisa saja membunuh dirinya sendiri.

"T-turunukan itu, Daeha... kau mau membunuh bayimu?" Ujar Tao yang panik sendiri. Dia takut Daeha nekat bunuh diri. Tao memang tidak peduli dengan bayi yang mungkin ada di perut Daeha. Tapi dia jelas takut istrinya terluka.

"Percuma. Aku juga tidak akan membiarkannya lahir kemudian tersiksa sepertiku. Lebih baik dia mati bersamaku."

"PARK DAEHA! KUBILANG TURUNKAN ITU!!!" Pekik Tao yang sudah kehabisan cara untuk membujuk Daeha. Daeha bahkan sedikit terkejut melihat Tao yang tiba-tiba memerah wajahnya. Sulit dipercaya tapi bajingan itu menangis. Terlihat begitu jelas ampai sontak saja Daeha berbalik mengarahkan pistol itu ke arah Tao.

Tapi pria itu tidak gentar sedikitpun dan tetap mendekatinya. Dengan sekali gerakan Tao merebut pistol yang Daeha pegang dan melemparkannya dengan sangat keras ke lantai. Yang selanjutnya terjadi adalah Daeha yang hanya bisa membeku merasakan pelukan Tao yang sangat erat. Pria itu bahkan jelas sekali sedang menangis dibalik bahunya. "Maafkan aku... Kau t-tidak boleh mati Daeha. Aku mencintaimu... Jangan coba-coba melukai dirimu sendiri."

+++

Masih diwaktu yang sama.

Jangan tanyakan seberapa rasa bersalah dan khawatirnya Sehun sekarang. Aera yang setiap harinya selalu terlihat menantang dan penuh semangat bahkan terkesan antagonis, kini malah menangis seperti itu dihadapannya. Terlihat sangat rapuh, rasanya ingin Sehun peluk dengan erat. Tapi niat itu harus Sehun tahan karena berusaha memahami posisi Aera.

Baru saja--- beberapa jam lalu tepatnya, Baekhyun meninggal saat masih dalam perjalanan menuju rumah sakit. Aera jelas terpukul dengan semua ini. Setelah mereka terpisah sangat lama tanpa kabar, Aera masih saja berharap bisa bertemu dengan kakaknya. Namun mereka justru dipertemukan dengan cara yang sangat menggemaskan. Dan--- sehun lah orang yang membuat Aera merasa hancur lebur seperti sekarang.

Sehun berusaha mendekati Aera perlahan. Wanita itu masih tekun menangis, menekuk lututnya di atas ranjang rumah sakit. Tangan kirinya pasti masih sangat sakit karena peluru yang baru saja diangkat, namun sepertinya tidak dirasakan. Langkahnya sangat ragu untuk mendekat, takut malah nantinya wanita itu memintanya untuk menjauh.

"Aera, maaf aku tidak tahu. Sungguh." Lirihnya. Tangannya sudah berusaha menangkap wajah Aera agar wanita itu menatapnya-- sebentar saja. Sehun tidak bisa menahan jika Aera terus menghindarinya sejak tadi.

Aera yang tidak ingin mendengar apapun langsung menepis tangan Sehun. Tangisnya masih berlangsung meskipun sudah tidak sehisteris tadi. "Tidak tahu apanya, kau yang bilang kalau kau bisa mengerti aku. Tapi kau sendiri yang membunuhnya, BERENGSEK! Pergilah aku membencimu."

"Aera kumohon dengarkan aku dulu... Aku hanya---"

"Sehun, ikut denganku sebentar." Panggil Suho dari ambang pintu. Sehun sempat menggeleng untuk mengisyaratkan bahwa ia sedang tidak ingin diganggu dan hanya ingin bersama Aera. Tapi dari cara Suho menatapnya dia merasa Suho ada urusan yang penting dengannya.

Kim Suho memang tidak tahu sama sekali Sehun membuat masalah ini. Tapi beberapa saat lalu salah satu Bodyguardnya Sehun melapor dan ya pa pikir panjang lagi Suho langsung datang ke lokasi untuk memastikan kondisi. Sehun yang tadinya sempat menolak kini hanya ikut keluar mengikuti langkah kaki Suho menuju koridor depan.

"Hyung, bagaiman ini?" Tanya Sehun begitu mereka berhenti dan saling menatap. Bukan karena Sehun panik telah membunuh, ini bahkan bukan pembunuhan pertama bagi Sehun. Dan itu tidak akan menjadi masalah, di jelas punya banyak cara untuk menghalangi hukum. Tapi yang ia khawatirkan sekarang adalah Aera.

"Apanya yang bagaimana, memangnya dia orang pertama yang kau bunuh, ha?" Ujar Suho yang berusaha menenangkan Sehun. Dia tahu bukan itu yang sebenarnya Sehun khawatirkan tapi dia tetap saja mengatakan hal itu. Bingung sendiri harus melakukan apa. "Sudahlah santai saja, biar aku urus kalau mereka minta ke jalur hukum." Lanjutnya menepuk bahu kekar Sehun.

"Bukan itu yang aku pikirkan, aku tahu kita tidak akan bisa dilawan dengan hukum. Tapi--- kau lihat kan, Aera jadi sangat marah padaku." Sehun menundukkan sedikit kepalanya. Dia bahkan sempat mengusap wajahnya dengan kasar. Terlihat begitu frustasi.

Suho tersenyum tipis. "Dia hanya marah, biarkan saja dulu."

"Bagaimana kalau dia benar-benar membenciku?. Sialan! Aku tidak tahu akan jadi seperti ini... Aku tidak bisa melihatnya menangis seperti itu." Sehun terus mengumpat saking frustasinya. Suasana hatinya benar-benar buruk sekarang.

"Sudahlah, kalau dia sungguh membencimu-- biarkan saja... Memang seharusnya kau tidak berhubungan dengan orang seperti itu kan, tapi kau malah jatuh cinta dengannya. Itu salahmu sendiri, Sehun. Aku sudah memperingatimu dulu."

Dating With My Boss ✔️ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang